Sabtu, 03 Juli 2010

MENGAPA NABI MUHAMAD MEMPUNYAI ISTRI BANYAK ?

Mengapa Nabi Muhammad (SAW) mempunyai banyak istri, siapa saja mereka dan bagaimana latar belakangnya?

• Ketika orang mendengar bahwa Nabi mempunyai banyak istri, orang-orang itu menyimpulkan tanpa banyak berpikir bahwa Nabi adalah seorang yang sensuous. Namun review singkat tentang pernikahan beliau dapat membuktikan hal yang sebaliknya. Beliau menikah untuk yang pertama kalinya pada usia 25 tahun. Istri beliau, Khadijah, berusia 15 tahun lebih tua dari beliau. Khadijah adalah satu-satunya istri Nabi hingga 25 tahun berikutnya, sampai Khadijah wafat.

• Nabi menikah dengan istri yang lainnya sesudah Khadijah wafat. Jadi jelas bahwa jika Nabi hanya mengejar hal-hal yang bersifat fisik, beliau tidak harus menunggu hingga berusia 50 tahun untuk menikah lagi. Beliau hidup dalam lingkungan dimana sesoerang yang mempunyai beberapa istri adalah hal yang wajar dan dapat diterima. Namun beliau tetap mendedikasikan dirinya untuk sat-satunya istri beliau selama 25 tahun. Ketika Khadijah wafat, Nabi berusia 65 tahun.

• Pernikahan beliau sesudahnya adalah karena berbagai alasan. Beberapa pernikahan beliau dengan maksud untuk membantu para wanita yang suaminya meninggal membela keyakinannya. Maksud lainnya adalah untuk mempererat hubungan dengan para pengikut setianya, seperti Abu Bakar. Sebagian lagi untuk menjembati hubungan dengan berbagai suku yang memushi kaum muslim. Ketika beliau berhasil membangun hubungan persaudaraan melalui pernikahan beliau, kekerasan menurun, pertumpahan darah berkurang. Para penulis non muslim saat ini yang mendapat kesempatan untuk mempelajari kehidupan Nabi dari tangan-tangan pertama, menyimpulkan hal yang sama atas pernikahan plural beliau.

• John L. Esposito, Professor Bidang Agama dan Direktur Pusat Studi Internasional di Universitas Holy Cross, mengatakan bahwa sebagian besar dari perkawinan beliau mempunyai “motif social dan politis”. ” (Islam: The Straight Path, Oxford University Press, 1988, hal. 19). Dia menerangkan sebagai berikut:

“As was customary for Arab chiefs, many were political marriages to cement alliances. Others were marriages to the widows of his companions who had fallen in combat and were in need of protection” (John L. Esposito, Islam: The Straight Path, pp. 19-20).

Esposito mengingatkan pada fakta-fakta sejarah berikut ini:

“Though less common, polygyny was also permitted in biblical and even in postbiblical Judaism. From Abraham, David, and Solomon down to the reformation period, polygyny was practiced” (p. 19). 

• Seorang non muslim lainnya yang bernama Caesar E. Farah, menuliskan hal berikut ini:

“In the prime of his youth and adult years Muhammad remained thoroughly devoted to Khadijah and would have none other for consort. This was an age that looked upon plural marriages with favor and in a society that in pre-Biblical and post-Biblical days considered polygamy an essential feature of social existence. David had six wives and numerous concubines (2 Samuel 5:13; 1 Chronicles 3:1-9, 14:3) and Solomon was said to have had as many as 700 wives and 300 concubines (1 Kings 11:3). Solomon’s son Rehoboam had 18 wives and 60 concubines (2 Chronicles 11:21). The New Testament contains no specific injunction against plural marriages. It was commonplace for the nobility among the Christians and Jews to contract plural marriages. Luther spoke of it with toleration” (Caesar E. Farah, Islam: Beliefs and Observances, 4th edition, Barron’s, U.S. 1987, p. 69). 

Siapa sajakah Istri Nabi Muhammad dan bagaimana latar belakang beliau masing-masing?

1. KHADIJAH. Beliau berusia 40 tahun ketika beliau melamar Nabi saat Nabi berusia 25 tahun. Sesudah 15 tahun pernikahanya kemudian beliau diangkat menjadi Nabi. Khadijah telah menikah 2 kali sebelum belia menikah dengan Nabi. Suami beliau yang pertama adalah Aby Haleh Al Tememy dan suami kedua beliau adalah Oteaq Almakzomy. Mereka berdua meninggal dunia. Khadijah wafat pada tahun 621, pada tahun yang sama dengan saat Nabi mi’raj, pada peristiwa Irsa dan Mi’raj.

2. SAWDA BINT ZAM’A. Suami pertama beliau adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed Shamz. Dia dia meninggal beberapa hari sesudah kepulanganya dari Ethiopia. Sawda berusia 65 tahun, miskin dan tidak ada seorangpun yang merawatnya. Ini mengapa kemudian Nabi menikahi beliau.

3. AISHA SIDDIQA. Seorang wanita bernama Kholeah Bint Hakeem menyarankan agar Nabi menikah dengan Aisyah putri Abu Bakar, untuk menjalin hubungan dekat dengan keluarga Abu Bakar. Pada waktu itu Aisyah sudah bertunangan dengan Jober Ibn Al Moteam Ibn Oday, dan Jober belum menjadi seorang muslim. Masyarakat Mekah tidak keberatan atas pernikahan Aisha karena meskipun beliau masih muda namun sudah cukup matang dalam memahami tanggang jawab pernikahan. Nabi Muhammad bertunangan dengan Aisha selama 2 tahun sebelum beliau menikahinya. Abu Bakar adalah pemimpin pertama sesudah wafatnya Nabi.

4. HAFSAH BINT U’MAR. Beliau adalah putrid dari Umar, kalifah yang kedua. Umar meminta Ustman untuk menikah dengan Hafsah. Ustman tidak bersedia karena istrinya baru saja meninggal dunia dasn Ustman tidak ingin menikah lagi. Umar kemudian menemui Abu Bakar, namun Abu Bakar juga tidak bersedia karena beliau mengetahui bahwa Nabi sedang mempertimbangkan untuk menikahi Hafsah. Umar kemudian menemui Nabi dan mengadukan bahwa Ustman dan Abu Bakar tidak bersedia menikahi putrinya. Nabi mengatakan kepada Umar bahwa putrinya akan menikah dan Ustman juga menikah lagi. Ustman menikah dengan putri Nabi, Umi Kulsum dan Hafsah menikah dengan Nabi. Hal ini membuat Ustman dan Umar berbahagia.

5. ZAYNAB BINT KHUZAYMA. Suaminya meninggal dalam Perang Uhud, meninggalkanya dalam keadaan miskin dan mempunyai beberapa orang anak. Zaynab sudah tua ketika menikah dengan Nabi. Beliau meninggal 3 bulan sesudah menikah dengan Nabi, pada tahun 625.

6. SALAMA BINT UMAYYA. Suaminya, Abud Allah Abud Al Assad Ibn Al Mogherah, wafat dan meninggalkannya dalam keadaan miskin dan banyak anak. Pada saat itu beliau berusia 65 tahun. Abu Bakar dan beberapa orang lainnya meminang beliau untuk menikah. Namun karena beliau sangat mencintai suaminya beliau tidak menerima pinangan-pinangn tersebut. Namun akhirnya beliau menerima pinangan Nabi untuk menikah dan merawat beliau dan anak-anaknya.

7. ZAYNAB BINT JAHSH. Beliau adalah putrid dari bibi Nabi Muhammad yang bernama Omameh Bint Abud Almutaleb. Nabi menjodohkan Zaynab dengan Zayed Ibn Hareathah Al Kalby. Pernikahan mereka tidak bertahan lama dan kemudian Nabi menerima wahyu dalam Al Quran yang menyatakan bahwa jika mereka bercerai maka Nabi harus menikah dengan Zaynab. (Surah 33:37).

8. JUWAYRIYA BINT AL-HARITH. Nama suami pertamanya adalah Masafeah Ibn Safuan. Nabi Muhammad ingin suku bangsa Juayreah (bani Al Mostalag) memeluk Islam. Juarreah menjadi tahanan perang setelah kaum muslimin memenangkan perang Al Mostalaq. Ayah Juayreah menemui Nabi dan menawarkan tebusan agar Juareyah dibebaskan. Nabi meminta ayahnya untuk memberikan pilihan kepada Juaeryah. Ketika Juayryah diberi pilihan, beliau memilih masuk Islam dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kemudian Nabi menikah dengan Juaryah. Suku bani Al Mostalaq kemudian menerima Islam.

9. SAFIYYA BINT HUYAYY. Dia berasalah dari suku Bani Nadir dari keturunan Israel. Dia telah menikah dua kali sebelum menikah dengan Nabi. Suami pertamanya adalah Salam Ibn Moshkem dan suami keduanya adalah Kenanah Ibn Al Rabeeah.

10. UMMU HABIBA BINT SUFYAN. Suami pertamanya adalah Aubed Allah Jahish. Aubed adalah putra paman Nabi. Aubed meninggal di Ethiopia. Raja Ethiopia menjodohkan Ramelah dengan Nabi.

11. MAYAMUNA BINT AL-HARITH. Beliau berumur 26 tahun ketika menikah dengan Nabi. Suami pertamanya adalah Abu Rahma Ibn Abed Alzey. Ketika Nabi membuka Mekah pada tahun 630, Mayamuna menemui Nabi, menerima Islam dan melamar Nabi. Tindakannya ini membuat banyak orang Mekah menerima Islam danNabi Muhammad.

12. MARIA AL-QABTIYYA. Maria dikirim kepada Nabi oleh Raja Mesir sebagai pembantu. Maria mempunyai seorang putra dari Nabi yang bernama Ibrahim.

Kompilasi dari berbagai sumber. Boleh disebarluaskan untuk kepentingan da’wah. Boleh juga di-copy-paste dan di post di internet atau media apapun sepanjang tidak untuk tujuan komersial.

Jadi Saya ingatkan, jangan asal kawin (menikah). Jangan mentang-mentang ittiba’ Rasul terus punya banyak isteri. Lihatlah betapa mulia niat beliau dalam menikahi isteri-isteri beliau.

1 komentar:

  1. Mohon simak dalam tautan ini : http://asysyariah.com/manhaji-poligami-dalam-ranah-sosial-kemasyarakatan.html
    Semoga bermanfa'at.

    BalasHapus