Kamis, 31 Maret 2011

PRINSIP DALAM BERPEGANG TEGUH PADA AL-QUR'AN & SUNNAH

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh....

Bismillahirrahmaanirrahiim....



Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita meneladani Rasulullah.saw, 
karena sesungguhnya semua perkataan dan perbuatannya adalah dari Alqur'an 
yang Allah.swt turunkan kepada beliau. berikut adalah Prinsip Dalam 
Berpegang Teguh Pada Al-Qur'an dan As-Sunnah :



“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan 
sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. 
Dan berpeganglah kamu semua dengan tali Allah dan jangan berpecah-belah. 
Dan ingatlah nikmat Allah terhadapmu ketika kamu saling bermusuhan maka Dia 
satukan hati kamu lalu kamu menjadi bersaudara dengan nikmat-Nya dan 
ingatlah ketika kamu berada di bibir jurang neraka lalu Dia. selamatkan 
kamu daripadanya. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat-Nya 
agar kamu mendapat petunjuk.” QS. Ali Imran [3] : 102-103



“dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka 
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena 
jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu 
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” QS. Al An’am [6] : 153



Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Berpeganglah dengan 
sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang terbimbing, gigitlah dengan 
gerahammu dan hati-hatilah kamu terhadap perkara yang baru karena 
sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah sesat.” (HR. Ahmad 4/126, At Tirmidzy 
2676, Al Hakim 1/96, Al Baghawy 1/205 nomor 102)



Hudzaifah bin Al Yaman radliyallahu 'anhu berkata : “Hai para Qari’ 
(pembaca Al Quran) bertaqwalah kepada Allah dan telusurilah jalan 
orang-orang sebelum kamu sebab demi Allah seandainya kamu melampaui mereka 
sungguh kamu melampaui sangat jauh dan jika kamu menyimpang ke kanan dan ke 
kiri maka sungguh kamu telah tersesat sejauh- jauhnya.” (Al Lalikai 1/90 
nomor 119, Ibnu Wudldlah dalam Al Bida’ wan Nahyu ‘anha 17, As Sunnah Ibnu 
Nashr 30)



Imam Az Zuhry berkata, ulama kita yang terdahulu selalu mengatakan : 
“Berpegang dengan As Sunnah itu adalah keselamatan. Dan ilmu itu tercabut 
dengan segera maka tegaknya ilmu adalah kekokohan Islam sedangkan dengan 
perginya para ulama akan hilang pula semua itu (ilmu dan agama).” (Al 
Lalikai 1/94 nomor 136 dan Ad Darimy 1/58 nomor 16)



Ibnu Mas’ud radliyallahu 'anhu berkata : “Berpeganglah kamu dengan ilmu (As 
Sunnah) sebelum diangkat dan berhati- hatilah kamu dari mengada-adakan yang 
baru (bid’ah) dan melampaui batas dalam berbicara dan membahas suatu 
perkara, hendaknya kalian tetap berpegang dengan contoh yang telah lalu.” 
(Ad Darimy 1/66 nomor 143, Al Ibanah Ibnu Baththah 1/324 nomor 169, Al 
Lalikai 1/87 nomor 108, dan Ibnu Wadldlah 32)



Dan ia juga mengatakan bahwa : “Sederhana dalam As Sunnah lebih baik 
daripada bersungguh-sungguh di dalam bid’ah.” (Ibnu Nashr 30, Al Lalikai 
1/88 nomor 114, dan Al Ibanah 1/320 nomor 161)



Sa’id bin Jubair (murid dan shahabat Ibnu Abbas) berkata mengenai ayat : 
“Dan beramal shalih kemudian mengikuti petunjuk.” (QS. Thaha : 82)



Yaitu senantiasa berada di atas As Sunnah dan mengikuti Al Jama’ah. (Al 
Ibanah 1/323 nomor 165 dan Al Lalikai 1/71 nomor 72)



Dari Umar bin Abdul Aziz Amirul Mukminin kepada Ady bin Arthaah : “Segala 
puji hanya bagi Allah yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia".



Kemudian daripada itu : Saya wasiatkan kepadamu, bertaqwalah kepada Allah 
dan sederhanalah dalam (menjalankan) perintah-Nya dan ikutilah sunnah 
Nabi-Nya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan tinggalkanlah apa yang 
diada-adakan ahli bid’ah terhadap sunnah yang telah berlalu dan tidak 
mendukungnya, tetaplah kamu berpegang dengan sunnah karena sesungguhnya ia 
telah diajarkan oleh orang yang tahu bahwa perkara yang menyelisihinya 
adalah kesalahan atau kekeliruan, kebodohan, dan keterlaluan (ghuluw). Maka 
ridlailah untuk dirimu apa yang diridlai oleh kaum itu (shahabat) untuk 
diri mereka sebab mereka sesungguhnya berhenti dengan ilmu dan menahan diri 
dengan bashirah yang tajam dan mereka dalam menyingkap hakikat segala 
perkara lebih kuat (mampu) apabila di dalamnya ada balasan yang baik. Jika 
kamu mengucapkan bahwa ada suatu perkara yang terjadi sesudah mereka maka 
ketahuilah tidak ada yang mengada-adakan sesuatu sesudah mereka melainkan 
orang-orang yang mengikuti sunnah yang bukan sunnah mereka (shahabat) dan 
menganggap dirinya tidak membutuhkan mereka. Padahal para shahabat itu 
adalah pendahulu bagi mereka. Mereka telah berbicara mengenai agama ini 
dengan apa yang mencukupi dan mereka telah jelaskan segala sesuatunya 
dengan  penjelasan yang menyembuhkan, maka siapa yang lebih rendah dari itu 
berarti kurang dan sebaliknya siapa yang melampaui mereka berarti 
memberatkan. Maka sebagian manusia ada yang telah mengurangi hingga mereka 
kaku sedangkan para shahabat itu berada di antara keduanya yaitu di atas 
jalan petunjuk yang lurus.” (Asy Syari’ah 212)



Ibnu Baththah berkata : “Sungguh demi Allah, alangkah mengagumkannya 
kecerdasan kaum itu, betapa jernihnya pikiran mereka, dan alangkah 
tingginya semangat mereka dalam mengikuti sunnah nabi mereka dan kecintaan 
mereka telah mencapai puncaknya hingga mereka sanggup untuk mengikutinya 
dengan cara seperti itu. Oleh sebab itu ikutilah tuntunan orang-orang 
berakal seperti mereka ini --wahai saudara- saudaraku-- dan telusurilah 
jejak-jejak mereka niscaya kalian akan berhasil menang dan jaya.” (Al 
Ibanah 1/245)



Al Auza’i berkata : “Berpeganglah dengan atsar Salafus Shalih meskipun 
seluruh manusia menolakmu dan jauhilah pendapatnya orang-orang (selain 
mereka) meskipun mereka menghiasi perkataannya terhadapmu.” (Asy syari’ah 
63)



Disadur dari Buku “ Kilauan Mutiara Hikmah” Oleh Syaikh Bin Farihan Al 
Haritsi  (Abu Abdillah) Penterjemah Idral Harits (Jogjakarta)



Semoga semua artikel dan eBook di blog kami bermanfaat untuk kita 
semua.Wallahu'alam bissowab

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh....[]

2 komentar: