Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh....
Bismillahirrahmaanirrahiim....
Peristiwa hijrahnya Nabi Saw (tahun 622 M) kemudian di tetapkan dan dijadikan sebagai tonggak awal perhitungan tahun baru Islam, yang di sebut tahun Hijriah. Inilah momentum yang sangat kaya akan keteladanan. Sebuah peristiwa heroisme (kepahlawan) , puncak pengorbanan, kesabaran dan puncak kesungguhan serta keikhlasan yang di praktekkan oleh Nabi dan para sahabat. Karenanya pilihan Khalifah Umar Ibn Khoththob dan para sahabat menjadikan peristiwan hijrahnya Nabi menjadi tahun pertama Islam sangatlah tepat. Hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah bukanlah suatu tindakan yang spontan, tetapi merupakan pilihan yang telah di rencakan sejak awal. Beberapa tahun sebelum peristiwa hijrah, Nabi telah menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh- tokoh pemuda yastrib (madinah) yang sering melakukan kunjungan ke Mekah.
Bahkan, tiga tahun setelah hubungan dilakukan, terjadi suatu peristiwa penting yang di kenal dengan “ Bai’atul Aqobah” yang menghasilkan ikrar penting, yakni kesediaan para pemuda Madinah untuk menjaga, melindungi dan membela Nabi. “ Musuh anda adalah musih kami, derita anda adalah derita kami, dan siapa saja yang menyakiti anda berarti pula menyakiti kami, silahkan anda datang ke Yastrib”. Itulah isi perjanjian yang dinyatakan secara mantap oleh utusan pemuda Yastrib (Madinah) di hadapan Nabi.
Dari proses ini terlihat, sebelum melakukan hijrah, Nabi melakukan perhitungan yang sangat cermat dan baik serta persiapan yang sangat matang. Bahkan sahabat-sahabat Nabi telah mepersiapkan segala kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi. Seperti Ali Bin Abi Thalib misalnya, dia berani menggantikan posisi Nabi dengan tidur di tempat tidur Nabi di malam ketika orang-orang kafir hendak membunuh Nabi. Ketika mereka memusatkan perhatian kepada orang yang tidur (yang disangkanya Rasulullah), Nabi bersama sahabat Abu Bakar atas izin Allah berhasil meloloskan diri keluar rumah.
Perhitungan kalender Islam di mulai dari kekhalifahan Umar Ibn Khoththob. Penyebutan “tahun hijriah sebagai kalender Islam terkait erat dengan peristiwa hijrahnya Nabi saw. Sebelum kalender Islam ini berlaku, setiap kejadian-kejadian besar saat itu selalu mengkaitkan tempat dan kondisi. Seperti peristiwa gajah, disebut “amul fiil” atau tahun gajah. Tentu saja enamaan sebuah peristiwa hanya bersifat local dan tidak bisa dijadikan ketetapan hitungan kalender. Maka Umar mengusulkan agar ada perhitungan tahun yang dapat dijadikan pegangan oleh umat Islam. Ide ini kemudian di sampaikan kepada sahabat yang lain dan masing-masing mereka memberikan usulan yang berbeda-beda, hingga akhirnya peristiwa hijrah Nabi ditetapkan sebagai titik tolak dari perhitungan tahun Islam. Alasannya adalah karena hijrah adalah titik balik dari sejarah Islam, terjadi
timing point dari sejarah Islam semenjak hijrah. Rasululah mendapat kemenangan demi kemenangan, sehingga dalam tempo 10 tahun kemudian Nabi wafat dan beliau berhasil meninggalkan prestasi yang luar biasa, yaitu; seluruh jazirah Arabia telah menerima Islam. Kemudian pada kurun waktu 100 tahun setelah itu Islam telah menyebar meliputi daerah daratan, lautan Atlantik di sebelah barat, sampai tembok china di timur yaitu daerah-daerah Yunani.
Disinilah terlihat betapa hjrah merupakan pintu gerbang memasuki babak baru sejarah yang gemilang. Tidak salah jika Umar menetapkan peristiwa ini sebagai titik tolak perubahan. Umar ingin meneguhkan sebuah prinshif dalam Islam yaitu bahwa penghargaan seseorang di tunjukan kepada hasil kerjanya bukan kepada misalnya keturunan, asal daerah, bahasa, warna kulit dan pertimbangan kenisbatan. Karena hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar penghargaan manusia. Sebaliknya, hasil kerja atau prestasi (achievement) adalah pilihan yang bisa djadikan sebagai ukuran keberhasilan dan manusia hanya bisa di hargai ketika ia mempuanyai hasil dari apa yang di kerjakanya. Seperti ada sebuah pepatah arab berbunyi: “ Penghargaan di zaman Jahiliyah berdasarkan keturunan dan penghargaan di zaman Islam diberikan berdasarkan kerja (amal) “
Hijrah adalah hasil dari sebuah kematangan tindakan, perjuangan kesabaran dan praktek dari sebuah nilai keikhlasan. Semua adalah hasil kerja yang tidak akan terwujud tanpa kesungguhan. Maka jika kita selami maknanya ini adalah pengharagaan kepada hasil kerja Rasulullah Muhammad saw. Sebab Islam memberikan penghargaan kepada hasil sebuah kerja dengan balasan yang sempurna. Sebagaimana firman Allah: " ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran- lembaran Musa?. dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, . dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna,. dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu). Qs. An-Najm: 36-42
Bismillahirrahmaanirrahiim....
Peristiwa hijrahnya Nabi Saw (tahun 622 M) kemudian di tetapkan dan dijadikan sebagai tonggak awal perhitungan tahun baru Islam, yang di sebut tahun Hijriah. Inilah momentum yang sangat kaya akan keteladanan. Sebuah peristiwa heroisme (kepahlawan) , puncak pengorbanan, kesabaran dan puncak kesungguhan serta keikhlasan yang di praktekkan oleh Nabi dan para sahabat. Karenanya pilihan Khalifah Umar Ibn Khoththob dan para sahabat menjadikan peristiwan hijrahnya Nabi menjadi tahun pertama Islam sangatlah tepat. Hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah bukanlah suatu tindakan yang spontan, tetapi merupakan pilihan yang telah di rencakan sejak awal. Beberapa tahun sebelum peristiwa hijrah, Nabi telah menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh- tokoh pemuda yastrib (madinah) yang sering melakukan kunjungan ke Mekah.
Bahkan, tiga tahun setelah hubungan dilakukan, terjadi suatu peristiwa penting yang di kenal dengan “ Bai’atul Aqobah” yang menghasilkan ikrar penting, yakni kesediaan para pemuda Madinah untuk menjaga, melindungi dan membela Nabi. “ Musuh anda adalah musih kami, derita anda adalah derita kami, dan siapa saja yang menyakiti anda berarti pula menyakiti kami, silahkan anda datang ke Yastrib”. Itulah isi perjanjian yang dinyatakan secara mantap oleh utusan pemuda Yastrib (Madinah) di hadapan Nabi.
Dari proses ini terlihat, sebelum melakukan hijrah, Nabi melakukan perhitungan yang sangat cermat dan baik serta persiapan yang sangat matang. Bahkan sahabat-sahabat Nabi telah mepersiapkan segala kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi. Seperti Ali Bin Abi Thalib misalnya, dia berani menggantikan posisi Nabi dengan tidur di tempat tidur Nabi di malam ketika orang-orang kafir hendak membunuh Nabi. Ketika mereka memusatkan perhatian kepada orang yang tidur (yang disangkanya Rasulullah), Nabi bersama sahabat Abu Bakar atas izin Allah berhasil meloloskan diri keluar rumah.
Perhitungan kalender Islam di mulai dari kekhalifahan Umar Ibn Khoththob. Penyebutan “tahun hijriah sebagai kalender Islam terkait erat dengan peristiwa hijrahnya Nabi saw. Sebelum kalender Islam ini berlaku, setiap kejadian-kejadian besar saat itu selalu mengkaitkan tempat dan kondisi. Seperti peristiwa gajah, disebut “amul fiil” atau tahun gajah. Tentu saja enamaan sebuah peristiwa hanya bersifat local dan tidak bisa dijadikan ketetapan hitungan kalender. Maka Umar mengusulkan agar ada perhitungan tahun yang dapat dijadikan pegangan oleh umat Islam. Ide ini kemudian di sampaikan kepada sahabat yang lain dan masing-masing mereka memberikan usulan yang berbeda-beda, hingga akhirnya peristiwa hijrah Nabi ditetapkan sebagai titik tolak dari perhitungan tahun Islam. Alasannya adalah karena hijrah adalah titik balik dari sejarah Islam, terjadi
timing point dari sejarah Islam semenjak hijrah. Rasululah mendapat kemenangan demi kemenangan, sehingga dalam tempo 10 tahun kemudian Nabi wafat dan beliau berhasil meninggalkan prestasi yang luar biasa, yaitu; seluruh jazirah Arabia telah menerima Islam. Kemudian pada kurun waktu 100 tahun setelah itu Islam telah menyebar meliputi daerah daratan, lautan Atlantik di sebelah barat, sampai tembok china di timur yaitu daerah-daerah Yunani.
Disinilah terlihat betapa hjrah merupakan pintu gerbang memasuki babak baru sejarah yang gemilang. Tidak salah jika Umar menetapkan peristiwa ini sebagai titik tolak perubahan. Umar ingin meneguhkan sebuah prinshif dalam Islam yaitu bahwa penghargaan seseorang di tunjukan kepada hasil kerjanya bukan kepada misalnya keturunan, asal daerah, bahasa, warna kulit dan pertimbangan kenisbatan. Karena hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar penghargaan manusia. Sebaliknya, hasil kerja atau prestasi (achievement) adalah pilihan yang bisa djadikan sebagai ukuran keberhasilan dan manusia hanya bisa di hargai ketika ia mempuanyai hasil dari apa yang di kerjakanya. Seperti ada sebuah pepatah arab berbunyi: “ Penghargaan di zaman Jahiliyah berdasarkan keturunan dan penghargaan di zaman Islam diberikan berdasarkan kerja (amal) “
Hijrah adalah hasil dari sebuah kematangan tindakan, perjuangan kesabaran dan praktek dari sebuah nilai keikhlasan. Semua adalah hasil kerja yang tidak akan terwujud tanpa kesungguhan. Maka jika kita selami maknanya ini adalah pengharagaan kepada hasil kerja Rasulullah Muhammad saw. Sebab Islam memberikan penghargaan kepada hasil sebuah kerja dengan balasan yang sempurna. Sebagaimana firman Allah: " ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran- lembaran Musa?. dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, . dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna,. dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu). Qs. An-Najm: 36-42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar