Minggu, 23 Januari 2011

KADAR HITUNGAN MANUSIA HIDUP DI DUNIA

As Sajdah : 5
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu

Artinya, umpama kita hidup dan berumur 200 tahun, berarti kita hidup baru mencapai 0,2 harinya Allah dan belum mencapai hitungan sehari hitungan Allah.
1 hari Allah = 1000 tahun kadar hitungan manusia
berarti jika kita berumur 200 tahun, maka kita hidup hanya 0,2 x 24 jam = 4,8 jam hitungan Allah..

kita ambil umur Rasulullah sebagai contoh
63 : 1000 = 0,063
0,063 x 24 = 1,512
jadi, Rasulullah hidup di dunia hanya 1,512 jam hitungan Allah..
Untuk perbandingan lebih lanjut, silahkan hitung rata-rata umur manusia hidup di jaman sekarang..

sebagai makhluk ciptaan-Nya yang berakal, kita bisa mengambil perumpamaan sesama makhluk ciptaan-Nya yang lain. yang dekat saja kita hitung, berapa umur nyamuk,,? perumpamaan yang lebih rendah dari nyamuk,,?

mengajak kita untuk berpikir lebih jernih, bening, dan jauh..
kenapa aku hidup,,?
apa yang aku cari,,?
apa yang sudah aku dapatkan,,?
yang seperti apa, dan bagaimana,,?

Al Mu'minun : 112
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"

Al Mu'minun : 113
Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung".

Al Mu'minun : 114
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui"

PENDAPAT TOKOH TOKOH KAFIR (NON MUSLIM)TENTANG *AL-QURAN & *BIBLE

Pendapat Para Ilmuwan Kafir(Non Muslim) tentang *Al-Qur`an & *Bible

Al-Qur`an
Bible 
Kitab Suci adalah landasan iman seseorang. Kalau seseorang berbicara tentang Kitab Sucinya, niscaya ia akan membenarkannya. Lain halnya dengan para ilmuwan non-muslim yang berbicara dalam buku ini. Secara objektif-ilmiah mereka mengetengahkan pendapatnya tentang Al-Qur`an dan Bible.

Kesimpulannya, silahkan anda kaji/telaah sendiri dengan sikap arif dan terbuka sehingga kebenaran-lah yang menjadi ikutan sedang kebatilan dan keraguan jauh terenyahkan.


*Pendapat tokoh-tokoh Kafir(non muslim) terhadap kitab bible
1. Dr. Mr. D. N. Mulder dalam bukunya "Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama", tahun 1963, pagina 12 dan 13, berkata sebagai berikut: "Buku ini dikarang pada waktu-waktu tertentu, dan pengarang-pengarangnya memang manusia juga, yang terpengaruh oleh keadaan waktunya dan oleh suasana di sekitarnya dan oleh pembawaan pengarang itu sendiri. Naskah-naskah asli dari Kitab Suci itu sudah tidak ada Iagi. Yang ada pada kita hanya turunan atau salinan. Dan salinan itu bukannya salinan langsung dari naskah asli, melainkan dari salinan dan seterusnya. Sering didalam menyalin Kitab Suci itu terseliplah salah salin."

2. Drs. M. E. Duyverman dalam bukunya "Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru", tahun 1966, pagina 24 dan 25, berkata sebagai berikut: "Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesalahan dalam naskah asli yang dipergunakannya, lalu kesalahan itu diperbaikinya, pada-hal perbaikan itu sering mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan yang sungguh asli. Dan kira-kira pada abad keempat, di Antiochia diadakan penyelidikan dan penyesuaian salinan-salinan; agaknya terdorong oleh perbedaan yang sudah terlalu besar diantara salinan-salinan yang dipergunakan dengan resmi dalam Gereja."

3. Dr. B. J. Boland dalam bukunya "Het Johannes Evangelie", p. 9, berkata sebagai berikut: "Zijn ons de waarheden van het Evangelie van Jesus Christus in haar corspron- kelij-ken onvervalschen, zul veren vorm over-geleverd of zijn de door het intermediair van den Griek schen Geest, van de Griek sche reid, het laat stea an te nemen...dat de letter der Nieuw-Testament-ische boeken in de eerste eeuwen anzer jaar-telling gewichtig wijzungen moet hebben ondergaan."
Artinya: Apakah kebenaran-kebenaran dari Injil Jesus Kristus diserahkan kepada kita dalam bentuk murninya, asli dan tidak dipalsukan, ataukah telah dirubah melalui alam fikiran kebudayaan Gerika ? Umumnya yang terakhirlah yang diterima oleh orang jaman kini... bahwa tulisan-tulisan Kitab Perjanjian Baru pada dua abad pertama perhitungan tahun kita, pasti telah mengalami perubahan besar.

4. Dr. A. Powel Davies dalam bukunya "The meaning of the Dead Sea Scrolls The New American Library" tahun 1961 , p.106, berkata: "The first three, or Synoptic Gospels tell much the same story. There are discrepancies; but it is impossible to a considerable extent to reconcile them. John's Gospel, however, tells quit a different story from the other three. If John is right, then the other three are wrong; If the Synoptic are right, the John's gospel must surely be in error."
Artinya: Tiga Injil pertama, yaitu Injil Synoptik, membawakan cerita yang sama. Terdapat pertentangan2 di dalamnya, sehingga tidaklah mungkin sedemikian jauh untuk mendamaikan ayat-ayat ini. Namun Injil Johannes, menceritakan cerita-cerita yang amat berbeda dari ketiga Injil pertama itu. Bila Injil Johannes yang betul, maka ketiga Injil yang lain itu salah; bila ketiga Injil itu betul, maka Injil Johannes pasti salah.


5. Dr. G. C. Vari Niftrik dan Dr. B. J. Boland dalam bukunya "Dogmatika Masakini", cetakan ketiga; tahun 1978, p. 322, berkata sebagai berikut: "Kita tidak usah merasa malu bahwa terdapat pelbagai kekhilafan di dalam Al-Kitab; kekhilafan tentang angka-angka, perhitungan-perhitungan tahun dan fakta-fakta. Dan tak perlu kita pertanggungjawabkan kekhilafan-kekhilafan itu berdasarkan caranya isi Al-Kitab telah disampaikan kepada kita, sehingga dapat kita berkata: dalam naskah asli tentulah tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan-kekhilafan itu barulah kemudiannya terjadi di dalam turunan-turunan (salinan-salinan) naskah itu."

6. Herman Bakels (1871-1954) dalam bukunya "Nij Ketters? Ya.. Om deere Gods", p. 119-120, lewat buku "Dialog antara Ahmadiyah dengan saksi-saksi Yehowa", p. 83 dan 88 berkata sebagai berikut: "De andere ses Bijbels (Weda, Awesta, de boeken over Boedha, Taoteking, Confusius boeken, Kor'an) ken ik niet genoeg...Van onzen Bijbel weet ik dit zeker. Ik heb hem dertig jaar lang van voren tot achteren doorploeterd. En ik zeg rondement; ik kan in Europa geen boek dat meer stikvol dingen-die-niet-waar-zijn zit dan de Bijbel."
Artinya: Adapun enam buah kitab (Weda, Awesta, Kitab-kitab tentang Budha, Taoteking, Kitab--kitab Confusius, Al-Qur'an) tidak begitu saya kenal. Akan tetapi Bijbel kita ini, pasti saya ketahui. Sudah 30 tahun lamanya saya mengincah Bijbel kita ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu terus terang saya katakan, bahwa di Eropa, saya belum kenal sebuah kitab yang lebih padat dengan hal-hal yang tidak benar dari pada Bijbel. Dia juga berkata: "Bijna alle koeken zijn er misleidend, nip-seudepigra fisch. D.W.Z. niet geschreven door de auteurs op wier namen zestaan, maar wel later geschreven."
Artinya: Hampir semua kitab-kitab dalam bibel itu menyesatkan, yakni memakai nama. palsu, yaitu tidak ditulis oleh pengarang-pengarang yang tercantum nama mereka di atasnya, melainkan ditulis jauh di belakang mereka.

7. Surat kabar di Ghana, yaitu Harian Times, 24 Juni 1964 yang dimuat oleh harian Mercusuar Yk. tertanggal 31-8-1968; Mr.RT. Payet, di dalam parlemen inggris tahun 1964 mengusulkan kepada Pemerintah Inggris dalam hal ini The British Home Secretary agar Injil dilarang beredar. Salah satu di antara sebabnya seperti yang ia katakan sebagai berikut: "I know of no book in history which could compare with the Bible as a source of brutality and sadistic conduct.
Artinya: Tidak ada di dalam sejarah satu buku yang merupakan sumber dari perbuatan-perbuatan yang brutal dan sadis selain Injil ini. (I. Sudibya Markus dalam buku "Dialog Islam-Nasrani dan Usul Pelanggaran Injil di Inggris", terbitan Potrosari Ler. 28 Mgl.).

8. Prof. Herbert J. Muller dalam buku "The Uses of the Past, p. 168 lewat bukunya O. Hashem, "Marxiesme dan Agama", tahun 1965, Japi Surabaya, p. 45, berkata: "Scholars regard this text ( I Johannes 5:7) as a later interpolation however, since it does not appear in the best manuscripts."
Artinya: Para sarjana menganggap bahwa naskah ini (I Johannes 5:7) adalah suatu sisipan/tambahan kemudian, karena ayat seperti ini tidak diketemukan pada manuskrip-manuskrip terbaik.

9. Kata Herman Bakel dan Dr. A. Powel Davies, "Injil Matius 28:19 dan Injil Markus 16:9-19 adalah sisipan. Bacalah bukunya." (Hashem, "Jawaban Lengkap Kepada Pendeta Dr. J. Verkuyl," terbitan JAPI, Surabaya, tahun 1969, hal. 94).

10. Dr. W Graham Scroggie dari Moody Bible Institute, Chicago, adalah salah seorang penginjil yang paling dihormati di dunia, ia menjawab pertanyaan, "Apakah Injil Merupakan Firman Tuhan?" (juga judul bukunya), dibawah judul: “Bersifat Manusia, Juga Bersifat Ketuhanan”, dikatakan pada halaman 17: "Benar, Injil adalah bersifat manusia, meski beberapa orang yang tidak berdasarkan pengetahuan, telah mengingkari hal ini. Kitab2 itu telah melalui pikiran manusia, ditulis dalam bahasa manusia, dengan tangan manusia, dan mengandung gaya karakteristik manusia."

11. Kenneth Cragg, Uskup Anglican dari Yerusalem, berkata dalam bukunya "The Call of the Minaret" pada halaman 277: "Tidak begitu dengan Perjanjian Baru ... Terdapat penyingkatan dan editing, terdapat pilihan, reproduksi dan pembuktian. Di balik penulis Kitab tersebut terdapat pemikiran Gereja. Kitab tersebut mewakili pengalaman dan sejarah."

12. Ellen G. White, seorang "Nabi" gereja Advent Hari Ketujuh, dalam komentar Injilnya pada buku pertama halaman 14, memuat pengakuan tentang kesalahan "Kitab Suci Injil", sbb : "Injil" yang kita baca saat ini adalah hasil pekerjaan banyak penyalin yang dalam banyak hal mengerjakan pekerjaan mereka dengan ketelitian yang mengagumkan. Tetapi penyalin-penyalin ini tidaklah sempurna, dan Tuhan tidak menjaga mereka semua dari kesalahan penulisan."

  
Mengenai Pornografi dalam Injil berikut komentarnya :
George Bernard Shaw, pemikir dan dramawan besar Inggris, sewaktu membaca Kitab Suci Injil dengan teliti mengatakan bahwa kitab tersebut adalah "Kitab yang paling berbahaya di bumi. Jaga kitab tersebut dalam keadaan terkunci: larang anak-anak Anda membacanya."

Dan majalah The Plain Truth, sebuah terbitan "World Church of Tomorrow," dalam salah satu artikelnya mengatakan, "Banyak badan sensor akan memberi Injil rating X."


*Pendapat Tokoh-tokoh Kafir(Non Muslim) Terhadap Al-Qur`an

1. Harry Gaylord Dorman dalam buku "Towards Understanding lslam", New York, 1948, p.3, berkata: "Kitab Qur'an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang didiktekan oleh Jibril, sempurna setiap hurufnya, dan merupakan suatu mukjizat yang tetap aktual hingga kini, untuk membuktikan kebenarannya dan kebenaran Muhammad."

2. Prof. H. A. R. Gibb dalam buku "Mohammadanism", London, 1953, p. 33, berkata sebagai berikut: "Nah, jika memang Qur'an itu hasil karyanya sendiri, maka orang lain dapat menandinginya. Cobalah mereka mengarang sebuah ungkapan seperti itu. Kalau sampai mereka tidak sanggup dan boleh dikatakan mereka pasti tidak mampu, maka sewajarnyalah mereka menerima Qur'an sebagai bukti yang kuat tentang mukjizat."

3. Sir William Muir dalam buku "The Life of Mohamet", London, 1907; p. VII berkata sebagai berikut: "Qur'an adalah karya dasar Agama Islam. Kekuasaannya mutlak dalam segala hal, etika dan ilmu pengetahuan…"

4. DR. John William Draper dalam buku "A His-tory of the intelectual Development in Europe", London, 1875, jilid 1, p. 343-344, berkata: "Qur'an mengandung sugesti-sugesti dan proses moral yang cemerlang yang sangat berlimpah-limpah; susunannya demikian fragmenter, sehingga kita tidak dapat membuka satu lembaran tanpa menemukan ungkapan-ungkapan yang harus diterima oleh sekalian orang. Susunan fragmenter ini, mengemukakan teks-teks, moto dan peraturan-peraturan yang sempurna sendirinya, sesuai bagi setiap orang untuk setiap peristiwa dalam hidup."

5. DR. J. Shiddily dalam buku "The Lord Jesus in the Qur'an", p. 111 ,berkata: "Qur'an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab perjanjian Baru."

6. Laura Vaccia Vaglieri dalam buku "Apologie de I'Islamism, p. 57 berkata: "Dalam keseluruhannya kita dapati dalam kitab ini, suatu koleksi tentang kebijaksanaan yang dapat diperoleh oleh orang-orang yang paling cerdas, filosof-filosof yang terbesar dan ahli-ahli politik yang paling cakap... Tetapi ada bukti lain tentang sifat Ilahi dalam Qur'an, adalah suatu kenyataan bahwa Qur'an itu tetap utuh melintasi masa-masa sejak turunnya wahyu itu hingga pada masa kini...Kitab ini dibaca berulang-ulang oleh orang yang beriman dengan tiada jemu-jemunya. Keistimewaan-nya pula, Qur'an senantiasa dipelajari/dibaca oleh anak-anak sejak sekolah tingkat dasar hingga tingkat Profesor. "Sebaliknya malah karena diulang-ulang ia makin dicintai sehari demi sehari. Qur'an membangkitkan timbulnya perasaan penghormatan dan respek yang mendalam, pada diri orang yang membaca dan mendengarkan- nya.... Oleh karena itu bukan dengan jalan paksaan atau dengan senjata, tidak pula dengan tekanan mubaligh-mubaligh yang menyebabkan penyiaran Islam besar dan cepat, tetapi oleh kenyataan bahwa kitab ini, yang diperkenalkan kaum Muslimin kepada orang-orang yang ditaklukkan dengan kebebasan untuk menerima atau menolaknya adalah kitab Tuhan. Kata yang benar, mukjizat terbesar yang dapat diperlihatkan Muhammad kepada orang yang ragu dan kepada orang yang tetap berkeras kepala."

7. Prof. A. J. Amberry, dalam buku "De Kracht van den Islam", hlm. 38, berkata: "Qur'an ditulis dengan gaya tak menentu dan tidak teratur, yang menunjukkan bahwa penulisnya di atas segala hukum-hukum pengarang manusia."

8. G. Margoliouth dalam buku "Introduction to the Koran" (kata pendahuluan untuk buku J. M. H. Rodwell), London, 1918, berkata: "Diakui bahwa Qur'an itu mempunyai kedudukan yang penting diantara kitab-kitab Agama di dunia. Walau kitab ini merupakan yang terakhir dari kitab-kitab yang termasuk dalam kesusasteraan ini, ia tidak kalah dari yang mana pun dalam effeknya yang mengagumkan, yang telah ditimbulkannya terhadap sejumlah besar manusia yang telah menciptakan suatu phase kemajuan manusia & satu tipe karakter yang segar."

9. George Sale dalam buku "Joseph Charles Mardrus-Premilinary Discourse", berkata: "Di seluruh dunia diakui bahwa Qur'an tertulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang paling tinggi, paling murni....diakui sebagai standard bahasa Arab... dan tak dapat ditiru oleh pena manusia... Oleh karena itu diakui sebagai mukjizat yang besar, lebih besar daripada membangkitkan orang mati, dan itu saja sudah cukup untuk meyakinkan dunia bahwa kitab itu berasal dari Tuhan."

10. E. Denisen Ross dari "Introduction to the Koran-George Sale", p. 5, berkata: "Qur'an memegang peranan yang lebih besar terhadap kaum Muslimin daripada peranan Bible dalam agama Kristen. Ia bukan saja merupakan sebuah kitab suci dari kepercayaan mereka, tetapi juga merupakan text book dari upacara agamanya dan prinsip-prinsip hukum kemasyarakatan ... Sungguh sebuah kitab seperti ini patut dibaca secara meluas di Barat, terutama di masa2 ini, di mana ruang dan waktu hampir telah dipunahkan oleh penemuan2 modern."

11. James A. Michener dalam "Islam the Misun-derstood Religion Readers Digest", Mei 1955, berkata sebagai berikut: "Berita Qur'an inilah yang mengusir patung-patung dewa, dan memberikan ilham kepada manusia untuk merevolusikan hidup dan bangsa mereka.... Kombinasi antara persembahan kepada Satu Tuhan ditambah dengan perintah prakteknya yang membuat Qur'an menjadi khas. Bangsa yang beragama di Timur yakin bahwa negara mereka hanya akan diperintah dengan baik apabila hukum-hukumnya sejalan dengan Qur'an.

12. W.E. Hocking dalam "Spirit of World Politics-New York 32", p. 461 , berkata: "...saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa Qur'an berisi amat banyak prinsip-prinsip yang diperlukan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa hingga pertengahan abad ke-13, Islamlah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat."

13. Napoleon Bonaparte :
 a. Dari "Stanislas Cuyard-Ency des Sciences Religioses", Paris, 1880, jilid IX, p. 501 berkata sebagai berikut: "Selama abad-abad pertengahan, sejarah Islam peradaban sepenuhnya. Berkat keuletan kaum Musliminlah maka ilmu pengetahuan dan falsafah Yunani tertolong dari kebinasaan, dan kemudian datang membangunkan dunia Barat serta membangkitkan gerakan intelektual sampai pada pembaruan Bacon. Dalam abad ke-7 dunia lama itu sedang dalam sakaratul maut. Muhammad memberi kepada mereka sebuah Qur'an yang rnerupakan titik tolak ke arah dunia baru."

b. Dari buku "Bonaparte et I'Islarn oleh Cherlifs, Paris, p. 105, berkata sebagai berikut: "I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur'an wich alone can lead men to happiness.
Artinya: Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip--prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur'an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.*

*) Sumber terutama dari M. Hashem, "Kekaguman Dunia terhadap Islam", cetakan pertama, Bandung,


KESIMPULAN
Setelah kita mempelajari dengan teliti pendapat para ilmuwan nonmuslim terhadap Al-Qur`an dan Bible tersebut di atas, maka jelaslah bahwa dalam menerima kebenaran Islam untuk berbakti kepada Tuhan Allah Yang Maha Esa memang melalui proses mempelajari serta meneliti dengan sepenuh akal budi dan kejujuran. Hanya dengan demikianlah akan sampai pada derajat pengakuan atas kebenarannya. Kesim­pulan itu akan diperoleh, tentunya setelah diana­lisa dengan sesungguhnya serta dibandingkan dengan kekurang-benaran atau ketidak-benaran yang lainnya. Sehingga akan lebih nampak mana yang hak dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang salah, serta dapat dibedakan pula mana yang bercampur-baur antara kebenaran dan kebatilan dan mana yang suci murni dari Ilahi. Kemudian baru atas taufik dan hidayah dari Allahlah manusia dapat dan mampu mengakui didalam hati & pikiran,mengikrarkan didalam lisan,serta mengamalkan didalam kehidupan dengan segala kekuatan.


Hal itu sebagaimana dituliskan di dalam Al-Qur'an :
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terda­pat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi mem­benarkan kitab terdahulu (yang asli) dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Qur'an 12:111)

Maksudnya: membenarkan kitab terdahulu yang asli, kitab yang asli tanpa campur tangan otak manusia yang merubah Firman Allah dengan maksud mengambil keuntungan dengan memuaskan hawa nafsu sesatnya...

Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik dian­taranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itu­lah orang-orang yang berakal. (Qur'an 39: 18)

Maka, di dunia ini banyak orang yang ber­akal cerdas kemudian berbondong-bondong masuk Islam dan sebaliknya orang-orang yang kurang akal meninggalkan Islam.



Penyusun
Drs. H. Wakhid Rosyid Lasiman (Drs. Wilibrordus Romanus Lasiman)

Jumat, 21 Januari 2011

HUKUM REBOUNDING

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Di tangan-Nya lah hidayah dan petunjuk. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Beberapa waktu yang lalu kita disuguhkan dengan berita dari media mengenai permasalahan rebounding. Suatu saat seorang wanita menanyakan kepada ayahnya mengenai hukum rebounding. Ayahnya pun yang sudah masyhur sebagai ulama di negeri ini mengiyakan bolehnya rebounding.

Namun, bagaimana hukum rebounding sebenarnya? Semoga bermanfaat pembahasan ringkas berikut ini.

Merujuk Fatwa Ulama

Ulama besar Kerajaan Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya:
Beberapa pelajar yang berambut halus (lurus) menjadikan rambutnya keriting dengan cara yang sudah dikenal di tengah-tengah mereka. Apa hukum perbuatan semacam ini padahal diketahui bahwa hal ini sering dilakukan oleh orang barat?

Jawab:

Para ulama mengatakan bahwa perbuatan mengkriting rambut itu tidak mengapa, artinya asalnya boleh saja. Asalkan mengkriting rambut tersebut tidak menyerupai model wanita fajir dan kafir, maka tidaklah mengapa. [Sumber: Fatawa Al Jaami’ah lil Mar’ah Al Muslimah (3/889)]

Syaikh Sholih bin Fauzan Al Fauzan hafizhohullah (salah satu anggota Komisi Fatwa di Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’) juga pernah ditanya mengenai hukum taj’id ar ro’si. Yang dimaksud di sini adalah mengkriting rambut atau membuatnya lebih keriting.

Keriting tersebut bertahan beberapa waktu. Terkadang wanita yang ingin mengkriting rambutnya ini pergi ke salon-salon dan menggunakan bahan atau alat tertentu sehingga membuat rambut tersebut keriting sampai enam bulan.

Jawab:

Diperbolehkan bagi wanita untuk mengkriting rambutnya asalkan tidak mengikuti model orang kafir. Syarat lainnya, ia tidak boleh menampakkan rambutnya tadi kepada para pria selain mahromnya. Ia boleh mengkriting rambutnya dengan bantuan wanita lain yang dapat dipercaya.

Keriting rambut tersebut boleh bertahan sebentar atau dalam waktu yang lama. Ia boleh menggunakan bahan yang mubah (dibolehkan) atau selainnya untuk mengkriting rambut tersebut.

Namun catatan yang perlu diperhatikan, hendaklah wanita tersebut tidak pergi ke salon untuk melakukan hal ini. Karena jika ia mesti keluar rumah, itu akan menimbulkan fitnah (godaan bagi para pria) atau ia akan terjerumus dalam hal yang dilarang.

Pekerja salon boleh jadi adalah wanita yang tidak paham agama (sehingga tidak dapat dipercaya dan dapat membuka aibnya, pen), atau bahkan lebih parah lagi jika pekerjanya adalah seorang pria, jelas-jelas ia haram untuk menampakkan rambutnya pada mereka.

Rebounding Itu Haram Bagi Wanita yang Tidak Berjilbab

Dari penjelasan kedua ulama besar di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa mengkriting rambut asalnya dibolehkan. Ini berlaku pula untuk rebounding (membuat rambut keriting menjadi lurus/halus). Namun ada catatan yang mesti diperhatikan:

Pertama:
Keriting dan rebounding tersebut tidak boleh mengikuti model wanita kafir atau wanita fajir (yang gemar maksiat).
Kedua:
Yang boleh mengkriting rambut atau merebounding adalah wanita yang dapat dipercaya sehingga tidak akan membuka aib-aibnya. Lebih-lebih tidak boleh lagi jika yang mengkriting rambutnya adalah seorang pria yang ia haram menampakkan rambut pada mereka.
Ketiga:
Rambut yang dikeriting atau direbounding tidak boleh ditampakkan kecuali pada suami atau mahromnya saja.
Sehingga dari sini, wanita yang tidak berjilbab tidak boleh merebounding rambut atau mengkeriting rambutnya karena tujuan ia yang haram yaitu ingin pamer rambut yang merupakan aurat yang wajib ditutupi.

Asalnya, memang mengkeriting atau merebounding itu dibolehkan namun karena tujuannya untuk pamer aurat yaitu rambutnya, maka ini menjadi haram.

Ada sebuah kaedah yang sering disampaikan para ulama: al wasa-il ilaa haroomin haroomun (perantara menuju perbuatan haram, maka perantara tersebut juga haram).

Pamer aurat adalah haram. Rebounding bisa dijadikan jalan untuk pamer aurat. Sehingga berdasarkan kaedah ini rebounding pada wanita yang pamer aurat (enggan berjilbab) menjadi haram.

Bahaya Pamer Rambut yang Merupakan Aurat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”

Di antara tafsiran “wanita yang berpakaian tetapi telanjang” adalah wanita tersebut membuka aurat yang wajib ditutupi seperti membuka rambut kepala.

Padahal aurat wanita yang wajib ditutupi adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Berarti rambut kepala termasuk aurat yang wajib ditutup. Allah Ta’ala berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur: 31).

Berdasarkan tafsiran Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Atho’ bin Abi Robbah, ‘Ikrimah, Makhul Ad Dimasqiy, dan Al Hasan bin Muhammad Al Hanafiyah rahimahumullah bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan.

Lihatlah ancaman untuk wanita yang sengaja buka-buka aurat: Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.
Rambut kepala juga merupakan perhiasan wanita yang wajib ditutupi. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33).

Abu ‘Ubaidah mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan kecantikan dirinya.” Az Zujaj mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan perhiasaan dan setiap hal yang dapat mendorong syahwat (godaan) bagi kaum pria.”

Dari sini, sungguh sangat aneh jika ada yang menghalalkan rebounding untuk wanita yang ingin pamer aurat?!
Semoga para wanita muslimah selalu diberi taufik oleh Allah untuk memiliki sifat malu.

Sifat inilah yang akan mengantarkan mereka pada kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ
Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.
Semoga Allah memberi taufik untuk memperhatikan dan mengamalkan aturan yang telah Allah gariskan. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

*HR. Muslim no. 2128, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu * Lihat Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031, Darun Nasyr, 1418 H, Asy Syamilah
* Lihat Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Amru Abdul Mun’im, hal. 14, Maktabah Al Iman, cetakan pertama, tahun 1420 H.
* Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 5/133, Mawqi’ Al Islam.
* HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37, dari ‘Imron bin Hushain.

Rabu, 19 Januari 2011

BIANGNYA BENCANA & SOLUSI NYA



Pernah terjadi gempa ringan (lindu-jawa) pada masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khoththob, kendati gempa tersebut tidak sampai menumbangkan pohon terlebih merobohkan rumah, peristiwa tersebut betul-betul membikin gempar para shahabat, pasalnya belum pernah mereka mengalami peristiwa semisalnya ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup atau di masa Khalifah Abu Bakar. Atas kejadian itu Umar bin Khoththob berkata kepada rakyatnya:

“Wahai manusia, apa ini? (mengapa terjadi gempa bumi). Betapa cepatnya kalian berubah !! kalau sampai terulang sekali lagi (terjadi gempa bumi) aku tidak mau tinggal (di Madinah ini) bersama kalian !”

Logika langit yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam membekas kuat dan dipahami dengan “mumtaz” oleh Khalifah Umar. Beliau tau persis hukum kausalitas (sebab akibat) atas alam semesta yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wata'ala melalui Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam-Nya, yakni bahwa bumi sebagai salah satu makhluq Allah Subhanahu wata'ala yang ta’at kepada-Nya, tidak akan guncang kecuali dengan kehendak-Nya. Keguncangan bumi tidak lain karena Allah Subhanahu wata'ala murka disebabkan manusia yang tinggal di punggung bumi itu melakukan pelanggaran-pelanggaran dan maksiat kepada Allah Subhanahu wata'ala, kemudian Allah Subhanahu wata'ala memerintah bumi untuk berguncang sebagai peringatan atas mereka agar berhenti dari perbuatan itu, atau Dia bermaksud untuk menghukum mereka sehingga habis bertumbangan seolah mereka tidak pernah tinggal di tempat itu.

Tak berbeda pula dengan bencana yang akhir-akhir ini mendera bangsa kita, banjir tumpah di mana-mana, tanah longsor menimbun banyak warga, dan baru-baru ini Aceh seakan merasakan “kiamat”, padahal baru diberikan sedikit peringatan oleh-Nya yakni dengan Gempa Tektonik dengan kekuatan sekitar 5,7 SR yang menimbulkan gelombang Tsunami yang menewaskan banyak orang hingga dampaknya juga terasa sampai Srilangka, India serta beberapa negara lainnya. Para pakar boleh berdebat tentang sebab musababnya, boleh saling tuding siapa yang paling bertanggung jawab atas musibah tersebut, namun logika wahyu menyebutkan bahwa semua terjadi karena dosa. Judi merajalela, zina menjadi budaya, riba adalah pendapatan utama sedangkan hukum Allah Subhanahu wata'ala dipilah dan dipilih seenaknya.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menghadap kearah kami seraya bersabda : “Wahai kaum muhajirin, ada lima hal yang aku berlindung diri kepada Allah Subhanahu wata'ala agar kalian tidak menjumpainya, tidaklah menyebar perbuatan keji (zina) pada suatu kaum hingga mereka berterang-terangan melakukannya melainkan mereka akan ditimpa wabah-wabah penyakit dan kelaparan yang belum pernah menimpa orang-orang sebelum mereka. Tidaklah suatu kaum yang mengurangi takaran (dalam jual beli) melainkan mereka akan ditimpa paceklik, sulit mendapat makanan dan jahatnya penguasa. Tidaklah suatu kaum yang enggan mengeluarkan zakat dari harta mereka melainkan akan terhalang air hujan dari langit, kalau saja bukan karena (ada) binatang niscaya tidak diturunkan hujan. Tidaklah suatu kaum mengingkari janji melainkan Allah Subhanahu wata'ala akan menguasakan atas mereka musuh-musuh yang bukan dari golongan mereka, mereka mengambil sebagian harta yang ada ditangan mereka. Dan selama pemimpin-pemimpin mereka tidak menerapkan hukum Allah Subhanahu wata'ala dan memilah-milih apa yang Allah Subhanahu wata'ala turunkan di dalam kitab-Nya, niscaya Allah Subhanahu wata'ala akan menjadikan saling berkeras-kerasan diantara mereka.”(HR Ibnu Majah dan Al-Hakim)

*** SYARAH ***

Hadits diatas menyebutkan secara gamblang beberapa sebab timbulnya berbagai macam bencana. Bahwa setiap dosa membawa konsekuensi bagi munculnya bala’ dan bahwa setiap musibah terjadi karena dosa. Sebagaimana halnya suatu kemakmuran dan kesejahteraan tergantung dari nilai keimanan dan ketaqwaan.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman,

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu. Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka, apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami di malam hari ketika mereka tengah lelap tertidur?? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami di waktu matahari sepenggalah naik saat mereka sedang bermain-main?? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)?? Tiada yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’roof 96-99).

            Logika wahyu mengaitkan langsung hukum kausalitas menurut versi-Nya, yakni bahwa keberkahan penduduk bumi (khususnya manusia) sangat erat terkait dengan sejauh mana mereka beriman kepada Allah Subhanahu wata'ala dan merealisir keimanannya dengan sungguh-sungguh melaksanakan titah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan itu, bukan saja kerusakan dapat dihindarkan dan korban dapat dicegah, bahkan peristiwa yang akan mendatangkan jatuhnya korban dapat dicegah untuk tidak terjadi.

*** SEBAB-SEBAB KEHANCURAN UMAT ***

            Betapa banyak Allah Subhanahu wata'ala telah memberikan gambaran di dalam ayat-ayat-Nya, bahwa dosa pula yang menyebabkan umat-umat terdahulu di hancurkan oleh Allah Subhanahu wata'ala. Dosa telah menjadikan kaum Nuh di tenggelamkan oleh Allah Subhanahu wata'ala dengan air bah yang sampai ke puncak gunung. Dosa pula yang menyebabkan kaum ‘Ad ditimpa angin yang sangat dingin lagi kencang hingga mereka mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk. Merajalelanya homoseks telah mengakibatkan kaum Luth binasa, Allah Subhanahu wata'ala membalikkan bumi sehingga atas menjadi bawah dan sebaliknya lalu Allah Subhanahu wata'ala menghujani mereka dengan batu dari langit. Dosa pula yang menyebabkan kaum Syu’aib ketika melihat awan laksana naungan, namun ketika tepat diatas kepala mereka tiba-tiba mereka dihujani dengan semburan api yang menyala-nyala.
           
            Jika tersebar satu dosa pada suatu kaum Allah Subhanahu wata'ala akan menimpakan satu jenis siksa yang setimpal. Demikian pula dengan umat sebelum kita, ada yang disiksa dengan Gempa, banjir, dengan petir, angin ribut, dan sebagainya sesuai dengan jenis maksiat yang dikerjakan. Lantas bagaimana halnya jika seluruh bentuk kemaksiatan tersebut secara bersamaan dilakukan dengan terang-terangan oleh suatu umat? Tentunya hal itu lebih mendekatkan kepada bebagai macam adzab. Ironinya, seluruh maksiat yang telah disebutkan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam tersebut telah menyebar di tengah kita.

            Pertama, perzinaan merajalela. Bukanlah merupakan rahasia bahwa praktek prostitusi di Indonesia maupun negeri-negeri lainnya merebak dengan pesatnya. Dan mereka melakukannya dalam keadaan terang-terangan. Dengan bangganya para pezina menceritakan pengalaman seksnya kepada khalayak melalui majalah-majalah jorok yang jenis ataupun oplahnya lebih banyak dari majalah-majalah umum. Bahkan hal itu sudah dijadikan bumbu penyedap bagi media-media cetak pada umumnya. Media elektronikpun menjadikan eksploitasi wanita sebagai menu utama. Walhasil, sedikit demi sedikit perzinaan tidak lagi dianggap tabu oleh masyarakat kita saking seringnya mereka melihat, membaca dan mendengarnya.

            Negeri barat yang menjadi kiblat masyarakat kita, telah meneguk pahitnya racun pergaulan bebas hingga menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit kelamin. Menurut catatan Encyclopedia Britannica bahwa rumah pengobatan pemerintah rata-rata 200.000 kasus penyakit sypilis dan 160.000 kasus penyakit gonorrhea terjadi setiap tahunnya. Bahkan menurut buku Readers Digest kasus yang tidak dilaporkan atau tidak tercatat diperkirakan mencapai 1200.000 orang. Sedangkan Perancis, menurut Dr. Leredde diperkirakan 30.000 kematian di Perancis setiap tahun disebabkan oleh penyakit sypilis.

            Itulah harga yang harus mereka bayar akibat merebaknya pelacuran. Sebagaimana hadits diatas bahwa ketika zina telah nampak terang-terangan maka akan muncul bermacam-macam penyakit yang belum pernah dialami oleh orang-orang sebelum mereka. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda : “Apabila zina dan riba telah nampak terang-terangan di suatu desa maka sungguh mereka telah menempatkan diri mereka pada adzab Allah Subhanahu wata'ala.”(HR. At-Thabrani dan Al-Hakim dari Ibnu Abbas, shahih).

            Tak pelak lagi bahwa di Indonesia yang kita cintai ini, praktek prostitusi semakin merebak, jumlah pelacur kian membengkak, tempat-tempat maksiat semakin marak didukung oleh angin segar reformasi yang justru membuat mereka leluasa untuk bergerak.

            Sebagai “konsekuensi tragisnya”, kamus kedokteran terus bertambah dengan daftar penyakit-penyakit baru, korban-korban berjatuhan oleh sypilis, gonorrhea dan aids yang terkenal super ganas dan bayi-bayi tak berdosa dibunuh dengan aborsi oleh ibu yang mengandungnya lantaran malu karena tak jelas siapa bapaknya.

            Kedua, munculnya generasi-generasi muthaffifin (orang-orang yang curang dalam menimbang) nampaknya sudah menjadi perkara yang lumrah. Jika mereka membeli menuntut untuk tepat timbangannya, namun apabila menjual dia kurangi takarannya.

            Belum lagi praktek jual beli yang tak lagi mengindahkan aturan-aturan syar’i tumbuh merajalela dengan corak dan ragamnya. Praktek semacam ini telah menjadi kebiasaan umum dalam berjual beli. Inilah salah satu penyebab datangnya murka Allah Subhanahu wata'ala.

            Ketiga, tidak mau menunaikan zakat. Mayoritas kaum muslimin hari ini nyaris tidak memiliki perhatian sedikitpun terhadap urusan zakat kecuali zakat fitrah saja. Padahal menunaikan zakat adalah salah satu rukun Islam. Bahkan khalifah Abu Bakar Ash Shidiq memerangi suatu kaum yang tidak menunaikan zakat padahal telah sampai nisabnya. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya kedudukan zakat di dalam Islam ini.

            Jika kita mendapatkan seseorang yang kelaparan atau terlantar, pasti ada diantara orang kaya yang curang, yakni tidak menunaikan zakat yang merupakan hak bagi fakir miskin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala telah mewajibkan atas orang-orang kaya yang muslim mengeluarkan hartanya sesuai dengan kadar yang dapat mencukupi orang-orang fakir. Maka tiada didapatkan seorangpun yang kelaparan ataupun tak mampu berpakaian, melainkan karena ulah orang kaya.” (HR. Ath Thabrani)

            Keempat, melanggar janji Allah Subhanahu wata'ala dan Rasul-Nya. Sebagai akibatnya kaum muslimin tertindas oleh musuh, baik secara politik, militer ataupun ekonomi. Kaum muslimin ibarat hidangan yang diperebutkan oleh musuh-musuhnya, mereka nyaris tak berkutik laksana buih dalam lautan.

            Kelima, para pemimpin tidak menghukumi dengan kitab Allah Subhanahu wata'ala, dan mereka memilih-milih dari apa-apa yang telah Allah Subhanahu wata'ala turunkan. Hari ini kitabullah hanya diberikan haknya untuk mengatur urusan di dalam masjid saja, dan dalam urusan ibadah mahdhah saja, akan tetapi dalam urusan hukum, dan bagaimana cara mengatur bumi Allah Subhanahu wata'ala ini, Kitabullah tak mendapatkan tempat sedikitpun. Apakah mereka menyangka bahwa urusan ibadah mahdhah berasal dari Allah Subhanahu wata'ala sedangkan urusan lain yang terdapat dalam Al Qur’an bukan dari Allah Subhanahu wata'ala?

            Atau barangkali juga, seandainya hukum Allah Subhanahu wata'ala diterapkan maka manusia-manusia yang hendak memanipulasi kekayaan merasa tidak akan leluasa untuk mengeruk keuntungan duniawi sehingga dengan getol mereka mencegah terealisasinya hukum Allah Subhanahu wata'ala.

            Sebagai buahnya, apa yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam diatas persis sebagaimana yang kita alami hari ini, yakni saling berkeras-kerasan sesama mereka. Kita melihat begitu murahnya nyawa manusia, begitu mudahnya pertumpahan darah terjadi hanya karena kepentingan sesaat dan yang lebih tragis adalah berkeras-kerasan antar sesama kaum muslimin. Itulah buah dari tidak menerapkan hukum Allah Subhanahu wata'ala.

HUKUMAN BERBANDING LURUS DENGAN MAKSIAT, KESELAMATAN BERBANDING LURUS DENGAN KETAATAN.

            Al-‘Allamah Ibnul-Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah tatkala menjelaskan firman Allah Subhanahu wata'ala :

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ (QS. An-Anfaal : 53)

            Beliau mengatakan :

“Maka mereka merubah keta’atannya kepada Allah Subhanahu wata'ala dengan maksiat, syukurnya diganti dengan kekufuran, sebab-sebab yang dengannya mendatangkan keridhoan Allah Subhanahu wata'ala diganti dengan sebab-sebab yang mendatangkan kemurkaan-Nya. Maka ketika mereka merubahnya, Allah Subhanahu wata'ala pun mencabut kenikmatan yang telah dikaruniakan-Nya, sebagai balasan yang setimpal, dan Dia tidak mendholimi hamba-Nya. Jika mereka bertaubat dan maksiat yang mereka lakukan diganti dengan keta’atan, maka Allah Subhanahu wata'ala ganti hukuman-Nya dengan ‘aafiyaat (keselamatan)”. (Lihat di dalam kitab Al-Jawaab Al-Kaafiy li man Saala’an Al-Dawaa’ Asy-Syaafiy).


*** KIAT MENGHINDAR DARI BENCANA ***

            Jika banjir melanda sebagian penduduk di negeri kita ini, tidak harus ditafsirkan bahwa hanya mereka sajalah yang melakukan kemaksiatan. Bisa jadi ada pihak lain yang melakukannya lalu semua kena getahnya manakala tidak ditegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

“Sesungguhnya, ketika manusia melihat kedhaliman namun tidak mau mencegahnya, maka hampir-hampir Allah Subhanahu wata'ala akan meratakan adzabNya.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi)

            Dengan direalisasikannya amar ma’ruf nahi munkar kerusakan di tengah masyarakat Islam akan dapat dicegah, yang terlanjur rusak pun dapat diperbaiki. Kembalinya mereka kepada kesuciannya akan mengembalikan ‘aafiyaat (keselamatan) sebagai ganti ‘uquubaat (hukuman) dalam berbagai bentuknya. Insya Allah.

*** HIKMAH DARI MUSIBAH ***

            Allah Subhanahu wata'ala telah mengabarkan kepada kita bahwa segala kerusakan di muka bumi ini akibat ulah tangan manusia, akibat kedurhakaan mereka kepada Rabbnya. Dan Allah Subhanahu wata'ala memberitahukan pula kepada kita bahwa hikmah diturunkannya musibah adalah supaya kita sadar dan mau meninggalkan maksiat, bertaubat dan kembali menapaki jalan fitrah yakni untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla. Firman-Nya :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, suapaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Ruum : 41)

MARAJI’ :

  1. Sunan Ibnu Majah
  2. Al Jawaabul Kaafi Liman Sa’ala ‘Anid Dawa’i Asy-Syaafi, Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah
  3. Minhaaj Al Qashidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah
  4. Khathatudz Dzunub ‘Alal Ummah, Hamid bin Muhammad Hamid
  5. Khuthabul Mimbariyah, Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan hafidzahullah
  6. Dan lain-lain

SANGAT SEDIH RASANYA DI SAAT ORANG TUA BERKATA KEPADAKU "TERIMA KASIH NAK..ATAS PEMBERIAN NYA"

Sangat sedih rasanya, disaat orangtuaku berkata kepadaku: "Terimakasih ya nak...atas pemberiannya".
 
Sangat Sedih Rasanya,
Saat orangtuaku berkata kepadaku: "Terima kasih ya nak…, atas pemberiannya".

بسم الله الرحمن الرحيم و الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

Si Fulan berkata kepada penulis: "Hati saya sangat sakit sekali, perasaan saya hancur, sedih, malu, haru, semua rasa bercampur, ketika orangtua saya berkata kepada saya: "Terima kasih ya nak…, atas pemberiannya",
Penulis bertanya: "Coba ceritakan dari awalnya, mungkin akan lebih jelas kejadiannya".
Si Fulan kemudian bercerita: "Ceritanya, orangtua saya minta dikirimi uang dalam jumlah tertentu, dan mereka berkata: "Kirimkan segera ya..",  maka hari itu saya langsung transfer permintaan tersebut kepada orangtua saya, besoknya saya telpon orangtua untuk memberitahukan bahwa uangnya sudah ditransfer, saya berkata kepada orangtua: "Semoga bermanfaat", mereka menjawab: "Uang yang kamu kirim itu sebenarnya, untuk beli celana panjang bapakmu, karena bapakmu mempunyai celana cuma satu, yang hijau itu aja, padahal beliau sering ikut kajian Islam, kalau celana kotor, maka beliau tidak bisa ikut kajian, yang jelas terima kasih ya nak…atas pemberiannya".
Si fulan pun terdiam sejenak sambil mengatur nafas, menahan tangis, kemudian dia berkata: "Semoga orangtua saya diampuni oleh Allah Ta'ala dari segala dosa dan kesalahan serta diberikan husnul khatimah di akhir hidup mereka, Allahumma amin".

Kawan pembaca…
Cerita di atas adalah cerita nyata, penulis ketika mendengar cerita tersebut hanya bisa meneteskan air mata sambil mengingat-ingat ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang berbakti kepada kedua orangtua:

1. Perintah berbakti kepada orangtua disebutkan setelah perintah beribadah kepada Allah semata, hal ini menunjukkan akan sangat tingginya kedudukan berbakti kepada orangtua di dalam Islam.
{وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا} [الإسراء: 23]
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.  Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". QS. Al Isra: 23

2. Perintah berbakti kepada orangtua lebih ditekankan lagi ketika mereka sudah dalam keadaan lanjut usia, karena kalau sudah lanjut usia, mereka dalam keadaan:

a. kadang tidak mempunyai tempat tinggal akhirnya tinggal di tempat anaknya.
b. kadang tidak mempunyai penghasilan akhirnya mereka sering minta kepada anaknya.
c. kadang menginginkan sesuatu yang kurang bermanfaat, akhirnya membuat bingung anaknya.
d. Tua renta yang kesusahan mengerjakan kegiatan pribadi secara sewajarnya, seperti buang air besar, buang air kecil dan semisalnya yang menjijikkan, akhirnya anaknya yang mengurusnya.

Maka dari sinilah rahasianya, Allah Ta'ala memerintahkan kepada anak:
a. untuk berbakti kepada orangtua,
b. untuk jangan mengucapkan perkataan "ah" kepada mereka,
c. untuk jangan membentak dan mengucapkan perkataan yang baik kepada mereka,
terutama dalam keadaan mereka tua. Lihat Tafsir An Nasafi, 2/283.

Coba perhatikan hadits di bawah ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ ».
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kehinaan baginya, kehinaan baginya, dan kehinaan baginya!!", lalu ada yang bertanya kepada beliau: “Bagi siapakah kehinaan itu wahai Rasulullah?”, Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang mendapati kedua orangtuanya dalam keadaan tua (jompo), salah satunya atau keduanya kemudian ia tidak masuk surga". HR. Muslim

3. Sungguh tidak pantas seorang anak mendapatkan ucapan terima kasih dari orangtua, karena berbakti adalah kewajiban anak, mari perhatikan riwayat berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِى مَالاً وَوَلَدًا وَإِنَّ أَبِى يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِى فَقَالَ « أَنْتَ وَمَالُكَ لأَبِيكَ ».
Artinya: "Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma bercerita: "Sesungguhnya ada seseorang berkata kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak dan sesungguhnya bapakku ingin mengambil/memusnahkan hartaku"?, Rasulullah shallallahu 'alaih wasallam menjawab: "Kamu dan hartamu adalah milik bapakmu". HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani.

Sungguh Indah perkataan Imam Qurthubi rahimahullah: “Orang yang bahagia adalah orang yang menggunakan kesempatan emas ini untuk berbakti kepada kedua orangtuanya agar ia tidak luput dari (kesempatan emas ini yaitu masuk surga) dengan meninggalnya kedua orangtuanya. Dan orang yang celaka adalah orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, terlebih lagi orang yang telah diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orangtuanya”. Lihat Tafsir Al Qurthubi, 10/242.

Kawan pembaca…Baktilah…sebelum telat!

Ditulis oleh seorang anak yang menginginkan kedua orangtuanya dan seluruh orangtua kaum muslim masuk surga. Allahumma amin.

Senin, 17 Januari 2011

TEMPUH JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN ! WASPADAI JALAN MENUJU KEBINASAAN


(Nasehat dari Samahatul Imam Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah)

Perhatikanlah -wahai saudaraku- bimbingan ini! Takutlah engkau akan ringannya timbangan amalanmu! Takutlah engkau akan diberikannya catatan amalan engkau dari arah kiri, karena sesungguhnya itu semua adalah musibah yang besar, maka bersemangatlah engkau untuk menjalani sebab-sebab (amalan) yang bisa mengantarkan kepada kebahagiaan dan keberhasilan, yang bisa memberatkan timbangan amalanmu, dan diberikannya catatan amalanmu dari arah kanan, sehingga engkau menjadi orang yang sukses dan berhasil.

Kehidupan dunia ini adalah tempat untuk mengkoreksi diri, maka koreksilah diri engkau, lihatlah senantiasa amalan-amalan engkau siang dan malam sampai engkau meninggal, jika seandainya engkau adalah orang yang terus istiqamah, maka panjatkanlah puji kepada Allah dan bersyukurlah kepada-Nya, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu, mohonlah taufiq dan tsabat kepada Rabb engkau. Adapun jika engkau telah mengurangi dan menghilangkan sebagian amalan ketaatan engkau, maka koreksilah diri engkau, bertaubatlah kepada Allah dan istiqamahlah di atasnya, kembalilah kepada amalan-amalan kebajikan yang dulu engkau menyepelekannya, beristiqamahlah untuk menjalankan perintah-perintah Allah, jauhilah larangan-larangan-Nya dengan bersumber dari niatan yang jujur, keikhlasan kepada Allah, dan dengan mengharap keutamaan yang ada di sisi Allah, serta sikap yang jujur.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (At-Taubah: 119)

Maka kejujuran itu adalah suatu keharusan.

فَلَوْ صَدَقُوا اللهَ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ.


“Jikalau mereka jujur (imannya) kepada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad: 21)

Dan Allah subhanahu wata’ala juga berfirman di akhir surat Al-Ma’idah:

هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.

“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang jujur kejujuran mereka, bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (Al-Ma’idah: 119)

Inilah keadaan orang-orang yang jujur, orang-orang yang jujur kepada Allah dalam menunaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya dan meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh-Nya, jujur dalam kesungguhannya untuk berbuat kebajikan dan bersegeranya dalam mengerjakan kebajikan tersebut, jujur dalam beramar ma’ruf nahi munkar, saling menasehati dalam kebenaran dan menjalankan nasihat Lillah (dengan cara menunaikan hak-hak Allah ‘azza wajalla, pent) dan menjalankan nasihat bagi hamba-hamba Allah (dengan cara menunjukkan kepada mereka jalan-jalan kebaikan, pent).

Barangsiapa yang bersungguh-sungguh untuk berjihad melawan hawa nafsunya, dia akan mendapatkan kesudahan yang baik, akhir yang terpuji, serta keberuntungan di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang telah menyia-nyiakan dan tidak mempedulikannya, maka dia akan menyesal di kemudian hari.

Maka wajib bagi engkau untuk selalu mengingat dan mengkoreksi diri setiap malam dan siang: Apa saja yang telah engkau perbuat!? Apa saja kekurangan engkau!? Sehingga engkau mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibanmu.

Berhati-hatilah dari teman bergaul yang jelek yang bisa menjauhkan engkau dari kebaikan dan membantu engkau untuk berbuat kejelekan. Wajib bagi engkau untuk bergaul dengan orang-orang baik yang jika engkau ingat, mereka akan membantumu, dan jika engkau lupa mereka akan mengingatkanmu dengan kebaikan dan bersungguh-sungguh di dalamnya bersamamu, mereka akan menabahkan hati engkau, membantu, dan memberi semangat kepada engkau untuk selalu berbuat baik.

Wajib bagi engkau untuk berteman dengan orang-orang yang baik, karena seseorang itu dinilai dari agama teman duduknya dan teman karibnya, maka bersemangatlah untuk berteman dengan orang-orang baik yang akan membantu engkau dalam kebaikan dan mengingatkan engkau jika lupa, serta akan memberikan semangat jika engkau malas.

Wajib bagi engkau untuk berteman dengan orang-orang baik, berhati-hatilah dari bergaul dengan orang-orang jelek yang akan menjauhkan engkau dari kebaikan dan menyeret engkau kepada kejelekan. Berhati-hatilah dari berteman dengan mereka.

Seorang mukmin itu sesuai dengan keadaannya, jika dia memberikan nasehat lillah (untuk menunaikan hak-hak Allah) dan li’ibadihi (menunjukkan jalan-jalan kebaikan kepada hamba-hamba Allah), serta berteman dengan orang-orang yang baik, maka dia akan bahagia dengan kebahagiaan yang sangat, dan jika dia menyepelekannya dan bahkan membuang itu semua, maka dia menyesal dengan penyesalan yang sangat. Dan engkau -wahai hamba Allah-, berakhlaklah dengan akhlak mukminin dan senantiasalah engkau untuk berakhlak demikian.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ.


“Dan adalah orang-orang yang beriman baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan sebagian mereka adalah pelindung bagi sebagian yang lain, mereka memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan menegakkan shalat dan menunaikan zakat, dan menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan mendapatkan rahmat dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 71)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى ، قيل : يا رسول الله ! من يأبى !؟ قال : من أطاعني دخل الجنة ، ومن عصاني فقد أبى.

“Seluruh ummatku akan masuk al-jannah kecuali orang-orang yang enggan. Maka dikatakan kepada beliau: Wahai Rasulullah siapa orang-orang yang enggan itu? Beliau bersabda: Barangsiapa yang taat kepadaku, maka dia akan masuk al-jannah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh dia telah enggan.”

Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan masuk al-jannah dan sukses meraih kebahagiaan. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah enggan (untuk masuk al-jannah) dan menyebabkan kemurkaan Allah dan adzab-Nya.

Maka yang wajib adalah berhati-hati dan bersungguh-sungguh berjihad melawan hawa nafsunya. Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ.

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Kami, maka sungguh-sungguh akan Kami tunjukkan jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama-sama orang yang berbuat baik.” (Al-’Ankabut: 69).

Dan Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ.

“Dan benar-benar Kami akan menguji kalian sampai Kami tahu siapa yang benar-benar berjihad dan sabar di antara kalian dan akan Kami kabarkan keadaan kalian.” (Muhammad: 31).

Maka sudah seharusnya seseorang itu untuk selalu bersungguh-sungguh dan bersabar. Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ.

“Barangsiapa bersungguh-sungguh maka sesungguhya dia telah bersungguh-sungguh untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan sesuatupun dari alam semesta ini.” (Al-’Ankabut: 6).

Bersungguh-sungguhlah untuk berjihad melawan hawa nafsu engkau sendiri, semoga engkau mendapatkan keberuntungan. Posisi engkau dalam keadaan terancam bahaya karena dunia ini adalah negeri (tempat) yang membahayakan, negeri penuh dengan tipuan dan fitnah.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ.

“Dan tidaklah dunia itu kecuali hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185)

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ.

“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah ujian bagimu.” (At-Taghabun: 15).

Sesungguhnya engkau berada di negeri (tempat) yang menipu, penuh dengan fitnah (ujian), syahwat, negeri yang mengajak manusia untuk mengerjakan sesuatu yang diharamkan oleh Allah ‘azza wajalla, maka wajib bagi engkau untuk berhati-hati selama engkau masih hidup di dunia ini, bersungguh-sungguhlah untuk berjihad melawan hawa nafsu engkau, bersabarlah dalam menjalankan ketaatan kepada Rabb engkau, jauhilah segala bentuk maksiat kepada-Nya, tetaplah bersama dengan orang-orang yang baik dan jauhilah teman bergaul yang jelek. Inilah jalan menuju kebahagiaan, jalan menuju keberhasilan, jalan menuju kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من يرد الله به خيرًا يفقهه في الدين.


“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan bagi seseorang, maka Allah akan memberikan kepahaman dalam agama kepadanya.”

Maka wajib bagi engkau untuk mempelajari ilmu syar’i serta berupaya untuk memahami dan berilmu tentang agama ini.

Muhadharah Asy-Syaikh dengan judul “Asbabu Ats-Tsabat Amamal Fitan”

Sabtu, 15 Januari 2011

CARANYA ORANG BODOH YG BERTANYA & ORANG ALIM YG MENJAWAB, JANGAN DI BALIK !!!!

بسم الله الرحمن الرحيم و الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:
            Seiring terbukanya sarana informasi dan komunikasi yang sangat mudah dan cepat, bermunculan pula tulisan-tulisan yang berkaitan dengan agama, jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan agama, artikel-artikel yang berkaitan tentang agama, buku bermacam-macam membicarakan permasalahan-permasalahan agama yang bermacam-macam.
            Bahkan, kadang ada pertanyaan yang tidak pantas menjawabnya kecuali seorang alim dengan Al Quran beserta tafsirnya, hadits beserta kaidah dan penjelasannya, fikih beserta kaidah dan ushulnya dan bahasa Arab beserta kaidah-kaidahnya, e…ternyata dijawab oleh orang bodoh dengan semuanya yang disebutkan tadi.
            Tidak sedikit, ada yang mengatakan, "Ini halal, itu haram, ini mubah, itu dianjurkan, ini makruh, ini wajib, itu sunnah, ini syirik, itu bid'ah, tanpa ada dalil satupun dari Al Quran atau As Sunnah berdasarkan pemahaman para shahabat radhiyallahu 'anhum.
            Semuanya memberi fatwa, semuanya berbicara tentang sebuah permasalahan agama, yang kalau seandainya Abu Bakar dan Umar radhiyallahu 'anhuma disodorkan dengan permasalahan agama yang sama, niscaya akan mengumpulkan seluruh kaum Anshar dan kaum Muhajirin radhiyallahu 'anhum, meminta pendapat mereka dalam menjawab permasalahan tersebut.
            Kadang ironis, akibat canggihnya teknologi, yang sebenarnya idealnya menjadi sarana agar lebih beriman dan bertakwa kepada Allah Ta'ala,  e…malah dijadikan ajang untuk bertanya kepada siapa saja tanpa melihat siapa yang ditanya atau untuk tampil berharap dijadikan Ahli Fatwa seluruh dunia. Wallahul musta'an.

Tulisan di bawah ini hanya untuk mengingatkan diri pribadi dan kaum muslim sekalian. Semoga bermanfaat:

1.     Tugasnya orang bodoh tentang agama bertanya dan tugasnya orang alim tentang agama menjawab. Allah Ta'ala befirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43]
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui". QS. An Nahl: 43.
            Berkata Syeikh Al 'Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa'di  rahimahullah (w: 1376H): "Keumuman ayat ini di dalamnya terdapat sanjungan terhadap ulama dan sesungguhnya tingkatan ilmu yang tertinggi adalah pengetahuan akan Kitabullah (Al Quran) yang diturunkan oleh-Nya. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan siapa yang tidak mengetahui, untuk kembali kepada mereka (ulama) di seluruh perkara. Di dalam ayat ini, mencakup penetapan dan rekomendasi bagi ulama, karena diperintahkan untuk bertanya kepada mereka, dan hal tersebut mengeluarkan orang bodoh untuk diikuti, maka ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah mengamanati mereka atas wahyu dan Kitab-Nya, dan mereka (ulama) diperintahkan untuk mensucikan diri mereka dan bersifat dengan sifat sempurna". Lihat Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Al Kalam Al Mannan, karya Syeikh Al Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa'di. (1/572).
            Jalaluddin As Suyuthi rahimahullah (w: 911) menyebutkan sebuah riwayat:
لا ينبغى للعالم أن يسكت عن علمه ولا ينبغى للجاهل أن يسكت عن جهله قال الله { فاسألوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون } [النحل : 43]
Artinya: "Tidak pantas bagi seorang alim untuk diam atas ilmunya dan tidak pantas untuk orang bodoh untuk diam atas kebodohannya, Allah Ta'ala berfirman:
{ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43]
Artinya: " maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui". QS. An Nahl: 43.

Diriwayatkan oleh Ath Thabrani rahimahullah (w: 360H) di dalam Al Mu'jam Al Awsath (no. 5365) dari Jabir radhiyallahu 'anhu. Berkata Al Haitsami rahimahullah (w: 807): "Di dalam (sanad) hadits ini terdapat perawi Muhammad bin Ahmad, dan ulama telah bersepakat akan kelemahannya". Diriwayatkan juga oleh Ad Dailami (no. 7784). Lihat Jami' Al Ahadits, karya Jalaluddin As Suyuthi.

2.     Jangan sok tahu tentang Agama, sangat berbahaya!

            Saya mengajak diri saya dan kaum muslim untuk memperhatikan ancaman yang begitu keras, bagi orang yang membuat kedustaan terhadap Allah Ta'ala, yaitu dengan berbicara tentang tentang Allah atau agama-Nya tanpa ilmu atau dasar pengetahuan.
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ} [الأنعام: 93]
Artinya: "Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". QS. Al An'am: 93.
           
Imam Al Qurthubi rahimahullah (w: 671H) berkata –ketika mengomentari ayat di atas-: "Dan termasuk contoh ini adalah orang yang menolak fikih dan sunnah-sunnah serta apa-apa yang dijalani oleh para salaf (orang terdahulu) berupa sunnah-sunnah, lantas ia berkata: "Terbesit di dalam benak saya hal ini", atau dengan mengatakan: "Perasaan saya berbicara seperti ini", lalu mereka menghukumi dengan apa yang terbesit di dalam hati mereka atau apa yang mereka rasakan dari perasaan mereka.  Mereka mengaku bahwa hal tersebut dikarenakan kebersihannya (hati mereka) dari kotoran dan terlepasnya dari perubahan-perubahan, lalu nampaklah bagi mereka ilmu (Al 'Ulum Al Ilahiyyah) dan hakikat ketuhanan (Al Haqaiq Ar Rabbaniyyah), akhirnya mereka mengetahui rahasia-rahasia yang menyeluruh dan mengetahui hukum-hukum cabang, kemudian meninggalkan hukum-hukum syariat yang menyeluruh, seraya mengatakan: "Ini adalah hukum-hukum syariatnya orang awam dan dikhususkan hanya untuk orang bodoh dan awam saja, sedangkan para wali dan orang khusus, mereka tidak memerlukan dalil-dalil itu". Lihat Al Jami' Li Ahkam Al Quran, karya Al Quthubi (7/41).   

Syeikh Al Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa'di (w: 1376H) rahimahullah berkata tentang Firman Allah Ta'ala di atas: "Tidak ada seorangpun yang lebih besar kezahlimannya dan lebih besar kesalahannya, daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah, yaitu dengan menyandarkan kepada Allah sebuah perkataan atau ucapan yang mana Allah Ta'ala berlepas darinya. Dan orang ini adalah makhluk yang paling zhalim karena di dalamnya terdapat kedustaan, yaitu merubah ajaran agama dari dasar dan cabangnya, serta menisbatkan hal tersebut kepada Allah termasuk kerusakan yang sangat besar". Lihat Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Al Kalam Al Mannan, karya Syeikh Al 'Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa'di. (1/264).

Mari perhatikan juga, firman Allah Ta'ala:
{وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ (116) مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (117)} [النحل: 116، 117].
Artinya: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung". "(Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih". QS. An Nahl: 116-117.

Ibnu Katsir rahimahullah (w: 774H) berkata: "Allah Ta'ala telah melarang untuk mengikuti jalannya kaum musyrik, yang telah menghalalkan dan mengharamkan hanya dengan sesuatu yang telah mereka sifati dan terbiasa dengannya tentang nama-nama berdasarkan pendapat-pendapat mereka. Dan termasuk dalam hal ini, seluruh orang yang membuat sesuatu yang baru yang tidak mempunyai dasar syariat atau yang telah menghalalkan sesuatu dari apa yang telah diharamkan oleh Allah atau mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah, hanya berdasarkan pendapat dan hawa nafsunya. Kemudian Allah mengancam akan hal tersebut, Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung".  

Maksudnya; (tidak beruntung) di dunia dan di akhirat, adapun dunia ancamannya adalah kesenangan yang sedikit, sedangkan di akhirat siksa yang pedih". Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, karya Ibnu Katsir (2/590).

Malaikat Jibril 'alaihissalam dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saja mengatakan: "Aku tidak tahu".

Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Jubair bin Muth'im radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita:
َأنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْبُلْدَانِ شَرٌّ قَالَ فَقَالَ « لاَ أَدْرِى ». فَلَمَّا أَتَاهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ « يَا جِبْرِيلُ أَىُّ الْبُلْدَانِ شَرٌّ ». قَالَ لاَ أَدْرِى حَتَّى أَسْأَلَ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ. فَانْطَلَقَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَمْكُثَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّكَ سَأَلْتَنِى أَىُّ الْبُلْدَانِ شَرٌّ فَقُلْتُ لاَ أَدْرِى وَإِنِّى سَأَلْتُ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ أَىُّ الْبُلْدَانِ شَرٌّ فَقَالَ أَسْوَاقُهَا.
"Seseorang mendatangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya: "Wahai Rasulullah, daerah manakah yang paing buruk?", beliau menjawab: "Aku tidak tahu", ketika Jibril 'alaihissalam mendatangi beliau, beliau bertanya: "Wahai Jibril, daerah manakah yng paling buruk?", Jibril menjawab: "Aku tidak tahu, tunggu sampai aku bertanya kepada Rabbku Azza wa Jalla",  lalu Jibril 'alahissalam pun pergi, kemudian berdiam sesuai kehendak Allah Ta'ala, kemudian Jibril 'alahissalam datang dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau bertanya kepadaku tentang daerah manakah yang paling buruk? dan aku jawab; aku tidak tahu, dan sungguh aku telah bertanya kepada Rabbku Azza wa Jalla tentang daerah mana yang paling buruk?", Dia (Allah Azza wa Jalla) menjawab: "Pasar-pasarnya". HR. Ahmad dan Al Albani berkata di dalam kitab Sifat Al Fatwa wa Al Mufti wa Al Mustafti (hal. 9): "Dan Hadits ini telah diriwayatkan oleh Al Hakim dengan sanad yang baik". Lihat kitab Afat Al 'Ilm, hal. 142, karya Syeikh Muhammad bin Sa'id bin Rislan hafizhahullah.

3.     Jangan jadi pencetus, pelopor, penyebar kesesatan khususya di dalam perkara agama, sangat sangat berbahaya!

Perhatian! untuk diri saya pribadi dan kaum muslim,
Umur kita terbatas…,
Hidup cuma sekali…,
Setelah mati yang ada hanya pertanggung jawaban di hadapan Allah Ta'ala..,
maka wahai kawan…jangan jadi pelopor, pencetus, penyebar kesesatan, khususnya di dalam perkara agama…,

inilah ancaman dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا ».
Artinya: "Barangsiapa yang mengajak kepada sebuah petunjuk maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak mengurangi pahala tersebut (yang diberikan kepada pengajak sebuah petunjuk) dari pahala-pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang mengajak kepada sebuah kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosanya orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa tersebut (yang dikenakan kepada pengajak sebuah kesesatan) dari dosa-dosa mereka sedikitpun". HR. Bukhari dan Muslim. Wallahu a'lam.

Selesai ditulis  oleh Ahmad Zainuddin
Selasa, 7 Shafar 1432H. 
Di tengah dinginnya kota Dammam KSA.