Rabu, 05 Januari 2011

MENGAPA KITA "WAJIB" SHOLAT SUNAH

Berapa kali dalam sehari anda melaksanakan shalat sunnah? Beri tanda centang untuk shalat sunnah yang sudah rutin anda lakukan:
  • [ ] Shalat malam
  • [ ] Shalat tahyatul masjid
  • [ ] Shalat fajar / qabliyah Subuh
  • [ ] Shalat duha
  • [ ] Shalat qabliyah Duhur
  • [ ] Shalat badiyah Duhur
  • [ ] Shalat qabliyah Ashar
  • [ ] Shalat qabliyah Maghrib
  • [ ] Shalat badiyah Maghrib
  • [ ] Shalat awwabin
  • [ ] Shalat qabliyah Isya
  • [ ] Shalat badiyah Isya
  • [ ] Shalat wudhu
  • [ ] Shalat witir
  • [ ] Shalat safar
Berapa tanda centang yang anda berikan? Jika ternyata belum ada, atau masih sedikit maka bergembiralah… :) ! Benar, karena saat ini anda masih hidup di dunia, bukan? Artinya, anda belum terlambat untuk memperbaiki. Kuatkan tekad untuk memulai mengerjakan shalat-shalat sunnah mulai hari ini, karena shalat sunnah memiliki hikmah yang agung bagi kehidupan dunia maupun di akhirat.
Apa saja rahasia hikmahnya? Mengapa sangat dianjurkan shalat sunnah?


Hikmah Shalat Sunnah di Dunia

Shalat sunnah berfungsi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Karena dengan amalan sunnah Allah lebih mencintai kita, memberi pertolongan dan mengabulkan doa-doa kita. Tentang hal ini Allah jelaskan dalam hadits qudsi sbb:

Dari Abu Hurairah, Rasul SAW bersabda: ”Bahwasannya Allah berfirman, yang artinya : ”Barangsiapa menentang seorang kekasih-Ku, sungguh Aku akan memeranginya. Tiada seorang manusia berusaha mendekatkan diri kepada-Ku, dengan AMALAN SUNNAH yang Aku senangi sesudah menyempurnakan amal ibadah yang Kuwajibkan atasnya, sehingga Aku menyintainya, maka terhadap orang yang demikian itu, Akulah sebagai pendengarannya, penglihatannya, dan tangan yang digerakannya serta kaki yang dijalankannya. Dan kalau ia memanjatkan doa, pasti Kupenuhi permohonannya, jika ia mohon perlindungan, pasti Kulindungi dia” (HR. Bukhari).

Hikmah Shalat Sunnah di Akhirat
Shalat sunnah memegang peranan yang sangat penting tatkala seorang hamba dihisab amalnya di hari kiamat. Peran pentingnya shalat sunnah adalah sebagai “penolong” apabila shalat wajibnya kurang sempurna.

“Awal pertama amal seseorang yang diperhitungkan kelak di hari Kiamat ialah shalat. Maka apabila ia sempurna shalatnya berbahagialah orang itu dan bebas dari siksa. Namun sebaliknya apabila ternyata kurang baik dan rusak shalatnya, celaka dan menyesallah orang itu. Dan kalau kekurangan itu terdapat pada shalat wajib, maka Allah menugasi malaikat supaya meninjau kembali shalat sunnah yang ia kerjakan, untuk menutup kekurangannya itu. Baru sesudah selesai mengenai perhitungan shalat, maka menyusullah amal-amal perbuatan lainnya” (HR.Turmudzi).
Ayo shalat sunnah…

AKHWAT KOQ GITU ????

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================


Setelah membaca postingan ini, semoga akan terbuka menjadi sebuah diskusi yang menarik. Tapi saya berharap TIDAK akan menjadi sebuah perdebatan yg menjatuhkan atau merasa pendapatnya paling benar. Kita sharing ilmu disini. Yang kurang dilengkapi, yang sudah bener dipertahankan. Okey..? ^.^----------------------------------------------------------------------------------

Kemaren pas iseng2 surfing ke google.. Nemu salah satu postingan di blog orang yang intinya menyiratkan kekecewaan mendalam dari sang penulis akan sosok2 yg mendapat panggilan ‘akhwat’. Dan agak risih juga ketika panggilan tersebut hanya diidentikkan dengan jama’ah tertentu yg akhirnya membuatnya malas dan bahkan antipati mengikuti kegiatan2 yg diadakan jama’ah yg dimaksud.

Ia juga mengkritik betapa anggota jamaah tersebut terlalu berkutat dalam simbol2 dan sibuk membenahi sisi luar saja, tanpa berbanding lurus dg ruhiyahnya.. Saya rasa tidak ada yg kaget ketika ia menyebut secara eksplisit bahwa yg dimaksud adalah komunitas Tarbiyah…

Hmmm.. postingan tersebut benar2 berkesan di hati saya dan gak munafik dalam beberapa hal saya sepakat dg sang penulis. Tapi, merasa sebagai salah satu “tertuduh”, saya jd pengin memberi tanggapan yg murni hasil pemikiran saya sendiri.. Perlu dicatat, sama sekali bukan representasi dari akhwat (baik yg dipanggil maupun merasa sebagai) lain loh..

Saya sendiri sering bertanya2 sampai batasan apa seseorang kemudian pantas mendapat ‘gelar’ akhwat (terlepas dari makna aslinya).. karena jilbab lebarnya?? Karena dia ikut liqo’ pekanan?? Karena ia aktif dalam kegiatan2 keIslaman?? Entahlah… Menurut saya, tampilan2 fisik memang tak bisa digunakan sebagai ukuran ketakwaan seseorang.

Tak jarang keluar celetukan seperti ini:

 “Akhwat koq ketawa cekakakan di jalan??”
“Akhwat koq gak jaga pandangan??”
“Akhwat koq keluar malem??”
“Akhwat koq cair banget interaksi ma lawan jenis??”
“Akhwat-ikhwan koq sering sms-an mesra..??”

bahkan yg lebih ekstrim, “Akhwat koq pacaraaaaan???!!!! –walo gak pernah mau ngakuin klo si dia itu pacar, calon suami lebih tepatnya. hehew...--

Menurut saya..Sebenarnya, itu semua tergantung pada pribadi masing2. Hidup adalah pilihan. Apakah akan mengikuti aturan yg ada atau berjalan melenceng dari yg sudah ditentukan. Kekecewaan terhadap sebagian anggota jama’ah bukan berarti menjadi justifikasi untuk men-cap buruk sebuah jama’ah secara keseluruhan.. Setiap manusia berhak dinilai sebagai diri sendiri tanpa embel2 kelompoknya.. Bukankah di yaummil akhir kelak Allah akan menghisab kita secara individual??

Tentang keharusan seorang ‘akhwat’ untuk begini dan begitu… Menurut saya, setiap kita membutuhkan proses dalam belajar.. belajar memperbaiki diri.. belajar menjadi muslimah sejati... Tapi kelakuan yg masih jahilliah sekalipun tidak menghapus kewajiban seorang muslimah untuk berjilbab bukan?? Sama seperti kewajiban sholat. Dan kita semua tahu bahwa  jilbab yang benar ialah yg menutup aurat sepenuhnya dan tidak membentuk lekuk tubuh. Amat aneh bagi saya jika seseorang memutuskan untuk tidak berjilbab secara benar hanya kerena merasa kelakuannya masih nggak beres, sama anehnya dengan orang2 yg berpikir bahwa "tidak sepantasnya seorang akhwat memakai pakaian takwanya secara sempurna jika tidak bisa mencerminkan sosok akhwat sejati".

Tentu saja proses belajar itu tidak selamanya bisa jadi pembenaran. Jika benar2 belajar, tentu akan ada perbaikan akhlaq dan perilaku dari hari ke hari. Tapi, jika dalam sebuah kasus, ada seorang muslimah berjilbab lebar melakukan hal kurang pantas dan memang tidak berupaya memperbaiki diri, apa lantas kita akan menyuruhnya untuk menanggalkan jilbab lebarnya??!! Berhak-kah kita mengatakan, “Kamu nggak pantes pake jilbab ini, ganti aja ma yg lebih mini..” . Hmmm, begitukah??!! Berjilbab secara benar adalah kewajiban SETIAP MUSLIMAH, terlepas apakah dia komit terhadap agamanya ataupun tidak!!

Kemudian soal mengapa harus mengikuti halaqoh beserta wajibat2 yg dibebankan… Kita memang bisa melakukan ibadah2 individu tanpa di-opyak2 murobbi sekalipun… Tapi yakinkah kondisi keimanan akan terus tetap terjaga?? Dengan adanya halaqoh, kita punya keluarga baru, saudara2 yg saling mengingatkan juga pembimbing yg mengarahkan kita menuju perbaikan, Insya Allah.. Mengetahui amal saudara yang jauh lebih baik otomatis akan membuat kita malu dan terpacu untuk berbuat lebih baik lagi..

Mengurangi keikhlasan?? Entahlah, tapi saya tetap percaya kita diharuskan untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan. Layaknya Umar ra yang merasa malu terhadap Abu Bakar ra yg begitu dermawan, sehingga memutuskan untuk menyerahkan separuh harta miliknya untuk perjuangan kaum muslimin. Tapi ternyata Abu Bakar berkorban lebih dari dirinya, seluruh harta miliknya ia serahkan… Salah satu hal yg membuat Umar tak henti mengagumi sahabatnya tercinta. Saya yakin niat kedua sahabat yg mulia ini murni hanya karena Alloh dan Rasul-Nya, tinggal bagaimana kita menjiwai  semangat mereka dan merealisasikannya dalam kehidupan nyata…

Murobbi  gak beda ma mak comblang??
Bisa iya, bisa tidak… mungkin itu salah satu peran yg diambil murobbi, tapi bukan hanya itu kan?? Lagipula seorang murobbi dengan kepahamannya, tentu akan menjadi mak comblang syar’i. Memang hak untuk menikahkan seorang anak ada pada ayahnya, dan keberadaan murobbi dalam proses ini pun sama sekali tidak menghilangkan hak itu.. Tapi, kalau mau jujur, masih sedikit orang tua yang memiliki pemahaman baik dalam menentukan kriteria menantu idaman.

Di keluarga saya, hanya dg rajin sholat (walo gak di awal waktu), sering membaca alquran, dan bersikap sopan, itu sudah cukup membuat seseorang dianggap sholih. Dan kriteria “mapan” menjadi hal yg amat menentukan.. Lagipula, yakinkah orang tua akan bisa menyelenggarakan proses ta’aruf syar’i, jika mereka bahkan belum paham seperti apa sesungguhnya konsep ta’aruf itu?? Bagi anak yg memang memiliki keluarga yg sudah terbina saya yakin prosesnya akan langsung ditangani oleh abi-umminya..

Satu lagi, panggilan ‘akhwat’ memang identik dengan muslimah yang sudah terbina, tapi bukan berarti hanya milik komunitas tarbiyah saja.. Bukankah Salafi, HT,MR  juga jama’ah lain menggunakan istilah2 akhwat, ikhwan, akhi, ukhti.?? Dan saya rasa penggunaan istilah2 semacam itu tidak bisa disebut sebagai  penggunaan simbol belaka.. Kitab suci kita saja berbahasa arab, apa salahnya kita coba menggunakannya dalam kehidupan sehari2 semampu kita??

Tapi, saya setuju dengan pendapat penulis bahwa tidak sepantasnya kita membanggakan panggilan ‘akhwat’. Toh, itu hanyalah istilah.. Bukan… bukan ‘gelar’ itu yang hendak kita raih.. bukan nilai tinggi dihadapan sesama manusia yg coba kita cari.. melainkan ridho Allah dan ampunan dari-Nya.. hanya itu.. hanya itu…!! Silahkan di feedback. saya tunggu sharingnya yach...! Sekali lagi, INGAT..BUKAN BERDEBAT !

Barakallahufikum..semoga bermanfaat
Wassalam

Selasa, 04 Januari 2011

TUJUAN UTAMA DAKWAH SETAN

Di antara bentuk dosa yang dilalaikan dan dipandang remeh oleh kaum muslimin adalah dosa kesyirikan. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan sedikit tentang bahaya syirik.

Semoga dengan pembahasan ini dapat mengubah pandangan kita selama ini tentang bahaya kesyirikan yang mungkin belum kita ketahui.

Syirik Merupakan Salah Satu Pembatal Islam

Di antara sebab terbesar batalnya Islam seseorang adalah berbuat syirik kepada Allah Ta’ala. Yaitu dengan beribadah kepada selain Allah Ta’ala, di samping juga beribadah kepada Allah, seperti bernadzar kepada selain Allah, bersujud kepada selain Allah, atau meminta pertolongan kepada selain Allah dalam hal-hal yang tidak ada yang bisa memenuhinya kecuali Allah Ta’ala saja. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,  

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (QS. Al-Maidah [5]: 72)

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang tingkatannya di bawah (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)

Oleh karena itu, kesyirikan adalah dosa yang paling berbahaya, namun banyak dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai muslim dan mengucapkan “laa ilaaha illallah”. Mereka memang melaksanakan shalat dan puasa. Akan tetapi mereka mencampur amal ibadah mereka dengan syirik akbar, sehingga mereka pun keluar dari Islam.

Syirik Merupakan Tujuan Utama “Dakwah” Setan
Tauhid merupakan fitrah yang Allah Ta’ala ciptakan untuk manusia. Setiap manusia yang ada di dunia ini terlahir di atas fitrah tauhid, meskipun dia dilahirkan oleh orangtua yang musyrik.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari tulang punggung mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),’Bukankah Aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab,’Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’” (QS. Al-A’raf [7]: 172)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Tidak ada satu pun anak yang dilahirkan kecuali dilahirkan di atas fitrah. Orangtuanya-lah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti seekor hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat (sama persis dengan induknya), apakah Engkau merasakan adanya cacat padanya?“ (HR. Bukhari no. 1385 dan Muslim no. 6926)

Karena manusia dilahirkan di atas fitrah tauhid, maka setan akan berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyesatkan manusia agar mereka menyimpang dari fitrah tauhid tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya Rabb-ku memerintahkanku untuk mengajari kalian apa-apa yang belum kalian ketahui. Di antara hal-hal yang diajarkan kepadaku hari ini adalah, setiap harta yang Aku berikan kepada hamba-Ku, maka (menjadi) halal baginya. Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku seluruhnya dalam keadaan hanif (menjadi seorang muslim, pen.). Kemudian datanglah setan kepada-Nya yang menjadikan mereka keluar dari agama mereka. Serta mengharamkan hal-hal yang Aku halalkan untuk mereka. Dan juga menyuruh mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangan tentang itu … ” (HR. Muslim no. 7386)

Setan sendiri telah berjanji di hadapan Allah Ta’ala bahwa dia akan berusaha untuk mengubah fitrah yang telah Allah Ta’ala ciptakan untuk manusia. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,“Yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan,’Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya). Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya.  

Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar mereka mengubahnya’. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa’ [4]: 118-119)

Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud ayat,”Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah)”. Adapun pendapat yang paling tepat sebagaimana yang dipilih oleh Abu Ja’far Ath-Thabary rahimahullah adalah,”Mengubah agama Allah.” (Lihat Tafsir Ath-Thabary, 9/222)

Syaikh Muhammad Asy-Syinqithi rahimahullah menjelaskan,”Sebagian ulama mengatakan bahwa makna ayat ini adalah setan menyuruh mereka untuk kafir dan mengubah fitrah agama Islam yang telah Allah Ta’ala ciptakan untuk mereka

Perkataan ini dijelaskan dan ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus’ (QS. Ar-Ruum [30] : 30)

 Maksudnya adalah, janganlah mengubah fitrah yang telah diciptakan atas kalian dengan (mengerjakan) kekafiran”. (Tafsir Adhwa’ul Bayan, 1/341)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata,”Sesungguhnya setiap orang dilahirkan di atas fitrah (yaitu tauhid, pent.). 

Akan tetapi orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nasrani, Majusi, atau yang semisalnya dari fitrah yang telah Allah tetapkan kepada hamba-Nya. Fitrah itu adalah mentauhidkan Allah, mencintai-Nya, dan mengenal-Nya.
 
Setan akan memburu mereka dalam masalah ini sebagaimana binatang buas yang memburu seekor kambing yang terpisah dari kawanannya”. (Tafsir Taisir Karimir Rahman, hal.204)

Dari sini jelaslah bahwa tujuan utama “dakwah” setan adalah menjerumuskan manusia ke dalam kesyirikan. Karena ketika manusia sudah terjerumus ke dalamnya, maka batal-lah tauhidnya.

Dan ketika tauhidnya sudah batal, maka sebanyak apa pun amal shalih yang diperbuatnya, semuanya akan menjadi sia-sia belaka. Sehingga setan pun tidak mempunyai kepentingan lagi untuk mengganggunya.

Oleh karena itu, kita kadang melihat orang-orang yang berbuat syirik dengan beribadah di makam orang-orang shalih, mereka beribadah dengan melaksanakan shalat, berdzikir, atau membaca Al Qur’an dengan penuh kekhusyu’an. Bahkan bisa jadi mereka beribadah di sisi makam tersebut semalam suntuk tanpa merasa lelah dan mengantuk.
Sesuatu yang mungkin sangat sulit dilakukan oleh orang-orang selain mereka.

Demikianlah, kekhusyu’an mereka itu tidak lain karena memang setan tidak lagi mempunyai kepentingan untuk mengganggu ibadahnya tersebut. Karena setan sudah mengetahui, bahwa sebanyak apa pun amal ibadah yang mereka lakukan semuanya akan sia-sia belaka dan tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala.

Syirik Merupakan Dosa yang Tidak Akan Diampuni Jika Tidak Mau Bertaubat
Allah Ta’ala berfirman,”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang tingkatannya lebih rendah dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48)

Ayat ini menunjukkan betapa berbahayanya dosa syirik karena Allah Ta’ala tidak akan mengampuninya kecuali jika pelakunya bertaubat darinya. Padahal, ampunan dan rahmat Allah Ta’ala sangatlah luas dan meliputi segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Hajj [22]: 60)

Hal ini diperkuat oleh hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang wanita sedang menggendong anaknya sambil memberi makan, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya,“Menurut kalian, apakah ibu ini tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Para sahabat menjawab,”Tidak, demi Allah! Dia tidak akan tega, selama dia mampu untuk tidak melemparkan anaknya”. 

 Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,Sungguh Allah lebih mengasihi para hamba-Nya dibandingkan kasih sayang ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari no. 5999 dan Muslim no. 7154)

Ayat dan hadits di atas menunjukkan betapa besar kasih sayang dan ampunan Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya, melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Akan tetapi, orang-orang musyrik tidak ikut tercakup di dalamnya. Hal ini menunjukkan begitu besarnya kejahatan dan kedzaliman yang ditimbulkan oleh kesyirikan.

Maka barangsiapa yang meninggal di atas kesyirikan, maka dia tidak akan diampuni. Sehingga hal ini menunjukkan betapa bahayanya kesyirikan. Kita wajib menghindarinya sejauh-jauhnya. Setiap dosa masih mungkin dan masih ada harapan untuk diampuni jika pelakunya tidak bertaubat, kecuali dosa syirik. Sedangkan kesyirikan tidak mungkin untuk dihindari kecuali dengan mempelajarinya dan mengetahui bahayanya. (Lihat I’anatul Mustafiid, 1/95)

Apabila seseorang berbuat syirik kemudian bertaubat dan meninggal di atas tauhid, maka Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya, termasuk dosa syirik. Dalam hal ini,

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah,’Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39]: 53)

Inilah sebagian kecil di antara bahaya-bahaya kesyirikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya apabila seseorang sangat takut untuk terjerumus ke dalam perbuatan syirik. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam telah memberikan teladan kepada kita ketika beliau berdoa kepada Allah Ta’ala, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,’Wahai Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman.

Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Wahai Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan mayoritas manusia’”. (QS. Ibrahim [14]: 35-36)

Ibrahim ‘alaihis salaam berdoa seperti itu, padahal beliau telah memiliki kedudukan yang sangat tinggi sebagai kekasih Allah (khalilullah).

Meskipun demikian itu keadaan Ibrahim ‘alaihis salaam, beliau tetap mengkhawatirkan apabila dirinya jatuh terjerumus ke dalam perbuatan syirik, karena hati manusia berada di antara jari-jemari Ar-Rahman.

Oleh karena itulah, sebagian ulama mengatakan,”Dan siapakah yang merasa aman dari ujian setelah Ibrahim ‘alaihis salaam (tidak merasa aman)?” Karena Ibrahim ‘alaihis salaam mengkhawatirkan dirinya kalau terjerus ke dalam perbuatan syirik ketika beliau melihat banyak manusia yang terjerumus ke dalamnya.

AKHWAT KEREENNN

BE A TRENDSETTER SYAR’I??? WHY NOT!!!!"AKHWAT KEREN",,,,
Ketika ukhti semua membaca dua buah kata di atas, kira-kira…. Apa yang akan terlintas di benak ukhti-ukhti semua???

Apakah seorang wanita muslimah dengan pakaian rapat nan ketat keluaran terbaru, jins belel, serta tambahan aksesoris kerudung gaul yang dengan ribetnya dililit-lilitkan ke leher sampai-sampai “sang muslimah jadi-jadian” tercekik dan kesulitan untuk melengok kanan-kiri untuk sekedar menyapa sahabatnya???Atau,, seorang muslimah yang menjadi bintang “Akademi Fantasi Kampus” atau “Kampus Idol” yang dengan bangganya mengobral murah suara merdunya di depan khalayak ramai serta poster wajah imuttnya ditempelkan dimana-mana???Atau lagi,,,seorang wanita muslim yang menjadi trendsetter(model) karena ke_cool_an penampilan dan fisiknya yang dianggap bisa merubah paradigma tentang jilbab??Astaghfirullahal”adhim…..

Jika memang itu yang Anti pikirkan dan menjadi tolok ukur untuk mengatakan seorang akhwat keren, mungkin bidadari-bidadari syurga akan jauh dan tidak akan pernah merasa cemburu kepada kita wanita-wanita dunia.

Hayoo..Siapa yang mau dicemburui oleh para bidadari syurga???

Dikatakan dalam sebuah hadist, diriwayatkan oleh HR Thabrani , dari Ummu Salamah.“Aku bertanya (Ummu Salamah) “ Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?

Beliau menjawab “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada Bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat”

Aku bertanya “ Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?”

Beliau menjawab “ Karena sholat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah, Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya “putih bersih, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas.

Mereka berkata” Kami hidup abadi dan tidak pernah mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat saman sekali. Berbahagialah orang yang memiliki dan kami memilikinya”.(HR Thabrani, dari Ummu Salamah)Demikianlah, menjadi akhwat keren bukan berarti selalu berpenampilan modis dan gaul abiZzZ..

Bukan berarti akhwat yang memakai baju-baju trendy (walaupun tetap menjunjung syarat “asal Tertutup Saja”)Menurut pemikiran Ana (Mudah-mudahan benar dan dapat diterima) akhwat keren adalah seorang muslimah yang dengan segala ketawadhua’annya menjaga kesucian akhlak, hati, dan auratnya serta mendayagunakan semua potensi yang ada secara maksimal di jalan AllahuRabbi….

Tentunya mereka selalu tetap menjaga ke-syar’i-an aktivitasnya.So, what can we do ukh’??? Apa yang bisa kita lakukan agar tetap keren di mata Allah, orang tua, dan teman-teman??

Always be confident gals!!!Biarlah para sahabat kita mencemooh pakaian takwa (yang seharusnya memang dipakai oleh para wanita muslimah).

Biarlah kita gak ikut-ikutan trend memakai pakaian gaul yang ukurannya terlalu “small”, dan sebenarnya diperuntukkan untuk adek-adek kita yang masih SD.Jadi PD aja lagi!!! Mengapa??? Karena keraguan, kecemasan gak dianggap gaul, rasa rendah diri merupakan cara syetan untuk menghalangi kita dari ketaatan kepada Allah..

Biarlah mereka berkomentar “Sok alim”, (atau apalah)… Yah dari pada “Sok bejat”, Ya nggak!!! Next, be confident that you can do that!!!

Ayoo..Anti pasti bisa!!! Keluarkan semua potensi dan kemampuanmu di jalan Allah….Be a akhwat, bukan berarti gak bisa berprestasi dunkZzZ!! YupsS… berprestasi dalam artian selalu memegang teguh pada perintah Allah.

Gunakanlah potensi anti untik meraih keridhoan Allah,,Apa gunanya kita pamer ke-kerenan, bakat hanya untuk mencari perhatian khalayak ramai??? Kalau mau cari perhatian, pada Allah saja. Lebih murah, gampang, tidak jayus, dan pasti lebih mendidik dan melahirkan karakter-karakter sejati tanpa perlu penopengan diri.

“Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan …” (An-Nuur:31)“Sesungguhnya Allah tidak memandang postur tubuh kalian dan tidak pula pada kedudukan maupun harta kekayaan kalian, tetapi Allahmemandang pada hati dan amal perbuatan kalian” (HR Muslim dan Ath Thabarani dari Abu Hurairah)Akhwat keren adalah akhwat yang gemilang imannya, cerdas pemikirannya, bersinar potensinya, dan baktinya selalu ditunggu oleh orang-orang yang ada di sekitarnya….

Saudariku,,,ikhlaskan dirimu untuk tidak mengikuti trend-trend jahil yang gaungnya semakin menjadi-jadi di atas muka bumi ini dengan iming-iming gelar “KEREN”…

Saudariku, biarlah kita menjadi trendsetter SYAR’I…Memakai jilbab karena ALLAH, berprestasi karena ALLAH, berdakwah karena ALLAh, mencintai karena ALLAH….. dsan seterusnya HANYA KARENA ALLAH…

Kita bisa berkarya dengan berbagai cara (dengan tetap mengikuti aturan Allah tentunya). Biarkan semuanya berjalan sesuai karuniakarakter yang Allah lekatkan pada diri kita.

Maka akan tetap ada akhwat jago karate seperti Nusaibah binti Ka’ab yang melindungi Rasulullah kemanapun Beliau bergerak ketika perang.

Akan tetap ada yang berkepribadian kuat dan pemberani seperti Ummu Hani’ binti Abu Thalib.
Akan tetap ada yang suka bermanja dan ceria seperti Aisyah.
Ada yang tetap bisa membentak dan tertawa terbahak seperti Hafsah.
Akan tetap ada yang lembut & keibuan seperti Khadijah.

Terbitkanlah pesonamu wahai saudariku! Pesona yang muncul karena kecintaan kita kepada Allah. Agar kita tetap bisa terlihat “cool” dan “keren” di mata para sahabat, guru, orang tua, dan Allah…. Sehingga bidadari-bidadari syurga juga akan cemburu melihat pesona keimanan kita. Itu baru namanya

KEREEEENNN!!!^_^Kerenkanlah dirimu dengan terus menjaga auratmu, dengan terus meningkatkan prestasi akademikmu, dengan terus mengembangkan bakatdan potensimu, n’ kerenkanlah dirimu dengan niat mencari keridhoan Allah….Last but not the least,, ajak lah para sahabatmu untuk mengkerenkan diri mereka juga di hadapan Allah malalui jalan dakwah,,,Jadilah trendsetter dakwah!!!SO, BE A TRENDSETTER DAKWAH???? WHY NOT!!!!! ^_^

UMURKU BERTAMBAH = JATAH HIDUP KU BERKURANG

Di lembaran baru ini, semoga aku dapat lebih sering bermuhasabah atau bercermin mengukur diri, mengoreksi segala kesalahan dan kekhilafan yang pernah aku lakukan untuk kuperbaiki di masa-masa selanjutnya dalam kehidupanku. Muhasabah yang tentu saja dilakukan dengan kebeningan hati, melihat dengan jujur pada diri sendiri tanpa menutup-nutupi atau mencari pembenaran atas sikap dan tingkah lakuku yang salah.

Aku harus mulai geledah seribu salah, menyongsong dengan tangan terbuka terbitnya fajar baru. Karena, pindahnya usiaku bagiku bukan sekedar pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu titik ke titik lain, dari satu momen ke momen lain. Tapi mencoba melanglang buana ke tingkat makna yang lebih agung, berdoa untuk lebih membangun moralitas yang luhur dan formasi sosial yang teratur.

Semuanya berpulang kepada diriku sendiri, terserah aku untuk berkecimpung dan berbaur dalam arus atau kelompok yang mana? Hanya saja, sudahkah aku siap untuk mempertanggungjawabkannya di pengadilan yang agung nanti, di depan Hakim Yang Maha Adil?

Memasuki usia yang lebih dewasa berarti sebuah episode kehidupan telah rampung dan jilid baru sebuah perjalanan mulai terbentang. Ada mimpi yang belum tuntas, harapan dan cita-cita yang terbengkalai, kebaikan dan keburukan yang memerah-hitamkan raporku di hadapan Allah.

Momentum ini merupakan saat yang tepat untuk memulai memahat kebaikan dalam setiap jejak yang pernah kutinggalkan. Sekarang atau kapan lagi? Karena aku tidak pernah tahu apakah besok aku masih bisa bernafas bahkan aku tak pernah bisa meraba sampai kapan "kontrak" umurku berakhir? Karena, bertambahnya umur juga berarti jatah hidupku berkurang satu...


Dan untukku, semoga semakin cantik akhlaknya, semakin gemilang karyanya, semakin bermanfaat umurnya. Amin Ya rabbal alamin ya Allah...

----------------- ˙·٠•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ♥●•٠·˙ ------------------

Yaa Allah hanya Engkaulah tempat kembali kami. Hanya Engkaulah Yang Maha Tahu sisa umur kami. Berikan kesempatan bagi kami Yaa Allah… Mempersembahkan yang terbaik Yaa Allah..

Robbana atina fidunyaa khasanah.. wa fil akhirati khasanah.. wakina adzabannar.. wa adkhilna jannata ma’al abrar.. Yaa Adzim… Yaa Ghofar… Yaa Robbal ‘alamin…

Subhana robbikal robbi izzati amma yaasifuun wa salamun ‘alal mursalin .. wal hamdulillahirrabbil’alamin 

Teriring salam dan doa untuk sahabat2 di manapun kalian berada. Afwan utk sebagian prasangka yg telah membuat malu diri ini untuk tidak menyapa kalian di hari bertambahnya Umur kalian.

Senin, 03 Januari 2011

PERPISAHAN RASULULLAH SAW

Teringat, sungguh benar perkataan mulia Rosulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam:
"Wa inna minal bayaani lasihran", "Sesungguhnya sebagian dari perkataan itu benar-benar dapat menyihir (memberi pengaruh kuat)." (HR Bukhori, at Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)

Kisah yang senantiasa menarik bagi pencinta khusnul khotimah..sebaik-baik akhir…kisahnya adalah sebagai berikut ini:

Suatu hari Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya. Mereka berkumpul mengelilingi beliau.
Rasul berkata : ”Wahai para shahabat hari ini, aku tawarkan kepada kalian. Barangsiapa di antara kalian pernah aku sakiti. Maka sekaranglah saatnya kalian mengqishash diriku ( membalasnya )”
Para sahabat hening, tak ada satupun yang mampu bersuara.....

Rasul mengulangi lagi perkataannya ” Wahai shahabat, kalau kalian pernah merasa aku sakiti silahkan kali ini saatnya kalian membalasnya...”
Para sahabat makin tertunduk...menangislah mereka...mereka merasa sebentar lagi masa-masa indah bersama Rasul tercinta akan berakhir....

Untuk ketiga kalinya Rasulullah berkata ” Silahkan siapa yang mau mengqishas diriku ”......

Tiba-tiba muncullah Ukasah Radliyallahu 'anhu dan berkata.
“ Saya ya Rasul…..saya akan mengqishas Anda ya Rasulullah…..”

Umar Radliyallahu 'anhulangsung mencabut pedangnya sambil berkata “ Apa yang akan kamu lakukan wahai Ukasah…pedang Umar yang menebas kepalamu kalau engkau berani menyakiti Rosulullah “
Baginda yang agung tersenyum “ Biarkan Ukasah ya Umar………. “

Abu Bakar Radliyallahu 'anhu pun maju, sambil berkata “ Wahai Ukasah, Abu Bakar dan keluarganya yang akan menebusnya ya Ukasyah “
Akan tetapi Rasul pun melarang Abu Bakar membelanya..

Kemudian Ukasah berkata : ” Pada saat aku mengiringi engkau berperang, cambukmu pernah mengenai punggungku ya Rasul..untuk itu kali ini aku ingin mencambukmu ya rasul....”.
Para sahabat terdiam menahan amarah................. akan tetapi Rasulullah dengan tersenyum mempersilahkan Ukasah mengambil cambuknya

Tidak cukup sampai di situ...Ukasah berkata : ”Ya rasul, dulu sewaktu cambukmu mengenai punggungku...cambukmu saat itu langsung mengenai kulit punggungku, karena punggungku pada waktu itu tidak tertutup kain....untuk itu aku ingin kali ini, punggungmu dibuka juga ya Rasulullah..”

Para sahabat makin geram dengan permintaan Ukasyah.
Rasul tetap tersenyum dan kemudian membuka kain yang dikenakannya...

Pada saat punggung baginda tercinta terbuka.... maka seketika itu juga Ukasyah menubruk punggung Rasulullah...,kemudian dia memeluk dan mencium punggung yang kemilau itu. Sambil menangis sesenggukan Ukasyah berkata
” Wahai Rasul Allah....maafkan aku.....aku hanya ingin memeluk dan mencium tubuhmu untuk yang terakhir kali...dan Aku ingin tetap bersama-sama Engkau Ya Rasul sampai di akhirat kelak."
Dan rasul pun berkata ” Doamu Insya Allah dikabulkan Allah wahai Ukasyah ”

Dalam kisah yang lain malaikat Izrail pun kemudian datang mengucap salam.....
...serta menyampaikan salam dari Allah swt, bahwa Allah rindu bertemu dengan Rasulullah.
malaikat pun minta izin untuk mencabut ruh mulia beliau..............

"Ya Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah.
Irji’i ila rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah.
Fadkhuli fi ’ibadi. Wadkhuli jannatii..."

"Wahai jiwa yang tenang...
Kembalillah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhoi-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.
Dan masuklah ke dalam surga-Ku."
( Qs Al Fajr : 27-30)..

Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalihi ashhabihii ajma'iin

Sahabat semua milikilah selalu azam untuk memiliki akhir yang sebaik-baiknya..
Semoga kita semua nanti bisa bereuni di salah satu taman dari taman-taman surga-Nya
Semoga kita bisa berkunjung, bertatap dan berjumpa wajah dengan orang yang paling kita sayangi, kita cintai Baginda Rosul dan juga para sahabat....Amin 3x.


TIDAK SAH NIKAH TANPA WALI

Dari Ubaidullah bin Umar Al-Umari rahimahullah dia berkata:
حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الشِّغَارِ
قُلْتُ لِنَافِعٍ مَا الشِّغَارُ قَالَ يَنْكِحُ ابْنَةَ الرَّجُلِ وَيُنْكِحُهُ ابْنَتَهُ بِغَيْرِ صَدَاقٍ وَيَنْكِحُ أُخْتَ الرَّجُلِ وَيُنْكِحُهُ أُخْتَهُ بِغَيْرِ صَدَاقٍ
“Telah menceritakan kepadaku Nafi’ dari ‘Abdullah (bin Umar) radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang nikah syighar.
Saya bertanya kepada Nafi’, “Apa maksud syighar?” Ia menjawab, “Seseorang mengawini anak perempuan seseorang lelaki dengan syarat lelaki tersebut dinikahkan dengan anak perempuannya tanpa mahar. Atau dia menikahi saudara perempuan seorang lelaki dengan syarat lelaki tersebut menikahkannya dengan saudara perempuannya tanpa mahar.”
(HR. Al-Bukhari no. 5112 dan Muslim no. 1415)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا نِكَاحَ إِلَّا بِوَلِيٍّ

“Tidak sah nikah kecuali dengan adanya wali.”
(HR. Abu Daud no. 1785, At-Tirmizi no. 1101, dan Ibnu Majah no. 1870)
Dari Aisyah radhiallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ نَكَحَتْ بِغَيْرِ إِذْنِ وَلِيِّهَا فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ فَإِنْ دَخَلَ بِهَا فَلَهَا الْمَهْرُ بِمَا اسْتَحَلَّ مِنْ فَرْجِهَا فَإِنْ اشْتَجَرُوا فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لَا وَلِيَّ لَهُ

“Wanita manapun yang menikah tanpa seizin walinya maka nikahnya adalah batal, nikahnya adalah batal, nikahnya adalah batal. Jika dia telah digauli maka dia berhak mendapatkan mahar, karena lelaki itu telah menghalalkan kemaluannya. Jika terjadi pertengkaran di antara mereka, maka penguasalah yang menjadi wali atas orang yang tidak punya wali.”
(HR. At-Tirmizi no. 1021)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita itu dinikahi karena empat hal: Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka utamakanlah yang baik agamanya, niscaya kamu akan beruntung.”
(HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 2661)
Penjelasan ringkas:
Di antara syarah syahnya nikah adalah adanya keridhaan dari kedua mempelai, dalam artian pernikahan tidak dilakukan dalam keadaan terpaksa, ini telah kami terangkan pada artikel sebelumnya.
Syarat syah berikutnya adalah adanya mahar dari pihak lelaki kepada pihak wanita, walaupun dengan nilai yang sedikit dan walaupun belum dibayarkan ketika itu. Karenanya semua pernikahan tanpa mahar seperti nikah syighar adalah nikah yang haram lagi tidak syah.
Syarat syah berikutnya adalah adanya wali bagi mempelai wanita, baik dia masih perawan maupun sudah janda, keduanya disyaratkan mempunyai wali yang menikahkannya. Jika si wanita tidak mempunyai wali karena dia anak zina atau keluarnya seluruhnya kafir misalnya, maka yang menjadi wali dari wanita itu adalah dari pihak yang ditunjuk oleh penguasa. Karenanya semua pernikahan tanpa wali seperti nikah mut’ah dan semacamnya adalah nikah yang batil lagi tidak syah.
Syarat berikutnya adalah adanya dua saksi adil yang menyaksikan pernikahannya. Ada sebuah lafazh tambahan dari hadits Abu Musa di atas, “Tidak sah nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil.” Tambahan ini diperselisihkan keabsahannya oleh para ulama, sebagian menyatakan lemahnya seperti Asy-Syaikh Musthafa Al-Adawi dalam Jami’ Ahkam An-Nisa` (3/322) dan sebagian lainnya menyatakan shahihnya seperti Asy-Syaikh Al-Albani dalam Irwa` Al-Ghalil (6/258). Ala kulli hal, Imam Asy-Syafi’i berkata dalam Al-Umm (2/168), “Hadits ini walaupun sanadnya terputus di bawah Nabi shallallahu alaihi wasallam, akan tetapi mayoritas ulama berpendapat dengannya.” At-Tirmizi juga berkata setelah meriwayatkan hadits di atas, “Inilah yang diamalkan oleh para ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, para tabi’in setelah mereka, dan selain mereka. Mereka menyatakan: Tidak ada nikah tanpa adanya saksi-saksi. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang berbeda pendapat dalam masalah ini kecuali sekelompok ulama belakangan.
Selain memperhatikan semua syarat syah nikah di atas, kedua calon mempelai juga harus memperhatikan empat perkara yang tersebut dalam hadits Abu Hurairah di atas dalam memilih pasangan hidupnya. Karena keempat perkara itu merupakan kriteria yang paling ideal mengingat Nabi shallallahu alaihi wasallam sendiri yang langsung menyarankannya.