sungguh engkau, wanita muslimah, makhluk mulia yang mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam dan pengaruh yang begitu besar di dalam kehidupan setiap muslim. Engkaulah sekolah pertama di dalam membangun masyarakat yang shalih jika engkau berjalan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Karena berpegang teguh kepada kedua sumber itu dapat menjauhkan setiap muslim laki-laki dan wanita dari kesesatan di dalam segala sesuatu. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Aku tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya” [Diriwayatkan Imam Malik didalam Kitab Al-Muwaththa]∙
Wahai Saudariku seaqidah…∙
Perhatikanlah betapa engkau akan menjadi seorang ibu. Dan perhatikan pula betapa besar tanggung jawab yang harus engkau emban dan perjuangan berat yang harus engkau pikul yang pada sebagiannya melebihi beban tanggung jawab yang dipikul kaum pria. Sampai-sampai Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya dan memperlakukannya dengan baik.
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu kembali” [Q.S. Luqman : 14]
Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam seraya berkata : Ya Rasulullah, siapa manusia yang lebih berhak untuk saya perlakukan dengan baik ? Jawab Nabi: “Ibumu” Ia bertanya lagi, Lalu siapa? Jawab beliau, ”Ibumu”, Ia bertanya lagi, Lalu siapa lagi? Beliau jawab: “Ayahmu” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari]∙
Wahai Saudariku sekeyakinan…∙
Begitu mulianya dirimu, begitu berharganya dirimu, begitu sangat menentukannya keberadaan dirimu di dunia ini. Apa jadinya jika dunia yang indah mempesona ini tanpa kehadiranmu, tanpa kehadiran sosok muslimah seperti dirimu. Pasti, keindahan dunia ini akan terasa hambar tanpa makna. Sungguh, dirimu sangat diperhitungkan untuk menjaga keindahan dunia ini agar tetap berseri.∙
Wahai Saudariku seperjalanan…∙
Surga itu sangat indah, sangat menarik hati, sangat menyenangkan. Keindahannya begitu luar biasa, sampai sampai belum pernah mata melihat, belum pernah dirasakan dan belum pernah terdetik dalam hati sekalipun. Tapi apalah artinya semua itu, jika tanpa hadirnya wanita di sana? Tentunya akan tetap hambar. Begitulah yang dirasakan oleh Adam alaihi salam. Meskipun ia telah berada di surga dengan segala kenikmatan dan keindahannya, ia tetap merasa sepi tanpa hadirnya seorang wanita di sisinya. Allah Maha Tahu apa yang dirasakan hambanya.
Dan memang itulah fitrah yang pasti ada pada manusia, makhluk ciptaanNYA. Dengan kasih dan sayangNYA hadirlah Hawwa, sosok wanita pertama yang menemani Adam alaihi salam di surga. Akhirnya benar-benar sempurnalah keindahan itu…..∙
Wahai Saudariku seperjuangan…∙
Aku sangat yakin, dirimu sangat sadar, sangat paham dan sangat tahu bahwa dirimu adalah aura keindahan. Dirimu pun sangat mengerti bahwa tanpa wanita dinia akan hampa. Juga, dirimu pasti tahu bahwa wanita begitu mulia dan dimuliakan oleh Allah dan RasulNYA. Tapi sadarkah dirimu? Kapan seorang wanita akan tetap memberikan aura keindahan? Kapan seorang wanita akan sangat berarti keberadaannya di dunia ini? Dan kapan seorang wanita akan tetap dikatakan mulia? Selama ia senantiasa berada pada ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Ya selama itulah ia akan tetap indah, ia akan tetap ada dan ia akan tetap mulia dan dimulia.
Wahai Saudariku dalam ketaqwaan…∙
Apa yang kita rasakan saat ini? Apa yang terjadi dengan dirimu saat ini? Ada apa dengan wanita akhir zaman ini? Coba perhatikan sbentar saja, renungkan kondisi wanita sekarang? Masihkan mereka pantas disebut makhluk yang indah? Pantaskah mereka disebut makhluk yang mulia dan mesti dimuliakan? Di jalan-jalan kita jumpai para wanita sudah seakan tidak punya rasa malu. Memamerkan perhiasan diri di tempat-tempat umum tanpa ada sedikit rasa risih.
Lihatlah auratmu, sudahkah engkau menutup dengan benar? Rambutmu engkau biarkan terurai dinikmati oleh banyak lelaki. Lehermu engkau biarkan terbuka bahkan lebih dari itu. Betismu, engkau biarkan telanjang tanpa sedikitpun penutup. Atau mungkin engkau sudah menutupnya dengan rapat seluruh auratmu, tapi di sana-sini masih nampak lekuk tubuhmu. Sadarlah mulai saat ini, auratmu itu hanya boleh engkau perlihatkan pada suamimu. suamimulah yang paling berhak menikmati keindahan tubuhmu itu. Bahkan bernilai pahala setiap keindahan yang engkau persembahkan kepada suami. ∙
Wahai Saudariku dalam keimanan…∙
Tahukah dirimu, wanita adalah sumber fitnah terbesar bagi umat akhir zaman. Ia bisa menghancurkan dunia yang indah ini. Maka dari itu, sambutlah seruan Allah. Tutuplah auratmu, jagalah pandanganmu, taatlah pada Allah dan Rasulnya, tetaplah patuh pada suami dalam ketaatan kepadaNYA, niscaya surga akan mudah engkau raih. Bahkan Rasulullah pernah mengingatkan seorang Sahabiahnya, bahwa suami adalah surga atau nerakanya para istri. ∙
Wahai Saudariku dalam kedamaian…
Janganlah dirimu menyepelekan masalah aurat ini. Janganlah dirimu menganggap itu hanyalah masalah sepele dan patut disepelekan. Ketahuilah wahai saudariku, menutup aurat bukanlah sekedar perintah atau anjuran dari Bapak/Ibu kita. Bukan hanya sekedar anjuran ustadz atau kiayi kita. Bukan hanya sekedar nasihat teman-teman kita. Bukan hanya sekedar trend untuk bergaya. Bukan hanya model untuk mempercantik diri. Bukan hanya sekedar pilihan yang bisa ditawar.
Tapi ketahuilah wahai saudariku menutup aurat adalah perintah Allah. Perintah Dzat yang telah menyebabkan kita ada di dunia ini. Perintah dari Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mari renungkan dalam hati yang paling dalam.
Beranikah dirimu menentang perintahNYA? Lalu dengan apa engkau menghadapi pangadilanNYA kelak di akhirat? Bisakah dirimu mengelak, membantah atau beralasan atau berargumen membenarkan perbuatanmu??? ∙
Wahai Saudariku dalam kasih sayangNYA…∙
Maaf, mungkin dirimu bukanlah tipe wanita sumber finah tersebut. Bukan tipe wanita yang mengumbar aurat. Jika benar demikian, tetaplah waspada. Setan akan selalu mencari celah agar bisa menjerumuskan kita. Tapi mungkin, memang dirimu saat ini belum bisa memakai jilbab. Tapi aku yakin dirimu bukan bermaksud menentang perintahNYA. Jika demikian adanya, mari kita bersama-sama mulai saat ini untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Mungkin ada sebagian dari kita ingin menunda, nanti sajalah pakai jilbabnya kalau sudah benar-benar siap. Nanti kalau saya sudah punya suami. Nanti kalau sudah punya banyak uang. Nanti kalau…… Nanti jika…..Nanti…. nanti….
Saudariku, mengapa harus menunggu nanti jika memang saat ini kita bisa? Bisakah engkau memastikan «nanti» yang kamu janjikan benar-benar kan kau temui? Tahukah kamu seberapa lama lagi usia kita? Boleh jadi sebelum «nanti« itu tiba dirimu sudah harus menghadapNYA.
Na’udzubillah….· Memang tidak mudah untuk hijrah menuju kebaikan. Setan akan senantiasa menggoda, dengan membisikkan alibi-alibi ke dalam hati kita. Kata nanti yang kita janjikan itu boleh jadi juga bisikannya.
Wallahu A'lam
“Aku tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya” [Diriwayatkan Imam Malik didalam Kitab Al-Muwaththa]∙
Wahai Saudariku seaqidah…∙
Perhatikanlah betapa engkau akan menjadi seorang ibu. Dan perhatikan pula betapa besar tanggung jawab yang harus engkau emban dan perjuangan berat yang harus engkau pikul yang pada sebagiannya melebihi beban tanggung jawab yang dipikul kaum pria. Sampai-sampai Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya dan memperlakukannya dengan baik.
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu kembali” [Q.S. Luqman : 14]
Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam seraya berkata : Ya Rasulullah, siapa manusia yang lebih berhak untuk saya perlakukan dengan baik ? Jawab Nabi: “Ibumu” Ia bertanya lagi, Lalu siapa? Jawab beliau, ”Ibumu”, Ia bertanya lagi, Lalu siapa lagi? Beliau jawab: “Ayahmu” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari]∙
Wahai Saudariku sekeyakinan…∙
Begitu mulianya dirimu, begitu berharganya dirimu, begitu sangat menentukannya keberadaan dirimu di dunia ini. Apa jadinya jika dunia yang indah mempesona ini tanpa kehadiranmu, tanpa kehadiran sosok muslimah seperti dirimu. Pasti, keindahan dunia ini akan terasa hambar tanpa makna. Sungguh, dirimu sangat diperhitungkan untuk menjaga keindahan dunia ini agar tetap berseri.∙
Wahai Saudariku seperjalanan…∙
Surga itu sangat indah, sangat menarik hati, sangat menyenangkan. Keindahannya begitu luar biasa, sampai sampai belum pernah mata melihat, belum pernah dirasakan dan belum pernah terdetik dalam hati sekalipun. Tapi apalah artinya semua itu, jika tanpa hadirnya wanita di sana? Tentunya akan tetap hambar. Begitulah yang dirasakan oleh Adam alaihi salam. Meskipun ia telah berada di surga dengan segala kenikmatan dan keindahannya, ia tetap merasa sepi tanpa hadirnya seorang wanita di sisinya. Allah Maha Tahu apa yang dirasakan hambanya.
Dan memang itulah fitrah yang pasti ada pada manusia, makhluk ciptaanNYA. Dengan kasih dan sayangNYA hadirlah Hawwa, sosok wanita pertama yang menemani Adam alaihi salam di surga. Akhirnya benar-benar sempurnalah keindahan itu…..∙
Wahai Saudariku seperjuangan…∙
Aku sangat yakin, dirimu sangat sadar, sangat paham dan sangat tahu bahwa dirimu adalah aura keindahan. Dirimu pun sangat mengerti bahwa tanpa wanita dinia akan hampa. Juga, dirimu pasti tahu bahwa wanita begitu mulia dan dimuliakan oleh Allah dan RasulNYA. Tapi sadarkah dirimu? Kapan seorang wanita akan tetap memberikan aura keindahan? Kapan seorang wanita akan sangat berarti keberadaannya di dunia ini? Dan kapan seorang wanita akan tetap dikatakan mulia? Selama ia senantiasa berada pada ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Ya selama itulah ia akan tetap indah, ia akan tetap ada dan ia akan tetap mulia dan dimulia.
Wahai Saudariku dalam ketaqwaan…∙
Apa yang kita rasakan saat ini? Apa yang terjadi dengan dirimu saat ini? Ada apa dengan wanita akhir zaman ini? Coba perhatikan sbentar saja, renungkan kondisi wanita sekarang? Masihkan mereka pantas disebut makhluk yang indah? Pantaskah mereka disebut makhluk yang mulia dan mesti dimuliakan? Di jalan-jalan kita jumpai para wanita sudah seakan tidak punya rasa malu. Memamerkan perhiasan diri di tempat-tempat umum tanpa ada sedikit rasa risih.
Lihatlah auratmu, sudahkah engkau menutup dengan benar? Rambutmu engkau biarkan terurai dinikmati oleh banyak lelaki. Lehermu engkau biarkan terbuka bahkan lebih dari itu. Betismu, engkau biarkan telanjang tanpa sedikitpun penutup. Atau mungkin engkau sudah menutupnya dengan rapat seluruh auratmu, tapi di sana-sini masih nampak lekuk tubuhmu. Sadarlah mulai saat ini, auratmu itu hanya boleh engkau perlihatkan pada suamimu. suamimulah yang paling berhak menikmati keindahan tubuhmu itu. Bahkan bernilai pahala setiap keindahan yang engkau persembahkan kepada suami. ∙
Wahai Saudariku dalam keimanan…∙
Tahukah dirimu, wanita adalah sumber fitnah terbesar bagi umat akhir zaman. Ia bisa menghancurkan dunia yang indah ini. Maka dari itu, sambutlah seruan Allah. Tutuplah auratmu, jagalah pandanganmu, taatlah pada Allah dan Rasulnya, tetaplah patuh pada suami dalam ketaatan kepadaNYA, niscaya surga akan mudah engkau raih. Bahkan Rasulullah pernah mengingatkan seorang Sahabiahnya, bahwa suami adalah surga atau nerakanya para istri. ∙
Wahai Saudariku dalam kedamaian…
Janganlah dirimu menyepelekan masalah aurat ini. Janganlah dirimu menganggap itu hanyalah masalah sepele dan patut disepelekan. Ketahuilah wahai saudariku, menutup aurat bukanlah sekedar perintah atau anjuran dari Bapak/Ibu kita. Bukan hanya sekedar anjuran ustadz atau kiayi kita. Bukan hanya sekedar nasihat teman-teman kita. Bukan hanya sekedar trend untuk bergaya. Bukan hanya model untuk mempercantik diri. Bukan hanya sekedar pilihan yang bisa ditawar.
Tapi ketahuilah wahai saudariku menutup aurat adalah perintah Allah. Perintah Dzat yang telah menyebabkan kita ada di dunia ini. Perintah dari Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mari renungkan dalam hati yang paling dalam.
Beranikah dirimu menentang perintahNYA? Lalu dengan apa engkau menghadapi pangadilanNYA kelak di akhirat? Bisakah dirimu mengelak, membantah atau beralasan atau berargumen membenarkan perbuatanmu??? ∙
Wahai Saudariku dalam kasih sayangNYA…∙
Maaf, mungkin dirimu bukanlah tipe wanita sumber finah tersebut. Bukan tipe wanita yang mengumbar aurat. Jika benar demikian, tetaplah waspada. Setan akan selalu mencari celah agar bisa menjerumuskan kita. Tapi mungkin, memang dirimu saat ini belum bisa memakai jilbab. Tapi aku yakin dirimu bukan bermaksud menentang perintahNYA. Jika demikian adanya, mari kita bersama-sama mulai saat ini untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Mungkin ada sebagian dari kita ingin menunda, nanti sajalah pakai jilbabnya kalau sudah benar-benar siap. Nanti kalau saya sudah punya suami. Nanti kalau sudah punya banyak uang. Nanti kalau…… Nanti jika…..Nanti…. nanti….
Saudariku, mengapa harus menunggu nanti jika memang saat ini kita bisa? Bisakah engkau memastikan «nanti» yang kamu janjikan benar-benar kan kau temui? Tahukah kamu seberapa lama lagi usia kita? Boleh jadi sebelum «nanti« itu tiba dirimu sudah harus menghadapNYA.
Na’udzubillah….· Memang tidak mudah untuk hijrah menuju kebaikan. Setan akan senantiasa menggoda, dengan membisikkan alibi-alibi ke dalam hati kita. Kata nanti yang kita janjikan itu boleh jadi juga bisikannya.
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar