Senin, 16 April 2012

SIAPAKAH MAHROM WANITA MUSLIMAH ?


Di antara kita ada yang belum mengetahui siapa sebenarnya "mahram" bagi setiap wanita muslimah. Tulisan sederhana ini akan menjelaskan siapakah "mahram" yang dimaksud.







Mahram wanita adalah suaminya, dan setiap laki-laki yang haram menikahinya, baik disebabkan karena pertalian darah atau pertalian persusuan atau pertalian perkawinan.



Mahram bagi wanita dari pertalian darah ada tujuh:

1. Pokok-pokok pertalian darah; bapak dan kakek-kakeknya wanita dan terus ke atas, baik (kakek-kakek itu) dari pihak bapak atau pihak ibu wanita tersebut.

2. Cabang-cabang pertalian darah, mereka adalah anak-anak lelakinya wanita dan cucu lelaki dari anak laki-lakinya wanita serta cucu lelaki dari anak perempuannya wanita dan terus ke bawah.

3. Saudara-saudara lelakinya wanita, baik itu saudara sekandung atau sebapak atau seibu.

4. A'mam (Paman-paman)nya wanita tersebut, baik itu paman-paman yang merupakan saudara-saudara lelaki kandung bapaknya wanita atau saudara-saudara lelaki sebapak dengan bapaknya wanita atau saudara-saudara lelaki seibu dengan bapaknya wanita tersebut dan baik mereka itu adalah paman-pamannya wanita tersebut atau pamannya bapak atau ibu wanita tersebut, karena paman seorang manusia adalah paman baginya dan keturunannya dan terus ke bawah.

5. Akhwal (Paman-paman)nya wanita tersebut, baik itu paman-paman yang merupakan saudara-saudara lelaki kandung ibunya wanita atau saudara-saudara lelaki sebapak dengan ibunya wanita atau saudara-saudara lelaki seibu dengan ibunya wanita dan baik mereka itu adalah akhwalnya wanita tersebut atau akhwalnya bapak atau ibu wanita tersebut, karena khal seorang manusia adalah paman baginya dan keturunannya lalu terus ke bawah.

6. Anak-anak lelaki dari saudara-saudara lelakinya wanita (keponakan) dan anak-anak lelaki dari keponakan (anak lelaki dari saudara lelakinya) wanita tersebut dan anak-anak lelaki dari keponakan (anak perempuan dari saudara lelakinya) wanita tersebut sampai terus ke bawah, baik mereka itu sekandung atau sebapak atau seibu.

7. Anak-anak lelaki dari saudara-saudara perempuannya wanita (keponakan) dan anak-anak lelaki dari keponakan (anak lelaki dari saudara perempuannya) wanita tersebut dan anak-anak lelaki dari keponakan (anak perempuan dari saudara perempuannya) wanita tersebut sampai terus ke bawah, baik mereka itu sekandung, sebapak atau seibu.
   
Dan mahram-mahram sepersusuan seperti mahram-mahran dari pertalian darah, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada Aisyah radhiyallahu 'anha ketika beliau berhijab di depan pamannya sepesusuan yang bernama Aflah:

«لاَ تَحْتَجِبِى مِنْهُ فَإِنَّهُ يَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعَةِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ»

Artinya: "Janganlah kamu berhijab darinya, karena sesungguhnya seseorang menjadi mahram dari sepersusuan sebagaimana mahram dari pertalian darah". Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.

Dan Mahram dari pertalian perkawinan ada empat:

1. Anak-anak lelaki dari suaminya wanita (anak tiri) dan anak-anak lelaki dari anak-anak lelaki suaminya wanita(cucu tiri) dan anak-anak lelaki dari anak-anak perempuannya suami wanita tersebut (cucu tiri).

2. Bapak suaminya wanita (mertua) dan kakek-kakek suaminya baik dari pihak bapak atau pihak ibu dan terus ke atas.

3. Suami anak perempuannya wanita (menantu) dan suami cucu (anak perempuan dari anak lelaki)nya wanita tersebut dan suami cucu (anak perempuan dari anak perempuan)nya wanita tersebut dan terus ke bawah.

Tiga jenis ini tetap kemahramannya hanya dengan akad yang sah terhadap istri meskipun ia (suami) menceraikannya sebelum menggaulinya.

4. Suami dari ibunya wanita (bapak tiri) dan suami neneknya dan terus ke atas, baik neneknya dari pihak bapak atau pihak ibu, akan tetapi tidak tetap kemahraman bagi mereka kecuali setelah menggauli, yaitu bersetubuh dengannya dengan nikah yang sah, jikalau seseorang menikahi seorang wanita kemudian ia ceraikan sebelum melakukan jima' maka ia tidak boleh menjadi mahram untuk anak-anak perempuan wanita tersebut.

Jika lelaki itu mahram bagi wanita itu, maka  di sini beberapa ketentuan hukumnya:

Pertama, Berarti wanita itu tidak boleh dinikahi mahramnya:

{حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا} [النساء: 23]

Artinya: “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. An Nisa’: 23.

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

هذه الآية الكريمة هي آية تحريم المحارم من النسب، وما يتبعه من الرضاع والمحارم بالصهر

“Ayat yang mulia ini adalah ayat pengharaman mahram dari nasab dan apa saja yang mengikutinya dari persusuan dan mahram-mahram karena pernikahan.” Lihat kitab Tafsir Ibnu katsir.

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

يحرم من النسب سبع ومن الصهر سبع

Diharamkan dari nasab tujuh orang dan dari pernikahan tujuh orang, kemudian beliau membaca:

{حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ}

Kemudian beliau berkata:

فهن النسب

"Mereka itu yang diharamkan karena nasab (keturunan dan pertalian darah.” Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir.

Kedua, berarti wanita itu boleh bersafar (bepergian) dengan mahramnya:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - «لاَ تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ»

Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak boleh seorang wanita bepergian kecuali bersamanya  mahram”. HR. Bukhari.

Ketiga, berarti wanita itu boleh bersalaman dengan mahramnya:

معقل بن يسار يقول : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: لأن يطعن في رأس أحدكم بمخيط من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تحل له.

Artinya: “Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Sungguh ditusukkan ke dalam kepala salah seorang dari kalian dengan paku dari besi lebih baik baginya daripada dia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” HR. Ath Thabrani dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 5045.

Keempat, berarti wanita itu boleh membuka pakaian dalam keadaan yang biasa dibuka.

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ } [النور: 31]

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” QS. An Nur: 31.

Terjadi perbedaan pendapat tentang “kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.”
1. Selendang dan pakaian kain mereka yang tidak mungkin tidak kelihatan. Dan ini pendapatnya Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
2. Wajah dan kedua tangannya serta cincin. Dan ini pendapatnya Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
3. Cincin dan anting. Dan ini pendapatnya Az Zuhry rahimahullah. (Lihat kitab tafsir Ibnu Katsir).

Kelima, Berarti wanita  itu boleh berkumpul dengan mahramnya walau tanpa pembatas

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم - قَالَ «إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ» فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ. قَالَ «الْحَمْوُ الْمَوْتُ»

Artinya: “’Uqbah bin Amir radhiyalahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian memasuki tempat-tempat wanita”, lalu ada seorang lelaki dari kaum Anshar bertanya: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang Alhamwu (kerabat suami)?”, beliau menjawab: “Al Hamwu (kerabat suami) adalah kematian.” QS. HR. Bukhari.

Keenam, berarti wanita itu boleh berdua-duaan dengan mahramnya

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ «لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ، وَلاَ تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلاَّ وَمَعَهَا مَحْرَمٌ» فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، اكْتُتِبْتُ فِى غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا ، وَخَرَجَتِ امْرَأَتِى حَاجَّةً . قَالَ «اذْهَبْ فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ»

Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak boleh seorang wanita  berdua-duaan dengan seorang lelaki dan tidak boleh sekali-kali seorang wanita bepergian kecuali bersamanya  mahram, lalu seorang lelaki berdiri dan bertanya: “Wahai Rasulullah, aku terdaftar pada peperangan ini dan ini sedangkan istriku keluar untuk menunaikan haji?”, beliau menjawab: “Pergi dan berhajilah bersama istrimu.” HR. Bukhari.

Ketujuh, berarti wanita itu boleh dipandang oleh mahramnya

{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ } [النور: 30، 31]

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya.” QS. An Nur: 30-31.

Masih banyak ketentuan hukum yang lain, dan saya cukupkan supaya tidak terlalu panjang dan terutama karena keterbatasan ilmu. Wallahu a’lam.

*) Diterjemahkan oleh Ahmad Zainuddin dari kitab Manasikul Hajji wal 'Umrah karya Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah dengan beberapa penambahan.

 *DAKWAH SUNNAH*

Jumat, 13 April 2012

KEUTAMAAN SAYYIDUL ISTIGHFAR


Keutamaan Sayyidul Istighfar

Bismillah.
Hafalkan, amalkan dengan penuh penghayatan, kemudian ajarkan kepada keluarga, kerabat, saudara-saudara seislam lainnya, semoga kita semua meraih ampunan dan di Surga nan Indah kita semua dikumpulkan... baarokallohu fiikum

Dari Syadad bin Aus rodhiyallohu 'anhu dari Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam: “Sayyidul istighfar itu adalah :

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّى ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، خَلَقْتَنِى وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَىَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِى ، فَاغْفِرْ لِى ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

Allahumma anta robbii, laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii, wa anaa 'abduka wa anaa 'alaa 'ahdika, wa wa'dika mastatho'tu, a'uudzubika min syarri maa shona'tu, abuu ulaka bi ni'matika 'alayya, wa abuu-u bi dzanbii, faghfirlii, fa innaahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.

Artinya :
"Ya Alloh, Engkau adalah Robbku, tiada sesembahan Yang Haq kecuali Engkau. Engkaulah yang telah menciptakanku dan aku adalah hambaMu. Aku setia di atas perjanjianMu dan janjiku kepadaMu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku serta aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau".

Barang siapa membacanya di pagi hari dengan penuh keyakinan lalu mati pada hari itu sebelum memasuki sore maka dia termasuk ahli surga. Dan barang siapa membacanya di petang hari dengan penuh keyakinan lalu mati sebelum memasuki Shubuh maka dia termasuk ahli surga".
[Hadits SHAHIH, Riwayat Al Bukhori. no. 6323]. — bersama Ami Syafiqah, Ridla Muthiah, Yani Maryani, Hilmiyatil Alifah dan Saya SaRah.

Minggu, 01 April 2012

AL MA’TSURAT


Bid’ah dalam Kitab al-Ma’tsurat Karya Hasan al-Banna
Oleh: Ustadz Abu Ahmad

Kitab al-Ma’tsurat oleh Hasan al-Banna adalah kitab yang sangat populer di kalangan kaum Muslimin di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Bahkan wirid-wirid yang terkandung di dalamnya dijadikan sebagai amalan harian wajib bagi para pengikut kelompok Ikhwanul-Muslimin dan kebanyakan para aktivis pergerakan Islam di Indonesia.

Beberapa bulan yang lalu telah masuk kepada kami pertanyaan dari sebagian pembaca tentang kitab al-Ma’tsurat ini, apakah kitab ini layak untuk diamalkan kandungannya, karena banyak dari kaum Muslimin di daerahnya yang mengamalkan wirid-wirid dalam kitab ini.

Maka dengan memohon pertolongan kepada Allah dalam pembahasan kali ini akan kami paparkan studi kelayakan kitab al-Ma’tsurat ini untuk dipakai dan diamalkan kandungannya.
Penulis Kitab “al-Ma’tsurat”

Penulisnya adalah Syaikh Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman al-Banna, pendiri jama’ah Ikhwanul-Muslimin. Ia dilahirkan pada tahun 1906 M di Mahmudiyyah Buhairah, Mesir, dan meninggal di Kairo, Mesir tanggal 12 Februari 1949 M.

Hasan al-Banna adalah pengikut tarikat shufiyyah Hashshofiyyah sejak usia muda. Dia mengenal tarikat Hashshofiyyah semenjak duduk di Madrasah Mu’allimin UIa di Damanhur. Dia kemudian berbai’at di hadapan mursyid Tarikat Hashshofiyyah, Syaikh Abdul-Wahhab al-Hashshofi, dan kemudian aktif dalam kepengurusan Jam’iyyah Hashshofiyyah al-Khoiriyyah.
Semasa hidupnya, Hasan al-Banna selalu mengamalkan ritual-ritual tarikat Hashshofiyyah tersebut seperti Wadhifah (wirid) Rozuqiyyah tiap pagi dan petang. Nampaknya Wadhifah Rozuqiyyah ini adalah asal dari Wadhifah Kubra (nama lain dari al-Ma’tsurat sebagaimana tertera dalam judul cetakannya).

Hasan al-Banna tidak hanya mengamalkan Wadhifah Rozuqiyyah saja, bahkan dia juga mengikuti ritual Hashshofiyyah di kuburan-kuburan dengan cara menghadap kepada sebuah kuburan yang terbuka dengan tujuan untuk mengingat kematian, kemudian ritual Hadhrah setelah sholat Jum’at, dan ritual Maulid Nabi.

Abul-Hasan an-Nadwi berkata: “Hasan al-Banna selalu mengamalkan wirid-wirid dan ritual-ritual ini hingga akhir hayatnya.” (Tafsir Siyasi lil-Islam halaman 83).

Adapun dalam segi aqidahnya, Hasan al-Banna adalah Asy’ari Mufawwidhah sebagaimana nampak dalam kitabnya, Aqa’id (lihat Mudzakkirat Da’wah wa Da’iyyah, Nazharat fi Manhaj Ikhwanul-Muslimin dan Thoriqoh Hasan al-Hanna wa Ashumul-Waritsin)
Wirid-Wirid “al-Ma’tsurat” yang Lemah atau Tidak Ada Asalnya

Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do’a termasuk diantara ibadah-ibadah yang paling utama. Sedangkan ibadah wajib dilandaskan atas dalil yang tsabit (kuat) dan tidak boleh menetapkan suatu ibadah tanpa dalil atau dengan dalil yang dha’if (lemah). Maka tidak boleh seorang Muslim mengamalkan suatu dzikir tertentu kecuali setelah meyakini bahwa dzikir tersebut dinukil dengan dalil yang tsabit dari al-Qur’an dan as-Sunnah (lihat bahasan “Hadits Dha’if dalam Fadho’il-A’mal” dalam Majalah al-Furqon Edisi Spesial Ramadhan-Syawwal Tahun 6).

Setelah kami meneliti do’a-do’a dan dzikir-dzikir dalam kitab al-Ma’tsurat ini ternyata ada beberapa dzikir yang lemah dalilnya atau bahkan tidak ada asalnya sama sekali, di antara do’a-doa dan dzikir-dzikir tersebut ialah:

1. Wirid Pertama

“Ashbahnaa wa asbaha al-mulku lillahi laa syariikalahu wa alhamdu kulluhu lillahi laa syarikalahu laa ilaha illa allahu wa ilaihi an-nusyuur.”

Artinya: “Sesungguhnya kami terjaga di pagi hari dengan (kesadaran bahwa)/kerajaan (bumi dan segala isinya) ini seluruhnya adalah milik Allah. Dan segala puji bagi Allah, tiada sekutu bagi-Nya, tiada Rabb selain Dia dan kepada-Nya kami akan dibangkitkan.”

Wirid ini datang dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul-Mufrod 1/211 nomor 604 dan, Ibnu Sunni dalam Amal Yaum wa Lailah halaman 74 dari jalan Abu Awanah dari Umar bin Abi Salamah dari bapaknya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu.

Riwayat ini dikatakan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah: “Dha’if dengan lafazh ini, di dalam sanadnya terdapat Umar bin Abi Salamah az-Zuhri al-Qodhi, fihi dha’fun (padanya terdapat kelemahan).” (Dho’if Adabul-Mufrad halaman 60).

2. Wirid Kedua
“Allahumma ma ashbaha bii minni’mati faminka wahdaka laa syariika laka falaka alhamdu walaka asy-syukru.”
Artinya: “Ya Allah nikmat apapun yang kuperoleh dan diperoleh seseorang di antara makhluk-Mu adalah dari-Mu, yang Tunggal dan tak bersekutu, maka bagi-Mu segala puji dan syukur.”
Wirid ini terdapat dalam hadits Abdullah bin Ghonam al-Bayadhi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya 4/318, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya 3/143, Nasa’i dalam Sunan Kubro 6/5, Abu Bakar asy-Syaibani dalam Ahad wal-Matsani 4/183, dan Baihaqi dalam Syu’abul-Iman 4/89 dari jalan Rabi’ah bin Abi Abdirrahman dari Abdullah bin Anbasah dari Abdullah bin Ghonam al-Bayadhi.
Abdullah bin Anbasah dikatakan oleh adz-Dzahabi rahimahullah: “Hampir-hampir tidak dikenal.”

Riwayat ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam Takhrij Kalimu Thoyyib halaman 73 dan Dho’if Jami’ Shaghir : 5730.

3. Wirid Ketiga

“Yaa rabbi laka alhamdu kamaa yanbagii lijalaali wajhika wali’adhiimi sulthaanika.”

Wirid ini terdapat dalam hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu ’anhuma yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya 2/1249, Thabrani dalam Mu’jam Ausath 9/101 dan Mu’jam Kabir 12/343, dan Baihaqi dalam Syu’abul-Iman 4/94 dari jalan Shadaqah bin Basyir dari Qudamah bin Ibrahim al-Jumahi dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ’anhuma.

al-Bushiri rahimahullah berkata: “Sanad ini, terdapat kritikan padanya.” (Mishbahu Zujajah 4/130).

Shadaqah bin Basyir dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Taqrib: “Maqbul (yaitu diterima haditsnya jika ada penguatnya, kalau tidak ada penguatnya maka haditsnya lemah).”
Qudamah bin Ibrahim dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Taqrib: “Maqbul.”

Riwayat ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’if Sunan Ibnu Majah halaman 308 dan Dha’if Jami’ Shoghir : 1877.

4. Wirid Keempat

“Allahumma sholli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wanabiyyika warosuulika an-nabiyyi al-ummii wa ‘alaa aalihi washohbihi wasallim tatsliimaa ‘adada ma ahaatho bihi ‘ilmuka wakhoththo bihi qolamuka wa ahshoohu kitaabuka…”

Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjungan kami Muhammad hamba-Mu, nabi-Mu, dan rasul-Mu, nabi yang ummi, dan atas keluarganya; dan limpahkanlah salam sebanyak yang diliput oleh ilmu-Mu dan dituliskan oleh pena-Mu, dan dirangkum oleh kitab-Mu.”

Shalawat ini adalah shalawat yang bid’ah yang tidak ada asalnya, tidak ada di dalam kitab-kitab hadits yang mu’tabar sepanjang penelitian kami.

Wirid-wirid diatas (1 s/d 4) adalah yang lemah atau tidak ada asalnya. Di samping itu, di dalam kitab al-Ma’tsurat ini banyak wirid-wirid lain yang shahih lafazhnya tetapi bid’ah dari segi kaifiyyat (tatacara)nya karena memberikan bilangan bacaan-bacaannya yang tidak pernah ada tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Do’a “Rabithah” yang Bid’ah
Pada akhir kitab al-Ma’tsurat ini tercantum Do’a Rabithah yang berbunyi:
“Allahumma innaka ta’lamu anna hadihi al-quluuba qodijtama’at ‘alaa mahabbatika waltaqot ‘alaa thoo ‘atika watawahhadat ‘alaa da’watika wa ta’aahadat ‘alaa nushroti syarii’atika fawassiq allahumma roobithhaa wa adim wuddahaa.”

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah (kecintaan) hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di (jalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syari’at-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya ya Allah, abadikan kasih sayangnya…”

Syaikh Ihsan bin Ayisy al-Utaibi rahimahullah berkata: “Di akhir al-Ma’tsurat terdapat wirid rabithah, ini adalah bid’ah shufiyyah yang diambil oleh Hasan al-Banna dari tarikatnya, Hashshofiyyah.” (Kitab TarbiyatuI-Aulad fil-Islam Ii Abdullah Ulwan fi Mizani Naqd Ilmi halaman 126).

Hukum Wirid-Wirid Bid’ah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
“Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do’a termasuk di antara ibadah-ibadah yang paling afdhal (utama), dan ibadah dilandaskan atas tauqif dan ittiba’, bukan atas hawa nafsu dan ibtida’, Maka do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling utama untuk diamalkan oleh seorang yang hendak berdzikir dan berdo’a.

Orang yang mengamalkan do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang berada di jalan yang aman dan selamat. Faedah dari hasil yang didapatkan dari mengamalkan do’a-do’a dan dzikir-dzikir Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam begitu banyak sehingga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, Adapun dzikir-dzikir dari selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kadang-kadang diharamkan, kadang-kadang makruh, dan kadang-kadang didalamnya terdapat kesyirikan yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya.

Tidak diperkenankan bagi seorang pun membuat bagi manusia dzikir-dzikir dan do’a-do’a yang tidak disunnahkan, serta menjadikan dzikir-dzikir tersebut sebagai ibadah rutin seperti shalat lima waktu, bahkan ini termasuk agama bid’ah yang tidak diizinkan oleh Allah Azza wa Jalla. Adapun menjadikan wirid yang tidak syar’i maka ini adalah hal yang terlarang, bersamaan dengan ini dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar’i sudah memenuhi puncak dan akhir dari tujuan yang mulia, tidak ada seorang pun yang berpaling dari dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar’i menuju kepada dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang bid’ah melainkan (dialah) seorang yang jahil atau sembrono atau melampaui batas.” (Majmu’ Fatawa 22/510-511).

Beliau rahimahullah juga berkata:

“Seseorang yang berpaling dari do’a yang syar’i kepada yang lainnya -walaupun itu adalah hizb-hizb- (wirid-wirid) sebagian masyayikh (para syaikh)- maka yang paling bagus baginya adalah hendaknya tidak meluputkan bagi dirinya do’a yang lebih afdhal dan yang lebih sempurna, yaitu do’a-do’a Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dia yang lebih afdhal dan lebih sempurna dari do’a-do’a yang lainnya dengan kesepakatan kaum Muslimin, meskipun do’a-do’a yang lain tersebut diucapkan oleh sebagian masyayikh, apalagi jika do’a-do’a tersebut di dalamnya terdapat kesalahan atau dosa atau yang lainnya? Diantara orang-orang yang paling tercela adalah orang yang menjadikan hizb (wirid) yang tidak ma’tsur (dinukil) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam -walaupun itu adalah hizb-hizb sebagian masyayikh- dan meninggalkan hizb-hizb Nabawiyyah yang diucapkan oleh Penghulu Bani Adam, Imam para makhluk, dan hujjah Allah atas para hamba-Nya.” (Majmu’ Fatawa 22/525).

Badal (Pengganti) Kitab Ini

Setelah melihat banyaknya hal-hal yang bid’ah dalam kitab al-Ma’tsurat ini, kami memandang bahwa kitab ini tidak layak dijadikan pegangan di dalam wirid-wirid keseharian seorang Muslim.
Kami menganjurkan agar saudara-saudaraku kaum Muslimin memilih kitab-kitab dzikir lainnya yang mengacu kepada do’a dan dzikir yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantara kitab-kitab yang kami anjurkan untuk dipakai adalah:

1. aI-Adzkar oleh aI-Imam an-Nawawi bersama penjelasan derajat haditsnya dalam kitab Shahih wa Dha’if aI-Adzkar oleh Syaikh Salim bin ‘Id al-Hilali.

2. al-Kalimu Thayyib oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah dengan takhrij Syaikh al-Albani.

3. Tuhfatul-Akhyar oleh Syaikh Abdul-Aziz bin Baz.
4. Shahih Kalimu Thayyib oleh Syaikh al-Albani.
5. Hishnul-Muslim oleh Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani (telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia).

Kategori: al-Ustadz Abu Ahmad, Ikhwanul-Muslimin, Kitab/Buku, Majalah al-Furqon.

Jumat, 30 Maret 2012

WEBSITE PARA USTADZ,RUJUKAN TERPERCAYA


Ustadz-Ustadz Universitas Islam Madinah (http://serambimadinah.com/)
Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, MA (http://dzikra.com)
Ustadz Abdullah Taslim, MA (http://manisnyaiman.com)
Ustadz Firanda Andirja, MA. (http://firanda.com/)
Ustadz Abdullah Zaen, MA (http://tunasilmu.com)
Ustadz Abdullah Roy, MA. (http://tanyajawabagamaislam.blogspot.com/)
Ustadz Aris Munandar, MA (http://ustadzaris.com/) [Guru favourit dalam belajar Islam]
Ustadz Muhammad Wasitho, MA (http://www.abufawaz.wordpress.com/)
Ustadz Abu Yahya Badrussalam, Lc. (http://cintasunnah.com)
Ustadz Abu Hudzaifah, Lc. (http://basweidan.wordpress.com/)
Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc [Dammam - KSA] (http://www.dakwahsunnah.com/)
Ustadz Zainal Abidin, Lc. (http://www.zainalabidin.org/)
Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. (http://www.ustadzkholid.com/)
Ustadz Ahmad Faiz Asifuddin, Lc (http://ustadzfaiz.com)
Ustadz Musyaffa Ad Darini, Lc. (http://addariny.wordpress.com/)
Ustadz Abu Zubair, Lc. (http://abuzubair.net/)
Ustadz Ahmad Sabiq, Lc (http://ahmadsabiq.com/)
Ustadz Sa’id Yai Ardiyansyah, Lc. (http://kajiansaid.wordpress.com/)
Ustadz Abu Ihsan Al Atsari (http://abuihsan.com/)
Ustadz Abdullah Shaleh Hadrami (http://kajianislam.net)
Ustadz Fariq Gasim (http://fariqgasimanuz.wordpress.com)
Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi (http://abiubaidah.com/)
Ustadz Muslim Al Atsari (http://ustadzmuslim.com)
Ustadz Marwan Abu Dihyah (http://abu0dihyah.wordpress.com)
Ustadz Abu Ali, ST.,MEng.,Phd. (http://noorakhmad.blogspot.com/)
Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi, SSi. (http://abumushlih.com/)
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, ST. (http://rumaysho.com/)
Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim, ST (http://ikhwanmuslim.com)
Ustadz Abul Jauzaa (http://abul-jauzaa.blogspot.com)
Ustadz Abu Salma (http://abusalma.wordpress.com/)
Ustadz Yulian Purnama (http://kangaswad.wordpress.com)
Ustadz dr. Muhaimin Ashuri (http://attaubah.com)
Ustadz Didik Suyadi (http://abukarimah.wordpress.com)
Ustadz Abu Khaleed Resa Gunarsa (http://sabilulilmi.wordpress.com) [Sahabat dekat kami dalam tholabul 'ilmi]
Ustadz Dzulqarnain (http://dzulqarnain.net) [Ustadz favorit kami di Indonesi dan ingin seperti beliau]
Sumber: Muslim.Or.Id, serta hasil searching-an lainnya

Semoga Allah selalu memberkahi ilmu yang bermanfaat.

Kamis, 29 Maret 2012

HADITS-HADITS SHOHIH TENTANG KEUTAMAAN SURAT AL-KAHFI / الأحاديث الصحيحة في فضل سورة الكهف


Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc

Surat Al-Kahfi merupakan salah satu surat Al-Quran Al-Karim yang mempunyai keagungan dan keutamaan dibanding beberapa surat yang lain. Akan tetapi tidak sedikit dari kaum muslimin yang belum mengetahui keagungan dan keutamaannya, sehingga sebagian mereka jarang atau bahkan hampir tidak pernah membaca dan menghafalnya. Terlebih khusus pada hari dan malam Jumat. Mereka lebih suka dan antusias membaca surat Yasin yang dikhususkan pada malam Jumat dengan harapan mendapatkan keutamaannya. Namun sayangnya, semua hadits yang menerangkan keutamaan surat Yasin tidak ada yang Shohih datangnya dari nabi shallallahu alaihi wasallam.

Demikianlah keadaan umat Islam. Tidaklah mereka bersemangat mengamalkan hadits-hadits lemah dan palsu serta tidak jelas asal-usulnya, maka sebanyak itu pula mereka meninggalkan amalan-amalan sunnah yang dijelaskan di dalam-hadits-hadits shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Adapun keutamaan dan keagungan surat Al-Kahfi, maka akan didapatkan oleh setiap muslim dan muslimah yang membacanya dengan niat ikhlas demi mengharap wajah dan ridho Allah, mengimani dan menghayati makna-maknanya serta berusaha mengamalkan hukum dan pelajaran yang terkandung di dalamnya sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Berikut ini kami akan sebutkan hadits-hadits shohih tentang keutamaan surat Al-Kahfi.

Hadits Pertama:

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ »

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka Allah akan menyinarinya dengan cahaya di antara dua Jum’at.”

(Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrok II/399 no.3392, dan Al-Baihaqi di dalam Sunannya III/249 dengan nomor.5792)

DERAJAT HADITS:
Hadits ini derajatnya SHOHIH.

Al-Hakim berkata: “Isnad Hadits ini shohih, akan tetapi imam Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”.

Syaikh Al Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Shohih Al-Jami’ no. 6470, dan Shohih At-Targhib wa At-Tarhib I/180 no.736).

Hadits Kedua:

عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ » وفي رواية ـ من آخر سورة الكهف ـ

Dari Abu Darda’ radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, niscaya dia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “(sepuluh ayat terakhir) dari surat Al-Kahfi.”

(Diriwayatkan oleh Muslim I/555 no.809, Ahmad V/196 no.21760, Ibnu Hibban III/366 no.786, Al-Hakim II/399 no.3391, dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman V/453 no.2344).

DERAJAT HADITS:

Hadits ini derajatnya SHOHIH.

Syaikh Al Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah II/123 no.582).

Dan di dalam hadits lain dijelaskan maksud daripada perlindungan dan penjagaan dari fitnah Dajjal ialah sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ [ فَإِنَّهَا جِوَارُكُمْ مِنْ فِتْنَتِهِ ]

“…maka barangsiapa di antara kalian yang menjumpai Dajjal, hendaknya ia membacakan di hadapannya ayat-ayat pertama surat Al-Kahfi, karena ayat-ayat tersebut (berfungsi) sebagai penjaga kalian dari fitnahnya.”

(SHOHIH. Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shohihnya bab Dzikru Dajjal, IV/2250 no.2937, dan Abu Daud II/520 no.4321, dari jalan Nawas bin Sam’an radhiyallahu anhu).
Hadits ini dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah II/123 no.582, Tahqiq Misykat Al-Mashobih III/188 no.5475, dan Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud IX/321 no.4321.

Hadits Ketiga:

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من قرأ سورة الكهف كما أنزلت ، كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ، ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يسلط عليه ، ومن توضأ ثم قال : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، كَتَبَ فِي رَقٍّ ثُمَّ طُبِعَ بِطَابَعٍ فَلَمْ يُكْسَرْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ»

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana diturunkannya, maka surat ini akan menjadi cahaya baginya pada hari Kiamat dari tempat tinggalnya hingga ke Mekkah. Dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terkahir dari surat Al-Kahfi lalu Dajjal keluar (datang), maka Dajjal tidak akan membahayakannya. Dan barangsiapa berwudhu lalu ia mengucapkan;

“SUBHAANAKALLOHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA”

(artinya: Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq diibadahi selain Engkau, aku memohon ampunan dan aku bertaubat kepada-Mu), maka ia akan ditulis pada lembaran putih yang bersih, kemudian dicetak dengan alat cetak yang tidak akan robek sampai hari Kiamat.”

(Diriwayatkan oleh An-Nasa’i di dalam ‘Amal Al-Yaumi wa Al-Lailati no.81 dan 952, Ath-Thobroni di dalam Al-Mu’jam Al-Ausath II/123 no.1455, dan Al-Hakim I/752 no.2072 dan beliau berkata; hadits ini Shohih sesuai dengan syarat imam Muslim, akan tetapi keduanya (maksudnya imam Bukhori dan Muslim) tidak mengeluarkannya (di dalam kitab Shohih keduanya, pent)).

DERAJAT HADITS:

Hadits ini derajatnya SHOHIH.

Syaikh Al-Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah VI/312 no.2651).

Demikianlah beberapa hadits shohih tentang keutamaan dan keagungan surat Al-Kahfi.

Mudah-mudahan kita semua diberi kemudahan oleh Allah untuk dapat mengamalkannya dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Minggu, 19 Februari 2012

Catatan : Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq - Istiqlal, Ahad 19 Februari 2012


- Bismillaah -

Berkumpulnya di masjid untuk tujuan menuntut ilmu.

Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- membanggakan umat yang hadir di masjid untuk menuntut ilmu untuk mengingat nikmat Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Semoga Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  menjaga masjid tersebut diberkahi & menjadi sebab untuk kita semakin mentaati Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Sesungguhnya pertemuan Syeikh dengan para jamaah di Istiqlal adalah bukan untuk yang pertama kalinya. Beliau mencintai kita semua karena Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Dan termasuk Sunnah Nabi Muhammad -Shallallahu 'Alihi Wa Sallam- untuk mencintai saudara muslim karena Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Semua berkumpul di tempat tersebut karena di landasi kecintaan terhadap Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Dan menjadikan seorang muslim bersemangat mencintai saudara muslim karena Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Sesungguhnya kedudukan mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dalam Islam adalah kedudukan yang sangat agung bagi hamba-hamba Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Kedudukan yang sangat tinggi. Sifat-sifat yang paling mulia disisi Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- yang tidak ada sesembahan yang benar keculi DIA. Al Malikul Qudus. Yang Maha Perkasa. Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kecintaan terhadap Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Yang menciptakan manusia. Yang memberikan nikmat. Inilah anugerah yang paling besar. Anugerah yang tidak dapat di hitung oleh manusia.

Kecintaan kepada Allaah  -Subhanahu Wa Ta'alaa-  inilah yang merupakan ruh yang menghidupkan agama seorang hamba. Inilah makanan hati yang sebenarnya. Bahkan inilah merupakan landasan kebahagian dunia & akhirat. Maka barangsiapa yang kehilangan kecintaan terhadap Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  maka tergiring menjadi mati meskipun masih bisa bergerak & berjalan di muka bumi, maka menjadi orang-orang yang merugi.

Barang siapa yang luput dariNya maka menjadi keburukan-keburukan & penyakit-penyakit hati.
Sesungguhnya kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  adalah semangat untuk mengamalkan amalan yang sholeh. Yang akan membawa manusia kepada kedudukan yang tinggi.

Maka faedah yang besar & keberkahan serta alangkah nikmatnya orang-orang yang memiliki kecintaan yang jujur kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  & kebaikan-kebaikan yang besar yang akan di dapatnya terlebih di hari kiamat akan bertemu dengan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Ya Allah sesungguhnya aku memohon kecintaan kepada-Mu dan aku memohon kecintaan terhadap orang-orang yang mencintai.

Doa ini baik untuk sering di panjatkan.

Maka barangsiapa mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  maka Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  akan mencintainya. Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  kelak akan menjaganya. Akan melimpahkan taufik kepadanya.

Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  berfirman :

Barangsiapa yang memusuhi waliku maka sungguh Aku menyatakan peperangan kepada nya.

Seorang hamba tidak mendekatkan diri dengan suatu amalan yang satu cintai kecuali dengan mendekatkan diri dengan amalan-amalan yang bersifat Sunnah maka Aku pun mencintainya.

Aku akan selalu membimbingnya. Jika ia meminta kepadaKu akan aku kabulkan permintaannya.
Allah akan melindungi dari segala tipu daya & dari orang-orang yang akan jahat kepadanya.

Bahwa Sabda Rasullullah -Shallalahu 'Alaihi Wa Sallam- :

Sesungguhnya jika Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  mencintai seorang hamba. Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  akan memanggil malaikat jibril dan malaikat jibril akan menyeru kepada penghuni di langit.

Maka inilah makna dari Firman Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  :

Sesungguhnya orang-orang beriman dan mengamalkan amalan sholeh maka Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  akan menganugerahkan kecintaan kepadanya.

Yang dimaksud dengan cinta kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  adalah kecintaan yang mengandung konsekwensi penghambaan di hadapanNya.

Inilah kecintaan yg benar.

Maka yang di maksud bukan sekedar pengakuan tanpa bukti. Karena semua orang bisa mengerjakannya seperti orang yahudi yaitu pengakuan ini. Dan mengatakan kami adalah anak Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dan kekasih Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  tapi tanpa di landasi dengan bukti.

Kecintaan yang sebenarnya adalah yang mengandung ketaatan & ketundukkan. Dan beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya.

Dan di antara manusia ada yang mengadakan tandingan-tandingan selain Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Dan orang-orang yang beriman mereka mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dengan kecintaan yg murni.

Orang-orang yang berbuat syirik kecintaan mereka tidak murni. Orang-orang yang beriman menyerahkan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  semata-mata.

Katakanlah kepada manusia sesungguhnya sholatku sesembahanku hanya untuk Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  semata-mata. Dan aku adalah orang yang tunduk dan berserah diri.

Oleh karena itu lah kaum mukminin bahwa dalam Al Qur’an ada satu tuntutan bagi orang yg mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  mereka di minta membuktikan dengan satu bukti yang di utarakan oleh Ibnu Katsir dari Hasan Al Basri :

Ada sekelompok manusia, yg mengaku mereka mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dengan kecintaan yang sangat besar.

Katakanlah  ya Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- kepada seluruh manusia, jika mengaku mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  maka ikutilah aku ikutan Nabi Muhammad -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- dan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  akan mengampunimu dan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Setiap orang yang mengaku mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  harus mendatangkan bukti.

Ayat ini adalah berisi ujian tentang benar tidak mengakui mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .
Setiap orang  yang mengaku mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  maka harus di lihat bukti nya apakah mengikuti petunjuk yang di bawa oleh Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam-. Jika benar-benar jujur dengan dibuktikan dengan menjalankan Islam dan mengikhlaskan untuk Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  semata-mata. Maka ini pertanda jujur mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Masalah bukan mengakui mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  tapi apakah di terima cinta kita ?

Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  hanya akan menerima cinta seorang hamba dengan cara mengikuti Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam-  Dan yang di syariatkan oleh Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Sesungguh nya Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  mencintai orang-orang yang berTobat kepadaNya. Dan mencintai orang-orang yang mensucikan lahir dan batin.

Perbedaan antara kecintaan yang benar kecintaan yang jujur kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dan kecintaan sekedar pengakuan tanpa bukti adalah kecintaan yang jujur memiliki bukti adalah buah-buah yang menghasilkan amalan sholeh yang mengikuti petunjuk.

Adapun di akhirat nanti akan membuahkan hasil yang sangat manis yang akan di dapatkan oleh seorang hamba dan di selamatkan dari azab neraka.

Kecintaan yang paling tinggi adalah ketika memandang wajah Allah.
Kecintaan tanpa bukti justru akan bermudah-mudah dalam perbuatan maksiat dan dosa.

Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah yang bersifat anjuran dan Akupun mencintainya.

Berusaha menyempurnakan kewajiban-kewajiban kita & setelah itu bersegera melakukan amalan-amalan yang bersifat Sunnah yang bersifat anjuran yang akan membawa hamba kepada kedudukan yang tinggi di sisi Allah.

Kemudian kecintaan yang benar memiliki rasa yang sangat nikmat lezat dan indah. Yang ini tentu saja tidak akan di dapatkan yang mengaku mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  tapi tanpa bukti.

Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- bersabda :

Barangsiapa memiliki 3 perkara ini maka sungguh dia akan merasakan kelezatan dan manisnya iman.
  1. Dia menjadikan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  & RosulNya lebih dcintainya lebih dari segala sesuatu di dunia
  2. Dia mencintai manusia semata-mata karena Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- 
  3. Dia tidak suka membenci untuk kembali kepada kekafiran setalah Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  menyelamatkan sebagaiman tidak suka dicampakkan kedalam api.
Akan merasakan kelezatan kemanisan iman yaitu orang yang ridho kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamaNya dan Nabi Muhammad -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- sebagai Rasulnya.

Saudara kaum muslimin yang dimuliakan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- , kemudian ketika muncul berbagai macam fitnah yang melemahkan keimanan manusia & timbulnya berbagai macam syahwat yang melemahkan seorang hamba & pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari agama maka ini melemahkan kecintaan terhadap Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- dan bisa jadi mengikis kecintaan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Bahwa manusia memiliki musuh yaitu syaitan, iblis dan bala tentaranya. Semoga Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  melindungi kita dari syaitan dll. Syaitan tidak menginginkan seorang hamba mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Maka syaitan dari kalangan jin dan manusia bersungguh-sungguh dan tidak henti-hentinya untuk memalingkan manusia dan menghalangi manusia kepada kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- mengingatkan :

Ingatlah ketika KAMI ingatkan kepada malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam -Alaihi Salam- kecuali iblis yang enggan.
Apakah aku (syaitan) sujud kepada manusia? Bahwa sesungguhnya manusia yang ENGKAU ciptakan ini, akan aku (syaitan) sesaatkan.

Maka sesungguhnya orang-orang yang mengikuti jalanmu maka AKU jadikan balasan neraka jahanam.
Tarikan dan godaan syaitan yg merupakan janji-janji manis.

Dizaman ini muncul berbagai macam seperti internet, tv yg bisa dengan mudah sampai ke tangan kita. Maka semua ini merupakan godaan syaitoan akan sampai  dengan mudah kepada manusia. Syaitan ber sungguh-sungguh untuk menyebarkan di kalangan manusia. Sarana-sarana yang merusak.

Oleh sebab itu hamba yang jujur dalam mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- , menjadikan kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dari pada mengikuti syaitan dan senantiasa menyibukkan diri.

Maka yang tadinya yang sebenarnya hati seorang hamba dipenuhi dengan kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dan amalan-amalan shaleh kemudian berubah manjadi hati yang sakit dan memperturutkan hawa nafsu. Berubah menjadi tempat-tempat yang rusak & membawa kepada keburukan-keburukan.

Semua ini menjadi perhatian bagi seorang hamba yang jujur mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Agar di jaganya ke imanan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dengan memohon pertolongan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Dan yang bersungguh-sungguh di jalanNya itulah yang akan Kami beri Hidayah. Dan sungguh Allaah  -Subhanahu Wa Ta'alaa-  bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.

Kaum muslimin yang di muliakan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- , jika seorang manusia mengikuti keburukan & kerusakan maka kecintaan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  akan hilang bahkan mungkin akan lenyap tak berbekas sama sekali.

Orang-orang yang menyibukkan dengan sarana-sarana yang buruk & merusak kemudian setelah itu dia mengaku mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  maka ini adalah kecintaan yang palsu kecintaan yang dusta.

Sesungguhnya orang yang mengaku mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  maka akan mentaati perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Kaum muslimin, maka sarana yang merusak tadi menyibukkan dan memalingkan seorang hamba maka sungguh-sungguh seorang manusia butuh untuk kembali kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  & untuk bertobat dan kembali kepadaNya dan ber amal untuk meraih keridhaanNya.

Kita semua butuh untuk merenungkan dan mempelajari hal-hal yang bisa memotivasi, menumbuhkan kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  kepada diri kita dalam hati kita supaya keburukan akan sirna.

Katakanlah sungguh telah datang kebenaran dan kebatiilan akan sirna.

Pertemuan kita di majelis ini dalam rangka untuk saling tolong menolong untuk menjelaskan membantu manusia untuk meraih kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dalam hati kita.

Kami menghimbau kepada guru kami dan saudara-saudara sekalian untuk memperhatikan dengan serius karena ini menjadi sebab kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Sesungguhnya akan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang memiliki hati yang meng konsentrasi hatinya untuk penjelasan yang di hadapannya.

Adapun sebab yg akan membantu kecintaan akan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- , sebab yang utama adalah :

-   Memberikan perhatian yang serius dan sungguh-sungguh terhadap Al Qur’an, firman Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- , Wahyu Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Al Qur’an yang tidak ada kesalahan padanya. Karena diturunkah oleh Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Memberikan perhatiaan yang sungguh-sungguh kepada Al Qur’an yaitu dengan membacanya memahami kandungannya dan berusaha untuk mengamalkannya.

Kitab Al-Qur’an yang KAMI turunkan kepadamu wahai Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam-  agar manusia bisa mengambil pelajaran darinya. Apakah mereka tidak merenungkan isi Al Qur’an? Seandainya Al Qur’an tidak berasal dari Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  maka mereka akan mendapat perselisihan. Apakah mereka tidak merenungkan makna Al Qur’an. Apakah hati mereka telah terkunci dalam menerima kebenaran ?

Maka jika seorang hamba membaca Al Qur’an 1 ayat atau 1 surat janganlah menjadi ingin cepat selesai tapi hendaknya adalah bagaimana membacanya dengan benar dan memahami dan mengamalkannya.

Karena sesungguhnya Al Qur’an diturunkan untuk di amalkan. Jika disitu ada perintahNya atau laranganNya atau berita-berita maka laksanakan lah perintahNya dan jauhilah laranganNya. Inilah arti dari memberi perhatian kepada Al Qur’an.

Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  memiliki nama-nama yang indah dan berdoalah dengan nama-nama tersebut.
Masih banyak doa-ooa yang mulia dan barangsiapa yang telah di bukakan doa untuk selalu memohon kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-   maka sungguh pengabulan dari Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  akan dekat.

Dari Umar Ibnu Khattab :

Sesungguh nya tidak hanya untuk di kabulkan tapi semangat untuk berdoa.

Umar mengatakan ini karena memahami betul. Jika hamba-hambaKu bertanya kepadaKu tentag Aku bahwa Aku Maha Dekat. Maka Aku akan memenuhi yang memohon kepadaku.

Aku berdoa kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dengan semua nama-namanya yang maha indah & sifat-sifatnya Yang Maha Terpuji. Agar menganugerahkan kita kecintaan kepadaNya dan mendekatkan kita kepada kecintaannya.

Aku memohon kecintaan nya dan mengampuni kita semua. Dan mendapatkan keridhaan atas pertemuan ini.
Dan keberkahan atas majelis yang tidak akan celaka dan tidak akan merugi orang-orang yang duduk bersama mereka.

Kemudian, hal yang memudahkan seorang hamba memperolah kecintaan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  yaitu :

Memberikan perhatian kepada amalan-amalan yang wajib, menundukkan hawa nafsu, mengamalkan ibadah-ibadah untuk mendekatkan diri kita kepada Allah.

Dalil telah disebutkan di awal kajian ini.

Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri  melebihi apa-apa yang Aku wajibkan dalam Islam.
Dan mendekatkan diri dengan amalan-amalan yang bersifat Sunnah sehingga Akupun mencintainya.

Kemudian, berusaha bersungguh-sungguh berusaha sekuat tenaga menundukkan hawa nafsu untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang di haramkan, perbuatan dosa, karena semua perbuatan maksiat akan menjadikan tertutupnya hati manusia dan melemahkan akan kecintaan terhadap Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  dan akan menjerumuskan ke dalam jurang-jurang kebinasaan.

Oleh karena itu seorang hamba membutuhkan kesungguhan dalam upaya menundukkan hawa nafsunya dari tempat-tempat yang membinasakan dirinya.

Kemudian, selalu mengutamakan, selalu mendahulukan, apa-apa yang di cintai oleh Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  melebihi dari hal-hal yang dicintai oleh diri kita. Selalu mengutamakan di cintai oleh Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  di atas yang di cintai oleh diri kita. Dan mengutamakan keridhoan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Maka ini semua membutuhkan kesungguhan yang serius & jujur untuk mewujudkan kedudukan yang mulia.

Sifat-sifat orang yang akan merasakan kemanisan iman yaitu menjadikan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  & RosulNya lebih dicintai di dunia ini.

Kemudian, adalah selalu merenungkan nikmat-nikmat Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- , anugerah-anugerah yang di limpahkan kepada manusia. Sungguh jika kalian ingin menghitung nikmat Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  maka tidak akan mampu menghitungnya. Dan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  sudah memberikan yang kalian minta.

Dan nikmat apa saja yg ada padamu adalah semua dari sisi Allah ?

Maka senantiasa mengingat nikmat-nikmat Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  akan menambah dari diri seorang hamba kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Bagaimana memberikan penglihatan, kedua tangan, kaki, tempat tinggal dan segala nikmat di dunia ini maka hendaknya seorang hamba selalu mengingat nikmat Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- yang dengan itu memudahkan mencintai Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Oleh karena itu Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- ketika menuju ketempat tidurnya membaca doa :

Segala puji bagi Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  yang telah memberi makan bagimu, memberi tempat tinggal, pakaian dan banyak orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan makanan baginya.

Kemudian, duduk bergaul dengan orang yang baik dan berteman dengan orang-orang yang sholeh, orang-orang yang selalu ber ibadah, dan selalu ber sungguh-sungguh dalam amalan-amalan yang diridhoi oleh Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Bergaul dengan mereka, bersahabat dengan mereka untuk mengambil manfaat & kebaikan & nasehat-nasehat mereka yang agung, amalan-amalan mereka yang indah, meneladani akhlak-akhlak mereka yang terpuji, maka sungguh teman dekat dan teman bergaul memiliki pengaruh besar dan ini adalah satu perkara yang pasti.

Orang itu tergantung dengan agama teman dekatnya. Maka masing-masing dari kamu terlihat dengan siapa temannya.

Kemudian, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk kita miliki bagian meskipun sedikit beribadah kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  di waktu 1/3 malam yg terakhir. Karena ini adalah merupakan perkara yang sangat agung di sisi Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa waktu yang terakhir dan pada waktu itu Allah berfirman : siapa yang berdoa kepadaku maka aku akan kabulkan permohonannya, siapa yang meminta akan Aku berikan, siapa yang memohon ampun maka akan Aku ampuni.

Kemudian, terus menerus sering serta banyak berdzikir kepada Allah, sering mengingat Allah.

Allah berfirman : orang-orang yang ber iman yaitu hati mereka merasa tenang dan damai dengan meyebut nama Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- , hati manusia akan tenang dan damai.

Seseorang yang sungguh-sungguh maka dia adalah orang selalu menetapi mengingat Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Barangsiapa yang mencintai sesuatu maka akan sering menyebut sesuatu tersebut.

Maka saudara-saudaraku sesama muslim yang di muliakan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- , ini lah sebab-sebab meraih kecintaan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Yang mengisi hati seorang muslim kecintaan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- . Tapi tidak membatasi. Yang di sebutkan di sini untuk mengingatkan. Dan masih banyak sebab-sebab yang lain. Dan peringatan tersebut bermanfaat bagi seorang muslim.

Aku memohon dengan nama-nama yang indah dan mengampuni kita semua di majelis ilmu ini dan semoga Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  memperbaiki agama kita & penentu agama kita dan memperbaiki akhirat kita. Kita meminta agar Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  mengampuni dosa kita & dosa orang tua kita, dosa kaum muslimin laki-laki & perempuan & menjadikan kita bertaqwa. Anugerakanlah kami kecintaan kepadaMu.

Semoga Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  memberikan keberkahan dari kajian ini.

Alhamdulillahir Rabbil Alamin.

CATATAN : DOA YANG DI UCAPKAN SYEIKH ada di buku DOA & WIRID UST YAZID halaman 277

Insyaa Allaah akan ditulis kembali dan di terbitkan.

Jawaban kepada pertanyaan : Kecintaan kepada kedua orang tua. Terlebih dahulu Syeikh berterima kasih kepada penanya. Hak Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  sangat agung kedudukannya. Sebagaimana hak kedua ortu agung dalam Islam. Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  menggandengkan hak orangtua dengan hak Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- yaitu menTauhidkan. Beribadahlah semata-mata dan janganlah menyekutukannya & berbuat baiklah kepada orangtua.

Hendaknya kalian bersyukur kepadaKu & berterimakasih kepada kedua ortu mu. Dan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  memerintahkan agar tidak menyekutukan agar berbuat baik kepada ortu. Maka ini menggambarkan bahwa hak Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  digandengkan dalam banyak ayat Al Qur'an & Hadits oleh karena itu mentaati orangtua dalam perkara yang baik maka ini termasuk ibadah dan ketaatan kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Mengatasi hati yang sedang futur. Sesungguhnya hati manusia membutuhkan kesungguhan hal-hal yang bermanfaat bagimu & minta pertolongan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .

Kesimpulannya, kita harus selalu bersandar kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  & menghindari keburukan & menundukkan keinginan hawa nafsu untuk selalu mentaati ketaatan dan bersabar dan meninggalkan hal-hal yang memperturutkan nafsu kepada jurang-jurang kebinasaan.

Kamu mengharapkan keselamatan tapi kamu tidak mengikuti jalan-jalan kesalamatan itu.
Sesungguhnya perahu tidak akan bisa berjalan di daratan yang kering.

Mohon nasehatnya untuk bisa merasakan kelezatnya beriman.

Aku memohon untuk diriku dan seluruh kaum musliman untuk menganugerahkan kelezatan iman dan menjauhkan kita dari keburukan. Sesungguh Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  Maha Mendengar & mengabulkan doa.

Jawabannya adalah kesungguhan untuk menundukkan hawa nafsu & menjauhi maksiat menjauhi memperturutkan hawa nafsu subhat & syahwat.

Ber sungguh-sungguh memohon pertolongan Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- .
Ber usaha untuk bersemangat.
Agar dimudahkan untuk merasakan kelezatan iman.

Pertanyaan yang terakhir : Apabila saya mendengar lagu-lagu lalu timbul rasa cinta kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  apakah ini rasa cinta yang benar?

Dari Ibnu Taimiyah.

Seseorang yang suka mengajak manusia bertaubat tapi dari cara yg tidak ada dari Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam-  seperti melalui nasyid. Maka jika dari sebab ini manusia bertaubat, bahwa perbuatan ini adalah perbuatan yang di ada-adakan, perbuatan bertentangan dari petunjuk Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- , karena Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- mengajak bertobat dengan cara-cara yang dicontohkan. Jika ada hasil yang kelihatannya baik ini tidak menjadi dalil amal tersebut benar. Karena amal tersebut harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- .

Syeikh menutup dengan 3 perkara dosa yang sangat besar yang harus berusaha menjauhinya :

Imam ad dzahabi.

1. Perbuatan riba, harta riba
2. Perbuatan zina, perbuatan yg sangat keji dan merupakan seburuk-buruknya jalan yang di tempuh
3. Perbuatan sihir, melalukan sihir yang mana Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam-  telah menggandengkan yang
    sangat buruk ini dengan syirik kepada Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa-  & menghukumi orang kepad ake ke kufuran

Maka dosa-dosa ini hendaknya di jauhi untuk menjaga kemurnian Tauhid kita. dan ini mengakhiri perjumpaan kajian kita di siang hari ini.

Sebagai pentutup Syeikh menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya semoga Allaah -Subhanahu Wa Ta'alaa- menjadikan pahala yang besar, meng anugerahkan pahala yang besar, dan menjadikan majelis ini keberkahan dan menjadikan argumen untuk di akhirat nanti. dan syeikh mengucapkan Wassalamu'alaikum Warahamatullah Wabarokatuh ...