Minggu, 15 Agustus 2010

ZUHUD SUNNI,ZUHUD SHUFI

Pernahkah Anda merasakan kesedihan ditinggal mati oleh orang yang Andakasihi di dunia ini? Atau pernahkah Anda kehilangan harta melimpah yangpernah Anda miliki? Itu semua menunjukkan bahwa kehidupan duniahanyalah sementara. Dunia ini bukanlah hunian abadi bagi manusia.Kehidupan hakiki adalah kehidupan di akhirat. Oleh karena itu,selayaknya orang yang berakal, lebih mengutamakan kenikmatan yang kekaldaripada kehidupan fana ini. Bagaimana caranya? Agama Islam mengajarkandengan zuhud di dunia.

Sahl bin Sa'd As-Sa'idi Radhiyallahu 'anhuma berkata:
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَارَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِياللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْفِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ
"Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,lalu berkata: "Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan. Jikaaku mengamalkannya, niscaya Allah mencintaiku dan manusia jugamencintaiku!" Rasulullah bersabda: "Zuhudlah di dunia, niscaya Allahmencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada tangan-tanganmanusia, niscaya mereka akan mencintaimu!'. [1]

MAKNA ZUHUD
 Disebutkan di dalam kitab kamus Mu'jamul Wasith, bab Zahida:
زَهِدَ فِيْهِ وَ عَنْهُ – يَزْهَدُ – زُهْدًا, وَ زَهَادَةً
Yaitu, seseorang melakukan zuhud atau zahaadah. Artinya, dia berpalingdarinya dan meninggalkannya karena dia meremehkannya, atau menghindarikesusahan darinya, atau karena sedikitnya.

Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata: "Zuhud adalahistilah dari berpalingnya keinginan dari sesuatu menuju yang lain yanglebih baik darinya. Dan syarat hal yang ditinggalkan keinginannya itu,juga disukai pada sebagian sisinya. Maka barangsiapa meninggalkansesuatu yang dzatnya tidak disukai dan tidak dicari, dia tidakdinamakan zaahid (orang yang zuhud)".[2]
Tujuan meninggalkan dunia bagi orang yang zuhud adalah untuk meraihkebaikan akhirat, bukan semata-mata untuk rileks dan menganggur.

Abu Sulaiman rahimahullah berkata,"Orang yang zuhud bukanlah orang yangmeninggalkan kelelahan-kelelahan dunia dan beristirahat darinya. Tetapiorang yang zuhud adalah orang yang meninggalkan dunia, danberpayah-payah di dunia untuk akhirat." [3]
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata,"Maksud zuhud di duniaadalah mengosongkan hati dari menyibukkan diri dengan dunia, sehinggaorang itu dapat berkonsentrasi untuk mencari (ridha) Allah,mengenalNya, dekat kepadaNya, merasa tenang denganNya, dan rindumenghadapNya."[4]

Menurut Imam Ahmad rahimahullah , zuhud itu ada tiga bentuk. Pertama,meninggalkan yang haram. (Demikian) ini zuhudnya orang-orang awam.Kedua, meninggalkan yang berlebih-lebihan dari yang halal. (Demikian)ini zuhud orang-orang khusus. Ketiga, meninggalkan semua perkara yangmenyibukkan diri dari Allah. Ini zuhudnya orang-orang 'arif(orang-orang yang faham terhadap Allah).[5]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Zuhud yangbermanfaat, disyari'atkan, dan yang dicintai oleh Allah dan RasulNya,adalah zuhud (meninggalkan dan mengecilkan arti) segala sesuatu yangtidak bermanfaat di akhirat. Berkaitan dengan hal-hal yang berguna diakhirat dan piranti yang dapat mendukungnya, maka zuhud (meninggalkandan meremehkan) terhadap hal-hal ini, berarti meremehkan satu jenisibadah kepada Allah dan ketaatan kepadaNya. Yang dimaksud zuhudhanyalah dengan meninggalkan semua yang membahayakan atau segalasesuatu yang tidak bermanfaat. Adapun zuhud terhadap hal-hal yangbermanfaat, ini adalah sebuah bentuk ketidaktahuan dan kesesatan." [6]

INI BUKAN ZUHUD !
 Setelah kita mengetahui penjelasan di atas, ternyata ada sebagian orangmelakukan berbagai perbuatan dengan anggapan bahwa perbuatan tersebuttermasuk dalam kategori zuhud. Padahal hanya merupakan tipu daya Iblis.Di antara perbuatan zuhud yang keliru :
1. Meninggalkan Dunia Sama Sekali.
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: "Orang awam terkadang mendengarcelaan terhadap dunia di dalam Al Qur'an yang mulia dan hadits-hadits,lalu dia berpendapat bahwa (jalan) keselamatan adalah meninggalkandunia. Dia tidak memahami masalah duniawi yang tercela. Kemudian Iblismempermainkannya, (dengan menyimpulkan) bahwa "engkau tidak akanselamat di akhirat kecuali dengan meninggalkan dunia". Maka ia punmengasingkan diri ke gunung-gunung, menjauhi shalat Jumat, shalatjamaah, dan juga (majlis) ilmu. Dia menjadi seperti binatang liar. Dandikhayalkan kepadanya bahwa inilah zuhud hakiki. Bagaimana tidak,sedangkan dia telah mendengar tentang si A yang berkelana, dan tentangsi B yang beribadah di atas gunung.
Padahal, kemungkinan dia memiliki keluarga, sehingga tidak terurus.Atau masih memiliki ibu yang menangis karena ditinggalkan. Adakemungkinan juga, ia tidak mengetahui rukun-rukun shalat sebagaimanamestinya. Atau mungkin juga, dia masih menanggung bebankezhaliman-kezhalimannya yang belum terselesaikan. Sesungguhnya iblismampu mengelabuhi orang ini karena kedangkalan ilmunya. Dan termasukkebodohannya, dia telah puas dengan apa yang dia ketahui.
Seandainya dia diberi bimbingan (oleh Allah) dengan berteman denganseorang faqiih (ahli agama) yang memahami hakikat-hakikat, niscayaorang faqiih itu akan memberitahukan kepadanya, bahwa pada asalnyadunia tidak tercela. Bagaimana mungkin dunia dicela, segala sesuatuyang dianugerahkan Allah Ta'ala, merupakan kebutuhan pokok untukkelangsungan hidup manusia, dan merupakan sarana yang mendukung manusiadalam meraih ilmu dan ibadah, yang berupa makanan, minuman, pakaian,dan masjid yang digunakan untuk shalat?! Sesungguhnya yang tercelahanyalah mengais bagian dari dunia yang tidak halal, atau mengambilnyadengan berlebihan, tidak sesuai dengan kebutuhannya. Atau tindakanseseorang yang mengikuti kedangkalan jiwanya, tanpa petunjuk syari'at.
Pergi mengasingkan ke gunung-gunung sendirian (hukumnya) terlarang,karena Nabi n melarang seseorang bermalam sendirian [7]. Tindakannyameninggalkan shalat jamaah dan shalat Jum'at merupakan kerugian, bukankeuntungan. Jauh dari ilmu dan ulama akan mengakibatkan ia terkungkungoleh belitan kebodohan. Meninggalkan ayah dan ibu seperti kasus diatas, merupakan'uquq (kedurhakaan terhadap orang tua), padahal termasukdosa besar". [Al Muntaqa An Nafis min Talbis Iblis, hlm. 191-192,Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi].

2. Meninggalkan Hal-hal Mubah, Padahal Bermanfaat.
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: "Di antara tipu daya iblis terhadap orang-orang zuhud, (adalah) iblis menjadikan mereka salah sangka bahwa zuhud (berarti) meninggalkan hal-hal yang mubah (padahal bermanfaat, Pen). Mereka, ada yang tidak menambahi (bahan lain)terhadap roti gandum (yakni hanya makan roti gandum saja, Pen). Diantara mereka, ada yang tidak pernah mencicipi buah-buahan. Ada jug adengan cara mengecilkan porsi makanan, sehingga badannya menjadi kurus-kering. Atau menyiksa diri dengan mengenakan baju dari bulu kambing dan menghindarkan dirinya dari air dingin (segar). Ini bukanlah tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan pula tradisi para sahabat dan para pengikut beliau. Mereka dahulu lapar, bila tidak mendapatkan apapun. Namun jika mereka dapat meraihnya, mereka akan memakannya".[8]

3. Zuhud Lahiriyah Semata.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: "Salah satu wujud penipuan iblis terhadap orang-orang zuhud, adalah iblis menjadikan mereka keliru dengan makna zuhud, yaitu (dengan cara merasa) puas dengan makanan dan pakaian yang berkualitas rendah saja. Mereka menerima hal itu. Tetapihati mereka berhasrat terhadap kepemimpinan dan mencari kehormatan.Engkau lihat mereka itu menanti-nanti kunjungan para umara' (penguasa,pejabat). Mereka memuliakan orang-orang kaya, tidak memuliakan orang-orang miskin. Mereka pura-pura khusyu' tatkala berpapasan dengan orang. Seolah-olah mereka telah keluar dari musyahadah (menyaksikan keagungan Allah). Dan terkadang salah seorang dari mereka menolak hartaa gar dikatakan "Sesungguhnya telah nampak zuhud baginya". Padahal mereka termasuk orang yang paling sering keluar-masuk menemui umara (pejabat), dan mencium tangan mereka pada pintu yang paling luas dari wilayah-wilayah dunia, karena sesungguhnya puncak dunia adalah kepimimpinan".[9]

4. Meninggalkan Harta-Benda Secara Total Dan Menjadikan Kefakiran (Kemiskinan) Sebagai Tujuan Hidup!
Seorang tokoh sufi mengatakan: "Zuhud adalah kosongnya tangan darisegala barang kepemilikan" [10]. Selain itu, ada juga yang menggariskan: "Kefakiran adalah fondasi dan tiang tasawuf".[11]
Diriwayatkan dari Al Junaid, seorang tokoh sufi, dia berkata: "Akulebih menyukai agar pemula tidak menyibukkan diri dengan bekerja, jikatidak, maka keadaannya akan berubah".[12]
Akibat dari anggapan ini, sejarah mencatat kisah-kisah sebagian orangsufi pada zaman tempo dulu yang meninggalkan harta-harta mereka danmulai berkelana, padahal sebelumnya mereka sabagai orang-orang yangberada.[13]
Anggapan zuhud model orang-orang sufi seperti di atas, bukan bagiandari ajaran Islam. Bahkan sangat bertentangan dengan nilai-nilai agamaIslam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.Karena Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memohon perlindungankepada Allah Azza wa Jalla dari tujuan hidup mereka itu, yangberorientasi pembinaan kemiskinan. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ
"Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefakiran,kekurangan (dari perbuatan baik), dan kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu dari berbuat zhalim, atau dizhalimi".[14]

Demikian juga, sifat malas mereka untuk bekerja dengan dalih zuhud yang palsu, menyelisihi anjuran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya untuk mencari pekerjaan yang halal dan mencukup diri sendiri.Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِيَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَيَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
"Tidaklah seorang pun memakan makanan yang lebih baik daripada dia memakan dari (hasil) jerih payah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah, Dawud Alaihissallam, biasa makan dari (hasil) kerja sendiri.".[15]
Dalam hadits lain, Beliau bersabda:
لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
"Salah seorang di antara kamu yang mengumpulkan kayu bakar di atas punggungnya, lebih baik baginya daripada dia minta kepada seseorang,lalu orang itu memberinya atau menolaknya". [16]
Hakikat zuhud bukanlah menampik harta duniawi. Banyak sahabat yangkaya-raya, seperti Utsman bin 'Affan, Abdurrahman bin 'Auf, danlainnya. Kendatipun demikian, mereka adalah tokoh-tokoh orang-orang zuhud.

5. Meninggalkan Pernikahan.
Sebagian orang sufi berkata: "Barangsiapa menikah, maka dia telah memasukkan dunia ke dalam rumahnya ... maka waspadalah dari pernikahan!"
Di antara mereka ada yang bertutur: "Seorang laki-laki tidak akan mencapai derajat orang-orang shiddiiq sampai ia meninggalkan istrinya seolah-olah seperti janda, dan (membiarkan) anak-anaknya, seolah-ola hmereka itu anak-anak yatim, dan dia menetap di kandang-kandang anjing!"[17]
Sudah pasti zuhud ala sufi ini, bukan zuhud yang digariskan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengatakan:
أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُلَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُالنِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
"Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang palingtakut di antaramu kepada Allah, dan orang yang paling takwa di antaramukepadaNya. Tetapi aku berpuasa dan berbuka; aku shalat (malam) dantidur; dan aku menikahi wanita-wanita. Barangsiapa membenci sunnahku(ajaranku), dia bukan dariku".[18]

Justru zuhud seperti itu berseberangan dengan perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya. Beliau bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْفَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْيَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
"Wahai, para pemuda. Barangsiapa di antara kamu mampu menikah, makahendaklah dia menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka dia wajib berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu penjagaan baginya (dari perzinaan, pen)".[19]
Setelah kita mengetahui berbagai keterangan di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa zuhud yang benar bukanlah dengan meninggalkan harta dan keluarga, kemudian menyiksa diri dengan begadang dan kelaparan, menyepidi kamar-kamar yang gelap dan membisu dengan tanpa sebab. Demikian juga bukan dengan meninggalkan berbagai hal yang bermanfaat di dunia ini,yang dapat membantu ibadah dan ketaatan kepada Allah, seperti berbagaikemajuan tekhnologi yang tidak bertentangan dengan syari'at yang suci.
Dengan ini mudah-mudahan menjadi jelas bagi kita, perbedaan zuhud yang diajarkan oleh agama Islam, dengan zuhud buatan orang-orang sufi yang menyimpang.
Semoga Allah menampakkan al haq kepada kita sebagai al haq, dan menolong kita untuk mengikutinya. Dan memperlihatkan kebatilan kepada kita sebagai kebatilan, dan menolong kita untuk menjauhinya. Walhamdulillahi Rabbil 'alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar