Allah Ta’ala berfirman:
قَالَ لَهُم مُّوسَى وَيْلَكُمْ لا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى
“Musa berkata kepada mereka, “Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan atas nama Allah, karena Dia akan membinasakan kalian dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.”(QS. Thaha: 61)
Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُواْ عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُم مُّسْوَدَّةٌ
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta atas nama Allah, wajah-wajah mereka menjadi hitam.” (QS. Az-Zumar: 60)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 107 dan Muslim no. 3)
Al-Mughirah radhiallahu anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama orang lain. Karena barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 1209 dan Muslim no. 4)
Penjelasan ringkas:
Telah diterangkan dalam artikel sebelumnya akan besarnya dosa kedustaan dan bahwa dia merupakan akhlak yang sangat tercela yang dimiliki oleh orang-orang munafik. Maka di sini kami katakan bahwa dosa dan tercelanya kedustaan ini menjadi jauh lebih besar dan lebih mengerikan jika kedustaan itu dalam bentuk dusta dengan mengatasnamakan Allah dan Rasul-Nya. Dimana seseorang menisbatkan suatu hukum syar’i -berupa pewajiban atau pengharaman atau penghalalan- kepada Allah dan Rasul-Nya padahal dia sudah mengetahui bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak pernah menetapkan hukum tersebut.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidah-lidah kalian secara dusta, “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kedustaan atas nama Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan atas nama Allah tiadalah beruntung.” (QS. An-Nahl: 116) Karenanya Allah Ta’ala menegaskan bahwa orang-orang yang berdusta atas nama Allah adalah orang-orang yang merugi dengan amalannya, karena dia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali tempat yang sudah dibakukan untuknya dalam api neraka. Dan sebagai tambahan siksaan atas mereka adalah Allah Ta’ala akan mempermalukan mereka di hari kiamat kelak di hadapan seluruh makhluk, yaitu dengan cara Allah membuat wajah-wajah mereka menghitam, sehingga setiap orang yang melihatnya akan mengenalinya sebagai orang yang berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya di dunia.
Bentuk-bentuk berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya secara sengaja ada banyak bentuk, di antaranya:
1. Berkomentar atau menjawab dalam masalah agama tanpa ilmu yang benar, baik komentarnya (kebetulan) benar apalagi jika salah.
Allah Ta’ala berfirman menyebutkan 4 jenis dosa yang menjadi penyebab timbulnya semua dosa (yang artinya), “Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)
Termasuk di dalamnya mengatakan mubah terhadap sesuatu yang dilarang dan sebaliknya. Atau mengatakan sunnah sesuatu yang wajib dan sebaliknya. Atau mengatakan haram sesuatu yang halal dan sebaliknya.
2. Mengklaim bahwa dirinya didatangi oleh malaikat Jibril. Ini jelas kedustaan atas nama Allah Ta’ala, karena Jibril itu hanya turun mendatangi manusia atas perintah Allah Ta’ala.
3. Mengklaim bahwa dia melihat Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam mimpinya padahal dia sendiri tidak mengetahui bagaimana ciri-ciri fisik Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
4. Mengklaim bahwa dia menerima suatu ajaran baru dari Allah atau Rasul-Nya dalam mimpi.
5. Meyakini atau berbuat bid’ah dalam agama, baik bid’ah berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan. Baik dia yang menjadi pencetus bid’ah tersebut maupun dia hanya sekedar ikut-ikutan.
6. Menceritakan atau membenarkan hadits yang lemah sekali atau yang palsu, dengan meyakini bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah mengucapkannya.
7. Menceritakan atau menisbatkan suatu hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam padahal dia belum mengetahui keadaan sebenarnya dari hadits tersebut, apakah shahih atau lemah.
8. Beramal dengan hadits yang lemah apalagi yang palsu, baik dalam fadhail al-a’mal apalagi dalam masalah hukum-hukum.
9. Menyebarkan pemikiran yang menyimpang lantas mengatasnamakan Islam, semisal mengatakan bom bunuh diri sebagai jihad dan semacamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar